Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Papan catur di depan anda

Perkembangan permainan catur mulai dari tahun 550 masehi. jenis-jenis buah catur dari masa ke masa dan para tokoh yang menggemari catur. (sel)

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERMULA dari hobi atau iseng, catur tiba-tiba menjadi permainan yang mengasyikkan. Di Tanah Batak, misalnya, ia dapat membikin laki-laki lupa makan, lupa istri dan anak. Ditemani segelas tuak, si Hutagalung atau si Ginting sanggup berjam-jam di hadapan sebilah papan catur. Tak heran, dari kalangan mereka banyak lahir pecatur alam berbakat. Pada jenjang grandmaster internasional, permainan catur bisa sampai ke tingkat "hancur-hancuran". Masih ingat pertarungan "hidup-mati" Bobby Fischer (AS) melawan Boris Spassky (US) pada 1972? "Drama perang urat saraf, diplomasi, obsesi nasional dan gaya hidup yang menegangkan," ulas seorang komentator. Maklum, pertarungan ideologi sudah terbawa-bawa. Lahir dari keturunan Yahudi (yang banyak mencetak pecatur internasional), Fischer konon mewarisi karakter perbintangan Rembrandt, Goethe, dan Da Vinci. Cemerlang, tertutup, dengan obsesi mengarah paranoia -- sejenis penyakit saraf. "Tapi yang paling dahsyat adalah kebenciannya terhadap orang Rusia, berikut sistem permainan caturnya," tulis Brian Stoddart dalam majalah Hemisphere. Perburuannya sebagai jenius catur memang terbilang gila-gilaan . Kalau pindah rumah, Fisher bisa melupakan segala-galanya kecuali sebotol susu dan satu set papan catur. Boris Spassky tak kurang gilanya. Karakternya susah ditebak, urakan. Sikap kepala batunya "khas Soviet". "Dua orang ini hanya bisa toleran dalam satu hal," kata Dr. Stoddart yang mengajar di Canberra College of Advance Education. Yaitu, "terhadap kepiawaian yang mengontrol nasib mereka - anugerah bakat besar sejati di bidang catur." Asal usul catur nyaris tak terlacak. Untung ada usaha H.J.R. Murray yang pada 1913 menghasilkan buku Sejarah Catur. Sebagian orang berpendapat, catur dan sejenisnya (dam-daman, macan-macanan) mulai dimainkan orang di Knucklebones. "Tetapi catur seperti yang kita kenal sekarang bisa dilacak sampai pada tahun 550 Masehi ," tulis Stoddart. Pertama kali, ia muncul di India sebagai "permainan perang-perangan", disebut chaturanga. Berasal dari permainan pacuan kuda, astapada, chaturanga terdiri dari empat pemain yang memerankan raja yang memimpin balatentaranya berperang. Unsur militer dari permainan itu disisipkan sesuai dengan sasaran diplomatisnya. Setiap pemain mengakhiri persekutuannya: dua pemain kemudian menggerakkan bidaknya secara bersama-sama terhadap dua lawannya yang lain. Implikasi sosialnya jelas. Dengan sejumlah besar raja turun di gelanggang, persekutuan dan kepatuhan sangat utama bagi superioritas militer dan politik. Chaturanga konon merupakan batu asahan bagi keterampilan kepemimpinan masa itu. Seperti semua cabang olah raga dan permainan, catur menyebarkan diri seiring dengan laju ekspansi politik militer, dan kebudayaan. Dari tanah asalnya di India, catur dengan cepat menyebar ke seluruh dunia melalui tiga jalur utama: Cina, Asia Tenggara, dan, yang paling berpengaruh, Persia. Persia mengenal catur dengan nama shatranj, sekitar abad ke-7 Masehi. Firdausi, pengarang abad ke-10, mengakui asal-usul catur dari India. Ini dilakukannya ketika ia bercerita tentang seorang duta India yang mempertaruhkan sukses misinya pada hasil pertandingan catur yang berlangsung di istana. Sekali berada di Persia, catur menerobos jalur-jalur supremasi militer. Seperti yang dilakukan para diplomat kini dengan tas-tas diplomatiknya, rekan-rekannya di zaman dulu juga "menyelundupkan" peralatan olah raga: perangkat papan catur yang dimuatkan di atas punggung kuda. Melalui terobosan utama ke Cina, serbuan gencar catur melanda Korea dan Jepang pada abad ke-7. Variasi permainan yang datang lebih awal menciptakan tradisi catur yang berbeda di kedua negeri itu. Dikenal dengan nama shogi, catur versi Jepang berarti "permainan jenderal". Di sini perekrutan bidak-bidak yang kalah sebagai serdadu si pemenang, merupakan karakteristik tersendiri. "Ini jelas menunjukkan kebiasaan yang berlangsung di kalangan para raja perang", komentar Stoddart. Pada abad ke-16, shogi menjadi inceran kaum profesional sipil dan militer karena nilai-nilai kebajikannya. Dirintis oleh Ohashi-Sokai -- mungkin pecatur Jepang terbaik hingga kini shogi makin semarak dalam turnamen-turnamen di Tokyo. Pada gilirannya lahir pula lembaga-lembaga pendidikan shogi berikut guru-guru resminya. Pada 1970-an sekitar seratus pemain melestarikan tradisi ini. Sementara permainan versi Timur mencoba mengembangkan diri, catur menyerbu Barat. Dimulai dengan modernisasi di Persia, pada abad ke-11 catur menerobos ke Italia dari Afrika Utara, kemudian ke Spanyol, dan juga Mesir lama. "Kontak dengan Islam menumbuhkan kesulitan pertama terhadap catur," kata Stoddart. Quran melarang pemujaan bentuk, terutama terhadap manusia. Buah catur, jadinya, lebih distilisasi -- gambar gajah dan unta terutama. Dan itulah kiranya mengapa bidak-bidak catur kita, dari versi Islam, menjadi abstrak. Kesulitan yang sama juga terjadi di Barat. Uskup Kardinal Ostia dan Kardinal Florence berselisih secara terbuka tentang hukum Gereja Katolik mengenai permainan. Pada 1128, St. Bernard melarang para ksatria Templar bermain. Ia menganggap catur bisa menggoyahkan iman. Tetapi secara bertahap Gereja mencoba menyesuaikan diri. Ada petunjuk bahwa Erasmus dan paus waktu itu berusaha ke arah itu, kendati menyimpang dari kebiasaan yang berlaku. Pada abad ke-16, Gereja dengan senang hati menghalalkan catur sebagai "moralitas tak berdosa" -- dengan menekankan pada unsur positif yang berguna bagi kehidupan manusia maupun -- permainan catur itu sendiri. Namun tak ayal, orang seperti Thomas Middelton harus menjalani proses pengadilan berkenaan dengan satire politik berlatar belakang catur yang diterbitkannya pada 1624. Pengadilan Inggris menganggapnya dapat mengganggu hubungan politik dan keagamaan negeri itu dengan Spanyol. Sejumlah orang dan organisasi bertanggung-jawab terhadap penyebaran catur ke berbagai negeri. Orang-orang Viking menjadi penyebar catur ke Inggris. Raja Kanut (Canute) malahan pemain catur yang getol. Ketika orang-orang Normandia sampai di Inggris, mereka menyucikan catur dengan cara yang aneh -- persisnya tak dijelaskan oleh Stoddart. Karena akunting negara dilakukan di atas papan petak-petak yang tidak mirip dengan papan catur sekarang, maka kantornya dinamakan mereka scaccarium -- dari sini datang kata Belanda schaak yang diucapkan "sekak" oleh lidah Indonesia pedalaman. Demikianlah lahir kali kata exchelquer dan tentu saja juga kata cheque -- istilah yang tidak boleh tidak ada dalam dunia yang semakin mata duitan ini. Perang Salib, dengan segala sebab akibat dan pengaruhnya serta dampak intrik politik dan strategi militernya, turut memperluas cakupan catur. Richard Sang Hati Singa, pemikir militer yang berdarah dingin itu, konon main catur secara tetap dalam masa perang sucinya. Papan-papan catur dari masa jajahan Perang Salib terhadap Islam secara simbolis menggambarkan pertempuran yang sedang berlangsung. Ini menjadi pola papan catur pada masa perang. Pada akhir abad ke-18, Kongsi India Timur memesan perangkat catur yang menggambarkan para serdadu John Company bertempur melawan prajurit bayaran para raja yang dipertuan. Semasa Perang Dunia II, lahir perangkat catur yang menggambarkan pasukan Sekutu melawan Kekuatan Poros. Tak ketinggalan para tokohnya seperti Churchill dan Hitler, masing-masing lengkap dengan pipa dan kumis. Ketika pergolakan di Abad Pertengahan berlangsung, Spanyol tampil sebagai negeri catur Eropa terkemuka pertama. Tokoh nasionalnya adalah Ruy Lopez. Mewarisi sisa-sisa peradaban Islam di sana, pada 1561, ia menerbitkan manual catur penting paling awal. Si Lopez ini kemudian meraih gelar juara catur pertama dalam pertandingan yang berlangsung di Madrid, 1575. Kehadirannya ditandai dengan lukisan Mussini, bernama Pertandingan Catur di Istana Spanyol. Sekolah-sekolah nasional catur konon muncul ketika turnamen dan keahlian meningkat. Prancis ungul pada abad ke-18, dengan sejumah pemain andalan. Juga sederetan teoritikus, misalnya Philidor -- yang namanya dipakai untuk program catur berkomputer pada abad ke-20 ini . Salah satu tempat di Prancis yang bernama Cafe de la Regence mampu bertahan sebagai "Mekkah"-nya catur. Nama Howard Staunton muncul memantapkan posisi catur Inggris pada abad ke-19. Ia pemain dengan bakat besar, sayang secara sosial tidak. Ia populer, tapi kontroversial. Klub-klub catur Inggris tumbuh subur di mana-mana. Pada 1813, media cetak Liverpool Mercury membuka rubrik catur pertama. Staunton bukannya tanpa saingan, sebagai pemain atau lelaki urakan. Steinitz, master Austria, pada 1866 memenangkan kejuaraan catur dunia resmi. Tentang kariernya, belakangan ia menulis begini: "Aku berjam-jam menatap dengan mata terbeliak dan panas bagai api tak ada yang mampu membuatku lelap. Pada saat penutupan kejuaraan, aku terpanggang ketegangan saraf yang membuatku demam panggung. Berminggu-minggu lamanya aku tak mampu mengendalikan perasaan. Hidup hanya dengan sampanye, atau minuman perangsang lainnya, yang dapat menumbuhkan kembali kekuatan." Acap kali kehebatan memudar oleh tingkah ulah sang juara sendiri. Sebut nama Paul Murphy, jenius Amerika yang terlalu cepat naik. Tapi sayang. "Kariernya secara tragis dipersingkat oleh pekerti pribadi yang tak terpuji, dan kejangkitan paranoia," tutur Stoddart dengan nada palak. Penyakit saraf jenis ini memang acap menjangkiti para jenius, maka itu hati-hatilah. Kini, rekaman pertandingannya dinilai para kritikus "hasil pemikiran catur puncak." Sebagian komentator malah menganggap Murphy "bayang-bayang menakutkan Bobby Fischer." Pada akhir abad ke-19, tinggal satu perkembangan yang melengkapi peta bumi sejarah catur modern -- hadirnya Rusia. Cukup aneh, catur Rusia sempat terlelap begitu lama sampai datangnya Mikhail Tchigorin. Ia secara tuntas mengabdikan dirinya pada permainan catur dan menjadikannya unsur utama kebudayaan Rusia sampai runtuhnya Tsar dan pendukungnya. Kemudian, seperti semua "kebudayaan feodal", catur turut tersapu ketika Revolusi Oktober 1917 mengamuk. Ternyata Lenin -- sang Pemimpin Besar Revolusi -- pemain catur yang tekun dan cermat, konon. Pada 1921, Sentral Komite Partai Komunis Uni Soviet yang dipimpinnya menghadiahkan padanya satu perangkat papan catur -- yang "mencerminkan hubungan Partai dan kebudayaan." Para bidak pun dalam warna putih dan merah, konon sebagai cerminan perang saudara antara Rus Putih dan Rus Merah yang sempat berkecamuk di sana. Pada 1927, bidak gajah, benteng dan tir dilabur putih -- berbareng dengan ditendangnya Leon Trotsky dari Partai. Ketika pembersihan terhadap kaum Stalinis mara ke seluruh negeri, perangkat catur menjadi tak bermanfaat. Seperti Zinoviev, ia sirna dari keagungan. Anehnya, catur itu sendiri sudah tak terelakkan sebagai bagian utama dari reformasi kebudayaan Soviet. Ia dinilai sebagai ajang latihan taktik dan strategi, tempat menanamkan keberanian. Ia juga konon bisa menjadi penangkal mabuk-mabukan dan "racun kaum proletariat" lainnya. Dan memang, sejak 1 920-an, pecatur-pecatur Rusia acap tampil berjaya dalam kejuaraan-kejuaraan catur dunia. Rusia buangan yang bernama Alexander Alekhine sempat mendominasi kejuaraan dunia sampai dengan 1947. Sejak saat itu, Olimpiade Catur yang dimulai pada 1927 terus-menerus dikuasai orang Rusia. Inilah sejumlah nama contoh: Mikhail Botwinnik, Mikhail Tal, Tigran Petrosian, dan Boris Spassky. "Hanya Fisher yang mampu mematahkan dominasi itu", kata Stoddart, dosen yang doktor itu. Dan ia pula yang turut meramaikan arena dengan intrik politik. Di Filipina, lalu di Italia, Anatoly Karpov memukul Victor Korchnoi, sang pelarian. Karpov, yang kewarganegaraan Sovietnya lebih tangguh ketimbang Spassky, dielu-elukan ketika pulang setelah berjaya mengganyang si pembelot Korchnoi. "Catur kini berkembang sebagai senjata perjuangan ideologi", kata Stoddart. Perkembangan politik membawa pengaruh pada catur. Ini jelas terlihat pada bidak Ratu. Pada awal pertumbuhan catur, Ratu memerankan tokoh laki-laki, sebagai Perdana Menteri. Ini berkaitan dengan pandangan kekuasaan masa itu. Semua aliran catur mempertahankan kebijaksanaan perbidakan ini sampai sekitar abad ke-15. Emansipasi wanita, termasuk didalamnya kekuasaan politik, boleh jadi mempengaruhi kedudukan Ratu dalam permainan catur. Dengan kata lain, wanita Barat menjadi lebih berperan secara politis. Perubahan bidak catur merupakan penyesuaian wajar saja dari perkembangan maju di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sebaliknya, tradisi non-Barat mencoba mempertahankan kedudukan bidak Perdana Menteri. Peranan laki-laki, kita tahu, memang lebih dominan di kawasan Asia, misalnya. Di sini kelompok wanita lebih patuh ketimbang rekannya di Eropa. Catur juga dapat dihubungkan secara erat dengan perkembangan maju ekonomi dan teknologi. Perangkat catur awal, umpamanya, dibuat dari gading India -- bikinan Madras konon banyak dicari. Tapi perburuan yang menggalak di Afrika diikuti terbukanya jaringan perdagangan di kawasan itu memerosotkan industri pembuatan catur India pada sekitar abad ke-17. Lalu Meissen mulai membuat perangkat catur porselin pada abad ke-18. Menyusul pula perangkat besi, baja. Lalu set catur perak lebih populer. Kemudian datanglah revolusi plastik di abad ke-20 ini. Plastik membuat perangkat catur lebih murah, karenanya menjadi lebih massal. "Ini mungkin yang membuat lahirnya lebih banyak pemain dunia," Stoddart mencoba menarik kesimpulan. "Di Asia Anda dapat melihat sembarang orang bermain catur dengan perangkat mini", tambahnya. Melesat cepatnya perkembangan elektronika dan mekanika turut mengimbaskan pengaruh pada dunia catur. Buku-buku tebal dan literatur catur periodik dicetak lebih banyak dengan harga lebih murah dengan mutu lebih baik dan pelayanan lebih cepat. Jam catur yang di ciptakan pada abad ke-19 oleh Thomas Wilson disempurnakan dan melengkapi kemudahan, kecepatan dan ketepatan penjadwalan pertandingan. Sistem pos dan jaringan radio membuat hubungan organisasi catur satu dengan lainnya di pelosok-pelosok menjadi lancar. Peningkatan teknik televisi memungkinkan The Master Game merekam disiplin, ketangguhan intelek dan ketegangan permainan catur -- hal yang dulu mustahil. Botwinnik, insinyur listrik yang juga mastercatur, membuat gebrakan pertama dengan komputer catur. Ini, pada gilirannya, memungkinkan dilakukannya studi perkembangan pikiran dan fungsi otak manusia, misalnya. Boleh jadi, atraksi puncak permainan catur adalah alam tak terhingga berikut semua kemungkinan-kemungkinannya. Sementara proporsi matematikanya bisa dicocok-cocokkan dan diterapkan, dimensi manusianya sendiri secara menggoda tak terukur. "Dapatkah Murphy atau Fisher menyingkap rahasia alam pikiran?" tanya Stoddart seperti pada dirinya sendiri. Tetapi mungkin kita bisa kembali kepada pepatah Rusia yang, siapa tahu, bisa menggoda pecatur tingkat pemula atau yang grandmaster: "Catur adalah samudra tempat seekor agas mereguk seteguk air dan tempat gajah mandi sampai basah." Orang Batak siapa tahu malah lebih suka memilih menjadi ikan, dalam samudera itu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus