Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati angkat bicara soal polemik patung Sarinah.
Dia membantah tuduhan bahwa pengelola menelantarkan relief peninggalan era Bung Karno tersebut.
Relief berukuran 11 x 3 meter itu akan menjadi ikon baru Gedung Sarinah setelah renovasi.
JAKARTA – Polemik sejarah patung Sarinah melempar Fetty Kwartati ke kenangan saat dia pertama kali menginjakkan kaki di Gedung Sarinah pada pertengahan 1980-an. Pusat belanja di Jalan M.H. Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat, itu menjadi destinasi keluarga Fetty, yang baru berusia belasan tahun, untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, terutama menjelang perayaan Imlek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Seingat saya, patung itu sudah tak terlihat,” ujar dia kepada Tempo, kemarin. Waktu itu, dia melanjutkan, lantai dasar merupakan ruang etalase produk busana dan kecantikan. McDonald’s, yang menjadi ikon gedung itu, baru hadir pada 1991.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fetty kini menjabat Direktur Utama PT Sarinah (Persero). Setelah ditunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir pada Juli lalu, barulah Fetty melihat relief berukuran 11 x 3 meter tersebut. Gambar timbul peninggalan era Bung Karno itu berada di ruang sempit yang dipenuhi instalasi listrik di lantai dasar, di belakang bekas lokasi McDonald’s.
Berdasarkan arsip perusahaan serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata Fetty, relief itu terekam dalam foto dan film pendek peresmian Sarinah oleh Presiden Sukarno pada Agustus 1966. Gedung setinggi 15 lantai itu merupakan pencakar langit pertama di Indonesia. Relief tersebut diperkirakan berada di lokasi yang sama sejak awal masa pembangunan pada 1963.
Dalam dokumen yang sama, Fetty melanjutkan, relief yang menggambarkan sekelompok lelaki bercaping dan perempuan berkebaya penjual buah itu tertutup sekat saat gedung menjalani renovasi pertama pada awal 1980. Waktu itu, PT Sarinah menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan pola bisnis retail Ibu Kota, termasuk lewat pembuatan pembatas-pembatas ruangan di lantai dasar bangunan.
Renovasi Gedung Sarinah, di Jakarta Pusat, 4 November lalu. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Dengan alasan posisinya tidak pernah berubah sejak 1960-an, Fetty menilai narasi yang menyebutkan relief tersebut baru ditemukan tidak tepat. “Tak benar juga disebut ditelantarkan,” katanya. “Perlu dipahami kalau sebelum-sebelumnya memang ada kebutuhan Sarinah untuk menyesuaikan kebutuhan zaman.” Dia juga menampik pendapat beberapa pakar seni yang menyatakan relief bertema sosialisme itu disembunyikan seiring dengan pergantian kekuasaan ke Presiden Soeharto.
Selama puluhan tahun berada di ruang sempit, patung tersebut mengalami banyak tindak perusakan. Bagian kaki satu patung tertimbun semen hingga setinggi 30 sentimeter. Relief besar tersebut juga terbagi dua oleh sekat berbahan kayu yang menempel pada permukaan batu. Namun, Fetty menyatakan, patung itu dapat dipulihkan seperti kondisi saat Bung Karno meresmikan Sarinah. “Sedang proses restorasi. Nanti akan menjadi ikon Sarinah yang baru,” ujarnya.
Tim Ahli Cagar Budaya Pemerintah DKI Jakarta baru mengetahui ihwal keberadaan obyek seni berukuran gigantis itu saat direksi Sarinah mengirim laporan pada Agustus lalu. Menurut Candrian Attahiyat, anggota tim ahli, relief itu berada di ruang dengan lebar sekitar 40 sentimeter yang disesaki boks listrik dan generator. “Saya sampai harus memiringkan badan saat masuk di situ,” kata mantan kepala pengelola Kota Tua Jakarta itu. Tim ahli belum mendapatkan dokumen yang menyebutkan soal relief tersebut.
Yuke Ardhiati, doktor sejarah UI, juga menyaksikan langsung kerusakan pada patung tersebut. Meski demikian, penulis buku Bung Karno Sang Arsitek ini menyambut positif keputusan direksi baru Sarinah merestorasi benda seni itu dan membukanya untuk publik.
Meski penelitiannya belum mendapati nama pemahat, Yuke tetap menilai patung itu sebagai karya besar. “Bukan hanya karena ukuran, tapi juga kualitas dan nilai seninya,” ujarnya. “Relief ini akan menjadi hal yang paling menarik saat Sarinah diresmikan kembali nanti.” Menurut agenda, renovasi pusat belanja modern pertama di Indonesia itu akan rampung pada Agustus mendatang.
FRANSISCO ROSARIANS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo