Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu gangguan seksual yang umum terjadi pada wanita adalah vaginismus. Kondisi ini di mana otot sekitar vagina mengencang dengan sendirinya saat penetrasi seksual. Meski tak memengaruhi gairah seksualnya, namun kondisi ini bisa menghambat hubungan intim karena menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan nyeri. Vaginismus juga dapat ditandai dengan berbagai gejala yang harus diwaspadai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vaginismus memengaruhi kelompok otot pubococcygeus yang bertanggung jawab untuk buang air kecil, hubungan intim, orgasme, buang air besar, dan melahirkan. Vaginismus dibagi menjadi dua, yaitu vaginismus primer dan sekunder. Primer artinya sudah mengalami nyeri sejak pertama kali berhubungan intim atau setiap kali menggunakan tampon. Sedangkan vaginismus sekunder adalah kondisi di mana awalnya tidak nyeri kemudian tiba-tiba terasa nyeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa gejala vaginismus yang mungkin Anda alami misalnya, hubungan seks terasa menyakitkan (dispareunia) yang mungkin disertai dengan sensasi terbakar atau menyengat, sulit atau bahkan tak dapat melakukan penetrasi, rasa sakit seksual dalam jangka panjang dengan atau tanpa sebab yang diketahui, nyeri saat memasang tampon, sakit saat pemeriksaan ginekologis dan mengalami kejang otot secara menyeluruh saat mencoba penetrasi
Gejala bisa bervariasi antar individu mulai dari yang ringan hingga yang berat. Hal ini bisa membuat Anda khawatir untuk melakukan hubungan seks sehingga mencoba menghindarinya. Jika terus dibiarkan tentu dapat mengganggu hubungan dan kualitas hidup Anda. Oleh sebab itu, apabila Anda merasakan gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Vaginismus bisa disebabkan oleh masalah fisik, emosional, maupun keduanya. Kelainan ini dapat pula terjadi karena orang tersebut menghendakinya. Berikut faktor emosional penyebab vaginismus:
- Ketakutan untuk berhubungan intim, misalnya takut merasa sakit atau hamil
- Sedang merasa cemas atau stres
- Hubungan bermasalah dengan pasangan, seperti mengalami kekerasan, kekesalan, ketidakpercayaan, dan lainnya
- Pernah mengalami kejadian traumatis, misalnya pemerkosaan atau pelecehan
- Pengalaman masa kecil, seperti paparan gambar-gambar seksual atau penggambaran seks di lingkungan sekitar
Sementara, faktor fisik penyebab vaginismus, di antaranya:
- Infeksi, misalnya infeksi saluran kemih dan infeksi jamur
- Kondisi medis tertentu, seperti kanker atau lichen sclerosus
- Dampak persalinan
- Menopause
- Operasi panggul
- Foreplay yang tak cukup
- Vagina kurang pelumas
- Efek samping obat