Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pelecehan Ariana Grande, Tak Cuma Sentuhan Ada Bentuk Lainnya

Belajar dari kasus pelecehan seksual Ariana Grande, menurut psikolog pelecehan tak hanya berupa sentuhan

3 September 2018 | 15.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ariana Gande dan Pendeta Charles H. Ellis III yang meraba payudara Ariana Grande di acara pemakaman ratu soul Amerika Serikat, Aretha Franklin pada hari Jumat, 31 Agustus 2018. [FOX NEWS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pendeta Charles H Ellis III dituding melakukan pelecehan seksual terhadap penyanyi Ariana Grande. Hal ini terjadi ketika Ariana Grande menghadiri pemakaman penyanyi legendaris Aretha Franklin pada Jumat, 31 Agustus 2018 di Detroit, Amerika Serikat yang dipimpin oleh Charles H Ellis III.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam foto dan video yang beredar, terlihat tangan kanan pendeta Charles H Ellis III merangkul tubuh penyanyi 25 tahun itu. Namun, tangan sang pendeta terlihat berada tepat di samping payudara kanan Ariana Grande. 

Psikolog Kasandra Putranto mengatakan pelecehan seksual tidak hanya berupa sentuhan. Tapi juga bisa terjadi hanya melalui godaaan hingga tatapan mata pelaku. “Siul siul, memanggil nama panggilan tertentu seperti baby, honey atau menyebutkan atribut tertentu seperti juicy, wanna pee dan lain-lain juga pelecehan,” jelas Kasandra kepada Tempo, Senin, 2 September 2018. 

Mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton disebut terpesona menyaksikan Ariana Grande bernyanyi di acara pemakaman ratu penyanyi soul Amerika, Aretha Franklin.

Kassandra juga menepis tudingan yang menilai pelecehan terhadap Ariana Grande disebabkan karena pakaiannya yang dianggap seksi saat itu. Menurut dia, terlepas dari apapun pakaiannya, semuanya tergantung dari pribadi pelaku pelecehan. “Bukan salah rok atau pakaian perempuan tapi salahkan mata dan otak pria yang tidak terkendali,” tegas Kasandra. 

Kasandra juga ikut memperhatikan reaksi Ariana Grande saat kejadian yang cenderung risih. Ia menyayangkan sikap wanita berusia 25 tahun yang tidak memberi perlawanan. Namun, ia memaklumi lantaran saat itu Ariana Grande tengah berada di depan publik dan tidak ingin merusak jalannya acara.

Namun, Kasandra menegaskan apapun yang terjadi dan di manapun yang namanya pelecahan seksual tidak bisa dibiarkan. Sebab, hal ini akan berakibat fatal jika terus dibiarkan yaitu akan memiliki kemungkinan dan menjurus pada bentuk pelecehan yang lebih besar lagi. “Meremehkan artinya membiarkan kekerasan terjadi dan berpotensi semakin besar. Untuk menyatakan penolakan tidak harus membuat keributan. Coba tatap kembali mata (pelaku) dan nyatakan bahwa dia harus mengendalikan diri,” tutup Kasandra.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus