Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai lawatan Panitia Khusus atau Pansus Banjir DPRD DKI ke Surabaya tidak efektif. "Tidak efektif, mubazir," kata Nirwono melalui pesan teks, Jumat, 23 Oktober 2020.
Pansus Banjir DPRD DKI mengunjungi Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 22 Oktober 2020. Mereka ingin melihat program penanggulangan banjir di Kota Pahlawan itu.
Menurut Nirwono, kunjungan legislator Kebon Sirih ke Surabaya untuk membandingkan proses penanggulangan banjir di Surabaya dengan Jakarta kurang tepat karena skala, dampak dan penyebab banjirnya tidak sama. "Jadi tidak bisa dibandingkan."
Surabaya masih terus berjuang untuk bebas dari bencana banjir. Yang membedakan Jakarta dengan Surabaya adalah komitmennya. "Pemkot Surabaya dalam membenahi banjir lebih serius daripada Pemda DKI."
Ketua Pansus Banjir DPRD DKI Zita Anjani mengatakan lawatan ke Surabaya untuk melengkapi kajian Pansus Banjir setelah sebelumnya mendatangi Semarang, Tegal, dan Pekalongan. Surabaya dipilih anggota Pansus karena dianggap pemerintahnya berhasil menanggulangi bah di Kota Pahlawan itu.
Selain itu, secara geografis Surabaya memiliki kemiripan dengan Ibu Kota, karena posisinya yang sama berada di tepi laut, dan juga datarannya rendah. "Kami memilih Surabaya karena 10 tahun lalu banjirnya sangat parah.”
Saat itu, 52 persen wilayah Surabaya banjir. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Surabaya berhasil menurunkan banjir sampai 2,3 persen. “Itu bukti narasi yang dikerjakan," kata Zita melalui keterangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini