Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pencemaran Parasetamol Pantai Jakarta, Berikut Penyebab Polutan Lainnya

Konsentrsi tinggi parasetamol Pantai Jakarta khususnya di Muara Angke dan Ancol mendapat perhatian publik. Apa sebab polutan sungai dan laut lainnya.

4 Oktober 2021 | 19.20 WIB

Kondisi perairan Kali Adem di Muara Angke, Jakarta, Ahad, 3 Oktober 2021. Teluk Jakarta di kawasan Angke dan Ancol di wilayah Jakarta Utara dilaporkan tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Kondisi perairan Kali Adem di Muara Angke, Jakarta, Ahad, 3 Oktober 2021. Teluk Jakarta di kawasan Angke dan Ancol di wilayah Jakarta Utara dilaporkan tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan jurnal Marine Pollution Bulletin yang terbit secara online 5 Juni 2021 menemukan konsentrasi tinggi zat aktif dalam farmasi yakni parasetamol di dua dari empat lokasi pengambilan sampel air Teluk Jakarta. Jurnal tersebut dibuat oleh tim peneliti gabungan dari Indonesia dari Inggris.

Penulis utama laporan dalam jurnal itu adalah Wulan Koagouw, peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi BRIN yang kini sedang menempuh program doktoral di University of Brighton, Inggris. Dia menyebut tingginya konsentrasi parasetamol yang ditemukan di pantai Jakarta melampaui temuan di negara lain seperti Brasil dan Portugis.

Kepada ANTARA, Wulan mengatakan, konsentrasi tinggi parasetamol di Muara Angke dan Ancol tersebut terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta. Dia menyebut terutama dampak pada budidaya kerang laut di sekitar perairan di Pantai Jakarta itu.

Seperti yang dikatakan penyair asal Inggris Wystan Hugh Auden, “Ribuan orang dapat hidup tanpa cinta, tapi tidak ada satupun yang mampu hidup tanpa air.” Dalam hal ini pula laut tengah dihadapi dengan masalah yang serius.

Ancaman tersebut dirilis oleh International Pollutants Elimination Network atau IPEN bersama National Toxic Network (NTN). Ancaman tesebut dirilis dalam bentuk laporan yang berjudul Ocean Pollutants Guide: Toxic Threats to Human and Marine Life pada 2018 lalu.

Dalam rilisnya, disebutkan laut sudah tercemar oleh kimia beracun, termasuk pestisida berbahaya, obat-obatan, dan polutan organik persisten (POPs) seperti Polychloro biphenyls (PCB), yaitu pencemaran yang diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat.

Berdasarkan kanal kkp.go.id, setiap tahun, 2.000 metrik ton gas merkuri dilepaskan ke atmosfer oleh pembangkit listrik tenaga batu bara dan aktivitas pertambangan. Zat berbahaya tersebut kemudian berproses secara kimia saat beredar di udara, tanah dan air dalam siklus yang kompleks.

Merkuri tersebut terakumulasi dalam ikan dalam bentuk metilmerkuri yang sangat beracun. Ketika senyawa ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi ikan, maka dapat berdampak buruk pada perkembangan otak anak-anak dan menyebabkan penyakit kardiovaskular pada orang dewasa.

"Diperkirakan aktivitas manusia telah melipatgandakan jumlah merkuri di permukaan laut sejak awal industrialisasi," kata ahli biogeokimia Martin Jiskra dari Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Basel. Sebelumnya, para ahli berasumsi bahwa merkuri memasuki lautan terutama melalui curah hujan. "Itu hanya asumsi, karena tidak ada stasiun pengumpul untuk curah hujan di atas laut."

Ditemukannya konsentrasi tinggi parasetamol di Muara Angke dan Ancol, Jakarta segera mendapat perhatian dari publik.

GERIN RIO PRANATA 

Baca: Peneliti Beberkan Studi yang Temukan Parasetamol di Pantai Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus