Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
ABDUL Chaer memasuki usia tujuh dekade saat memutuskan menyerah menulis dengan komputer sepenuhnya. Kira-kira sepuluh tahun lalu. Dia tak tahan dengan mata yang berair dan kelewat perih, padahal baru sebentar saja menatap monitor. Namun itu tak berarti penulis lebih dari 40 judul buku tentang ilmu bahasa dan budaya Betawi tersebut berhenti pula membuat karya. Naskah demi naskah terus dia serahkan kepada penerbit dalam bentuk tulisan tangan di atas ratusan lembar kertas. “Biasanya oleh penerbit diketik ulang, lalu diserahkan lagi ke saya untuk dikoreksi,” kata pria yang akrab disapa Babeh Chaer ini lewat wawancara virtual.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo