BERMULA dari hobi atau iseng, catur tiba-tiba menjadi permainan
yang mengasyikkan. Di Tanah Batak, misalnya, ia dapat membikin
laki-laki lupa makan, lupa istri dan anak. Ditemani segelas
tuak, si Hutagalung atau si Ginting sanggup berjam-jam di
hadapan sebilah papan catur. Tak heran, dari kalangan mereka
banyak lahir pecatur alam berbakat.
Pada jenjang grandmaster internasional, permainan catur bisa
sampai ke tingkat "hancur-hancuran". Masih ingat pertarungan
"hidup-mati" Bobby Fischer (AS) melawan Boris Spassky (US) pada
1972? "Drama perang urat saraf, diplomasi, obsesi nasional dan
gaya hidup yang menegangkan," ulas seorang komentator. Maklum,
pertarungan ideologi sudah terbawa-bawa.
Lahir dari keturunan Yahudi (yang banyak mencetak pecatur
internasional), Fischer konon mewarisi karakter perbintangan
Rembrandt, Goethe, dan Da Vinci. Cemerlang, tertutup, dengan
obsesi mengarah paranoia -- sejenis penyakit saraf. "Tapi yang
paling dahsyat adalah kebenciannya terhadap orang Rusia, berikut
sistem permainan caturnya," tulis Brian Stoddart dalam majalah
Hemisphere.
Perburuannya sebagai jenius catur memang terbilang gila-gilaan .
Kalau pindah rumah, Fisher bisa melupakan segala-galanya kecuali
sebotol susu dan satu set papan catur.
Boris Spassky tak kurang gilanya. Karakternya susah ditebak,
urakan. Sikap kepala batunya "khas Soviet". "Dua orang ini hanya
bisa toleran dalam satu hal," kata Dr. Stoddart yang mengajar di
Canberra College of Advance Education. Yaitu, "terhadap
kepiawaian yang mengontrol nasib mereka - anugerah bakat besar
sejati di bidang catur."
Asal usul catur nyaris tak terlacak. Untung ada usaha H.J.R.
Murray yang pada 1913 menghasilkan buku Sejarah Catur. Sebagian
orang berpendapat, catur dan sejenisnya (dam-daman,
macan-macanan) mulai dimainkan orang di Knucklebones. "Tetapi
catur seperti yang kita kenal sekarang bisa dilacak sampai pada
tahun 550 Masehi ," tulis Stoddart. Pertama kali, ia muncul di
India sebagai "permainan perang-perangan", disebut chaturanga.
Berasal dari permainan pacuan kuda, astapada, chaturanga terdiri
dari empat pemain yang memerankan raja yang memimpin
balatentaranya berperang. Unsur militer dari permainan itu
disisipkan sesuai dengan sasaran diplomatisnya. Setiap pemain
mengakhiri persekutuannya: dua pemain kemudian menggerakkan
bidaknya secara bersama-sama terhadap dua lawannya yang lain.
Implikasi sosialnya jelas. Dengan sejumlah besar raja turun di
gelanggang, persekutuan dan kepatuhan sangat utama bagi
superioritas militer dan politik. Chaturanga konon merupakan
batu asahan bagi keterampilan kepemimpinan masa itu.
Seperti semua cabang olah raga dan permainan, catur menyebarkan
diri seiring dengan laju ekspansi politik militer, dan
kebudayaan. Dari tanah asalnya di India, catur dengan cepat
menyebar ke seluruh dunia melalui tiga jalur utama: Cina, Asia
Tenggara, dan, yang paling berpengaruh, Persia.
Persia mengenal catur dengan nama shatranj, sekitar abad ke-7
Masehi. Firdausi, pengarang abad ke-10, mengakui asal-usul catur
dari India. Ini dilakukannya ketika ia bercerita tentang seorang
duta India yang mempertaruhkan sukses misinya pada hasil
pertandingan catur yang berlangsung di istana. Sekali berada di
Persia, catur menerobos jalur-jalur supremasi militer. Seperti
yang dilakukan para diplomat kini dengan tas-tas diplomatiknya,
rekan-rekannya di zaman dulu juga "menyelundupkan" peralatan
olah raga: perangkat papan catur yang dimuatkan di atas punggung
kuda.
Melalui terobosan utama ke Cina, serbuan gencar catur melanda
Korea dan Jepang pada abad ke-7. Variasi permainan yang datang
lebih awal menciptakan tradisi catur yang berbeda di kedua
negeri itu.
Dikenal dengan nama shogi, catur versi Jepang berarti "permainan
jenderal". Di sini perekrutan bidak-bidak yang kalah sebagai
serdadu si pemenang, merupakan karakteristik tersendiri. "Ini
jelas menunjukkan kebiasaan yang berlangsung di kalangan para
raja perang", komentar Stoddart.
Pada abad ke-16, shogi menjadi inceran kaum profesional sipil
dan militer karena nilai-nilai kebajikannya. Dirintis oleh
Ohashi-Sokai -- mungkin pecatur Jepang terbaik hingga kini shogi
makin semarak dalam turnamen-turnamen di Tokyo. Pada gilirannya
lahir pula lembaga-lembaga pendidikan shogi berikut guru-guru
resminya. Pada 1970-an sekitar seratus pemain melestarikan
tradisi ini.
Sementara permainan versi Timur mencoba mengembangkan diri,
catur menyerbu Barat. Dimulai dengan modernisasi di Persia, pada
abad ke-11 catur menerobos ke Italia dari Afrika Utara, kemudian
ke Spanyol, dan juga Mesir lama.
"Kontak dengan Islam menumbuhkan kesulitan pertama terhadap
catur," kata Stoddart. Quran melarang pemujaan bentuk, terutama
terhadap manusia. Buah catur, jadinya, lebih distilisasi --
gambar gajah dan unta terutama. Dan itulah kiranya mengapa
bidak-bidak catur kita, dari versi Islam, menjadi abstrak.
Kesulitan yang sama juga terjadi di Barat. Uskup Kardinal Ostia
dan Kardinal Florence berselisih secara terbuka tentang hukum
Gereja Katolik mengenai permainan. Pada 1128, St. Bernard
melarang para ksatria Templar bermain. Ia menganggap catur bisa
menggoyahkan iman.
Tetapi secara bertahap Gereja mencoba menyesuaikan diri. Ada
petunjuk bahwa Erasmus dan paus waktu itu berusaha ke arah itu,
kendati menyimpang dari kebiasaan yang berlaku. Pada abad ke-16,
Gereja dengan senang hati menghalalkan catur sebagai "moralitas
tak berdosa" -- dengan menekankan pada unsur positif yang
berguna bagi kehidupan manusia maupun -- permainan catur itu
sendiri. Namun tak ayal, orang seperti Thomas Middelton harus
menjalani proses pengadilan berkenaan dengan satire politik
berlatar belakang catur yang diterbitkannya pada 1624.
Pengadilan Inggris menganggapnya dapat mengganggu hubungan
politik dan keagamaan negeri itu dengan Spanyol.
Sejumlah orang dan organisasi bertanggung-jawab terhadap
penyebaran catur ke berbagai negeri. Orang-orang Viking menjadi
penyebar catur ke Inggris. Raja Kanut (Canute) malahan pemain
catur yang getol. Ketika orang-orang Normandia sampai di
Inggris, mereka menyucikan catur dengan cara yang aneh --
persisnya tak dijelaskan oleh Stoddart. Karena akunting negara
dilakukan di atas papan petak-petak yang tidak mirip dengan
papan catur sekarang, maka kantornya dinamakan mereka scaccarium
-- dari sini datang kata Belanda schaak yang diucapkan "sekak"
oleh lidah Indonesia pedalaman. Demikianlah lahir kali kata
exchelquer dan tentu saja juga kata cheque -- istilah yang
tidak boleh tidak ada dalam dunia yang semakin mata duitan ini.
Perang Salib, dengan segala sebab akibat dan pengaruhnya serta
dampak intrik politik dan strategi militernya, turut memperluas
cakupan catur. Richard Sang Hati Singa, pemikir militer yang
berdarah dingin itu, konon main catur secara tetap dalam masa
perang sucinya. Papan-papan catur dari masa jajahan Perang Salib
terhadap Islam secara simbolis menggambarkan pertempuran yang
sedang berlangsung. Ini menjadi pola papan catur pada masa
perang.
Pada akhir abad ke-18, Kongsi India Timur memesan perangkat
catur yang menggambarkan para serdadu John Company bertempur
melawan prajurit bayaran para raja yang dipertuan. Semasa Perang
Dunia II, lahir perangkat catur yang menggambarkan pasukan
Sekutu melawan Kekuatan Poros. Tak ketinggalan para tokohnya
seperti Churchill dan Hitler, masing-masing lengkap dengan pipa
dan kumis.
Ketika pergolakan di Abad Pertengahan berlangsung, Spanyol
tampil sebagai negeri catur Eropa terkemuka pertama. Tokoh
nasionalnya adalah Ruy Lopez. Mewarisi sisa-sisa peradaban Islam
di sana, pada 1561, ia menerbitkan manual catur penting paling
awal. Si Lopez ini kemudian meraih gelar juara catur pertama
dalam pertandingan yang berlangsung di Madrid, 1575.
Kehadirannya ditandai dengan lukisan Mussini, bernama
Pertandingan Catur di Istana Spanyol.
Sekolah-sekolah nasional catur konon muncul ketika turnamen dan
keahlian meningkat. Prancis ungul pada abad ke-18, dengan
sejumah pemain andalan. Juga sederetan teoritikus, misalnya
Philidor -- yang namanya dipakai untuk program catur berkomputer
pada abad ke-20 ini . Salah satu tempat di Prancis yang bernama
Cafe de la Regence mampu bertahan sebagai "Mekkah"-nya catur.
Nama Howard Staunton muncul memantapkan posisi catur Inggris
pada abad ke-19. Ia pemain dengan bakat besar, sayang secara
sosial tidak. Ia populer, tapi kontroversial. Klub-klub catur
Inggris tumbuh subur di mana-mana. Pada 1813, media cetak
Liverpool Mercury membuka rubrik catur pertama.
Staunton bukannya tanpa saingan, sebagai pemain atau lelaki
urakan. Steinitz, master Austria, pada 1866 memenangkan
kejuaraan catur dunia resmi. Tentang kariernya, belakangan ia
menulis begini: "Aku berjam-jam menatap dengan mata terbeliak
dan panas bagai api tak ada yang mampu membuatku lelap. Pada
saat penutupan kejuaraan, aku terpanggang ketegangan saraf yang
membuatku demam panggung. Berminggu-minggu lamanya aku tak mampu
mengendalikan perasaan. Hidup hanya dengan sampanye, atau
minuman perangsang lainnya, yang dapat menumbuhkan kembali
kekuatan."
Acap kali kehebatan memudar oleh tingkah ulah sang juara
sendiri. Sebut nama Paul Murphy, jenius Amerika yang terlalu
cepat naik. Tapi sayang. "Kariernya secara tragis dipersingkat
oleh pekerti pribadi yang tak terpuji, dan kejangkitan
paranoia," tutur Stoddart dengan nada palak. Penyakit saraf
jenis ini memang acap menjangkiti para jenius, maka itu
hati-hatilah. Kini, rekaman pertandingannya dinilai para
kritikus "hasil pemikiran catur puncak." Sebagian komentator
malah menganggap Murphy "bayang-bayang menakutkan Bobby
Fischer."
Pada akhir abad ke-19, tinggal satu perkembangan yang melengkapi
peta bumi sejarah catur modern -- hadirnya Rusia. Cukup aneh,
catur Rusia sempat terlelap begitu lama sampai datangnya Mikhail
Tchigorin. Ia secara tuntas mengabdikan dirinya pada permainan
catur dan menjadikannya unsur utama kebudayaan Rusia sampai
runtuhnya Tsar dan pendukungnya. Kemudian, seperti semua
"kebudayaan feodal", catur turut tersapu ketika Revolusi Oktober
1917 mengamuk.
Ternyata Lenin -- sang Pemimpin Besar Revolusi -- pemain catur
yang tekun dan cermat, konon. Pada 1921, Sentral Komite Partai
Komunis Uni Soviet yang dipimpinnya menghadiahkan padanya satu
perangkat papan catur -- yang "mencerminkan hubungan Partai dan
kebudayaan." Para bidak pun dalam warna putih dan merah, konon
sebagai cerminan perang saudara antara Rus Putih dan Rus Merah
yang sempat berkecamuk di sana. Pada 1927, bidak gajah, benteng
dan tir dilabur putih -- berbareng dengan ditendangnya Leon
Trotsky dari Partai. Ketika pembersihan terhadap kaum Stalinis
mara ke seluruh negeri, perangkat catur menjadi tak bermanfaat.
Seperti Zinoviev, ia sirna dari keagungan.
Anehnya, catur itu sendiri sudah tak terelakkan sebagai bagian
utama dari reformasi kebudayaan Soviet. Ia dinilai sebagai ajang
latihan taktik dan strategi, tempat menanamkan keberanian. Ia
juga konon bisa menjadi penangkal mabuk-mabukan dan "racun kaum
proletariat" lainnya. Dan memang, sejak 1 920-an,
pecatur-pecatur Rusia acap tampil berjaya dalam
kejuaraan-kejuaraan catur dunia.
Rusia buangan yang bernama Alexander Alekhine sempat mendominasi
kejuaraan dunia sampai dengan 1947. Sejak saat itu, Olimpiade
Catur yang dimulai pada 1927 terus-menerus dikuasai orang Rusia.
Inilah sejumlah nama contoh: Mikhail Botwinnik, Mikhail Tal,
Tigran Petrosian, dan Boris Spassky.
"Hanya Fisher yang mampu mematahkan dominasi itu", kata
Stoddart, dosen yang doktor itu. Dan ia pula yang turut
meramaikan arena dengan intrik politik. Di Filipina, lalu di
Italia, Anatoly Karpov memukul Victor Korchnoi, sang pelarian.
Karpov, yang kewarganegaraan Sovietnya lebih tangguh ketimbang
Spassky, dielu-elukan ketika pulang setelah berjaya mengganyang
si pembelot Korchnoi. "Catur kini berkembang sebagai senjata
perjuangan ideologi", kata Stoddart.
Perkembangan politik membawa pengaruh pada catur. Ini jelas
terlihat pada bidak Ratu. Pada awal pertumbuhan catur, Ratu
memerankan tokoh laki-laki, sebagai Perdana Menteri. Ini
berkaitan dengan pandangan kekuasaan masa itu. Semua aliran
catur mempertahankan kebijaksanaan perbidakan ini sampai sekitar
abad ke-15.
Emansipasi wanita, termasuk didalamnya kekuasaan politik, boleh
jadi mempengaruhi kedudukan Ratu dalam permainan catur. Dengan
kata lain, wanita Barat menjadi lebih berperan secara politis.
Perubahan bidak catur merupakan penyesuaian wajar saja dari
perkembangan maju di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Sebaliknya, tradisi non-Barat mencoba mempertahankan kedudukan
bidak Perdana Menteri. Peranan laki-laki, kita tahu, memang
lebih dominan di kawasan Asia, misalnya. Di sini kelompok wanita
lebih patuh ketimbang rekannya di Eropa.
Catur juga dapat dihubungkan secara erat dengan perkembangan
maju ekonomi dan teknologi. Perangkat catur awal, umpamanya,
dibuat dari gading India -- bikinan Madras konon banyak dicari.
Tapi perburuan yang menggalak di Afrika diikuti terbukanya
jaringan perdagangan di kawasan itu memerosotkan industri
pembuatan catur India pada sekitar abad ke-17. Lalu Meissen
mulai membuat perangkat catur porselin pada abad ke-18. Menyusul
pula perangkat besi, baja. Lalu set catur perak lebih populer.
Kemudian datanglah revolusi plastik di abad ke-20 ini. Plastik
membuat perangkat catur lebih murah, karenanya menjadi lebih
massal. "Ini mungkin yang membuat lahirnya lebih banyak pemain
dunia," Stoddart mencoba menarik kesimpulan. "Di Asia Anda dapat
melihat sembarang orang bermain catur dengan perangkat mini",
tambahnya.
Melesat cepatnya perkembangan elektronika dan mekanika turut
mengimbaskan pengaruh pada dunia catur. Buku-buku tebal dan
literatur catur periodik dicetak lebih banyak dengan harga lebih
murah dengan mutu lebih baik dan pelayanan lebih cepat. Jam
catur yang di ciptakan pada abad ke-19 oleh Thomas Wilson
disempurnakan dan melengkapi kemudahan, kecepatan dan ketepatan
penjadwalan pertandingan. Sistem pos dan jaringan radio membuat
hubungan organisasi catur satu dengan lainnya di pelosok-pelosok
menjadi lancar. Peningkatan teknik televisi memungkinkan The
Master Game merekam disiplin, ketangguhan intelek dan ketegangan
permainan catur -- hal yang dulu mustahil.
Botwinnik, insinyur listrik yang juga mastercatur, membuat
gebrakan pertama dengan komputer catur. Ini, pada gilirannya,
memungkinkan dilakukannya studi perkembangan pikiran dan fungsi
otak manusia, misalnya.
Boleh jadi, atraksi puncak permainan catur adalah alam tak
terhingga berikut semua kemungkinan-kemungkinannya. Sementara
proporsi matematikanya bisa dicocok-cocokkan dan diterapkan,
dimensi manusianya sendiri secara menggoda tak terukur.
"Dapatkah Murphy atau Fisher menyingkap rahasia alam pikiran?"
tanya Stoddart seperti pada dirinya sendiri.
Tetapi mungkin kita bisa kembali kepada pepatah Rusia yang,
siapa tahu, bisa menggoda pecatur tingkat pemula atau yang
grandmaster: "Catur adalah samudra tempat seekor agas mereguk
seteguk air dan tempat gajah mandi sampai basah." Orang Batak
siapa tahu malah lebih suka memilih menjadi ikan, dalam samudera
itu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini