Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Peretail Besar Dukung DKI Larang Kantong Plastik

Pedagang pasar meminta produsen membuat kantong ramah lingkungan.

3 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peretail Besar Dukung DKI Larang Kantong Plastik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kalangan pengusaha retail dan toko modern mendukung rencana pemerintah DKI untuk melarang pemakaian kantong plastik sekali pakai di gerai-gerai belanja dan pasar. "Kami dukung pengurangan sampah plastik secara menyeluruh, baik di retail modern maupun tradisional," kata Head of Affairs and Sustainability Super Indo, Yuvlinda Susanta, saat dihubungi Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yuvlinda menerangkan, sejak 2013, Super Indo telah memiliki program "Gunakan Reusable Bag, Dapatkan Cash Back". Pelanggan yang membawa kantong belanja sendiri diberi insentif berupa potongan belanja. Gerai-gerai Super Indo, menurut dia, juga menyediakan kardus bekas gratis sebagai alternatif kemasan belanja pengganti kantong kresek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Vice President Corporate Communications Transmart Carrefour, Satria Hamid, mengatakan hal senada. Korporasinya mendukung larangan pemakaian kantong plastik di semua tempat belanja. "Jangan hanya diterapkan di toko modern, tapi juga toko lain dan pasar," kata dia.

Satria mengklaim kantong plastik yang disediakan Transmart sudah bisa terurai secara alamiah alias biodegradable dan sudah berstandar SNI. "Artinya ini sudah ramah lingkungan dan kami sudah aktif menyediakan kepada konsumen," ucap dia. Satria pun menyarankan pemerintah DKI menerapkan larangan pemakaian kantong plastik kepada restoran dan hotel.

Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rahmawati, mengatakan kantong belanja berbahan biodegradable seperti diklaim sejumlah peretail tidak benar-benar ramah lingkungan. Sebab, setelah hancur terurai, kantong jenis itu akan menjadi mikroplastik. "Jadi, tidak masuk kategori ramah lingkungan, tidak mencapai kategori guna ulang atau reuse," kata dia.

Sejumlah pedagang di pasar tradisional juga menyatakan dukungan atas rencana pelarangan kantong plastik sekali pakai. Namun mereka meminta pemerintah lebih dulu mewajibkan produsen plastik hanya memproduksi kantong ramah lingkungan. "Kami mau saja mengganti kantong belanja ke ramah lingkungan jika harganya bersaing," kata Sutejo, pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta Selatan.

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Ahmad Hariadi, mengatakan peraturan gubernur tentang larangan plastik sekali pakai yang segera terbit akan mengatur semua pelaku usaha, dari yang modern sampai tradisional. Tapi pemberlakuan larangan itu akan diterapkan secara bertahap. "Untuk sementara, pergub ini akan diterapkan di pasar PD. Pasar Jaya dan untuk konsumen pengguna KJP (Kartu Jakarta Pintar)," ucap dia.

Ahmad menambahkan, Dinas Lingkungan juga sudah berdiskusi dengan pengusaha restoran dan hotel agar menggunakan kantong ramah lingkungan. "Kami pun akan melatih produsen plastik untuk membuat kantong ramah lingkungan," ujar dia.

Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Tiza Mafira, mengatakan Jakarta sudah saatnya melarang kantong belanja plastik. Saat ini, Jakarta menghasilkan 7.250 ton sampah per hari. Sekitar 40 persen di antaranya sampah plastik. Dari angka itu, hanya separuhnya yang dikirim ke tempat pengolahan akhir sampah. "Setengahnya lagi ada yang didaur ulang dan ada yang jadi pencemar," kata dia. REZKI ALVIONITASARI


Mayoritas Mendukung Pembatasan Plastik

Bahaya sampah plastik bagi manusia, hewan, dan lingkungan tak terbantahkan lagi. Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Tiza Mafira Paus, mencontohkan paus sperma yang mati terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, pada 19 November lalu. "Sebelum kejadian itu, sudah banyak paus mati terdampar dan perutnya isinya plastik," kata Tiza, Sabtu lalu.

Ketika membelek perut paus tersebut, tim dari Balai Taman Nasional Wakatobi menemukan 5,9 kilogram sampah. Sebanyak 750 gram sampah berupa 115 gelas plastik. Ada pula 19 buah kemasan plastik seberat 140 gram, 4 buah botol plastik 150 gram, dan 25 kantong plastik 260 gram.

Tiza juga mengutip hasil penelitian tim dari University of Exeter, Inggris, yang menemukan 1.000 ekor penyu mati setiap tahun karena memakan plastik. Ikan kecil pun tak luput dari ancaman plastik. "Dua pertiga ikan yang ditangkap di perairan Indonesia mengandung mikroplastik," ujar dia. Mikroplastik, menurut Tiza, juga ditemukan pada sebagian garam laut dan air minum kemasan.

Lantas, bagaimana sikap warga Jakarta atas pembatasan pemakaian plastik? Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik telah melakukan survei yang melibatkan 1.120 warga Ibu Kota. Berikut ini profil responden dan sikap mereka:

5

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus