Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bom Meledak, Dialog Aceh Batal |
KEKERASAN masih juga mengangkangi akal sehat. Setidaknya itu yang terjadi di Langsa, Aceh, 24 Januari kemarin. Sebuah bom yang dilemparkan seseorang yang tak dikenal menggagalkan rencana pertemuan antarmasyarakat Aceh yang bertajuk "Dialog Masa Depan Aceh". Kaca-kaca jendela Gedung DPRD Langsa, yang sedianya menjadi tempat pertemuan, hancur berantakan.
Kejadian ini semakin menegaskan betapa susahnya kata sepakat mewujud di Aceh. Dialog itu sendiri sebenarnya dibuat dalam rangkaian pertemuan awal, sebelum digelarnya Kongres Rakyat Aceh, Februari depan. Kongres itu dimaksudkan sebagai ajang rembuk sesama rakyat Aceh untuk merumuskan apa sebenarnya yang mereka maui.
Memang tak mudah mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya dikehendaki rakyat Aceh. Sampai saat ini, setidaknya pendapat rakyat terpecah dalam tiga sikap mengenai masa depan mereka. Sebagian kelompok Gerakan Aceh Merdeka memilih merdeka tanpa harus minta restu Jakartadengan senjata jika perlu.
Sementara itu, sejumlah tokoh Acehterutama yang telah lama merasakan rezeki Jakartalebih memilih otonomi khusus sebagai masa depan buat Aceh. Sedangkan mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) condong pada referendum. Mereka menilai cara inilah yang memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih merdeka atau otonomi.
Silang pendapat itu juga mengimbas ke acara yang gagal tadi. Ketiga kelompok yang ada sama-sama memandang curiga, lebih-lebih karena acara itu diprakarsai Muchtar Pakpahan dan Hartati Murdayaorang nonmuslim dan bukan Acehmeski penyelenggaranya, Yayasan Bantuan Hukum Iskandar Muda, orang Aceh.
Eggy dan Al Chaidar Diperiksa Polisi |
EGGY Sudjana dan Al Chaidar diperiksa polisi. Dua orang aktivis Islam itu adalah pendukung tablig akbar di Mataram yang berakhir rusuhsejumlah orang tewas, sementara ratusan rumah dan dua gereja besar luluh-lantak.
Kapolda Noegroho Djayoesman menolak menyebut status mereka. "Kami baru sebatas memintai keterangan. Karenanya, belum jelas apakah ia berstatus tersangka atau sekadar saksi," katanya.
Namun, berbeda dengan Eggy yang datang secara baik-baik, Al Chaidar didatangkan ke pemeriksaan secara paksa. Al Chaidar, pengarang buku Aceh Bersimbah Darah, ditangkap di Bandar Udara Cengkareng saat hendak mengambil bagasi. Ia dan pamannya, Tengku Fauzi Hasbih, memang baru saja mendarat dari Malaysia. Saat itulah Al Chaidar didatangi dua orang berbadan kekar yang ternyata aparat. Pamannya sendiri, yang sempat kebingungan di bandara, baru mengetahui penangkapan itu sehari kemudian.
Penangkapan dengan cara seperti itu disesali Muniranggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. "Polisi bertindak seperti di zaman Orde Baru," katanya. Menyelenggarakan tablig akbar dan menyampaikan pendapat, kata Munir, tak bisa dimasukkan dalam kategori melanggar hukum pidana. Kecuali terbukti Chaidar melakukan tindakan kriminal, Munir mendesak Kapolda segera melepaskannya.
Siapa Pemasang Bom di Masjid Agung Yogya? |
UNTUNG saja bom rakitan seberat 200 gram itu urung meledak. Sebab, taruhannya adalah sebuah masjid kunodibangun pada 1773 oleh Sultan Hamengku Buwono Idan perasaan umat Islam.
Hingga kini, Kepolisian Daerah Yogyakarta masih melakukan penyidikan siapa pemasang bom rakitan itu. Polisi optimistis mampu mengungkap kasus tersebutwalau belum teridentifikasi pasti. Dari keterangan beberapa saksi, kata polisi, kecurigaan mengarah pada 15 orang. Namun, Kepala Kepolisian Resor Kota Yogya, Letkol Polisi Anwaruddin Budiono, menolak menjelaskan rinciannya.
Upaya penyidikan itu memperoleh tekanan berat dari, tak kurang, Presiden Abdurrahman Wahid sendiri, yang mengatakan "kekerasan semacam itu tak boleh dibiarkan."
Bom rakitan itu diketahui secara tidak sengaja. Rabu malam pekan lalu, di tengah acara halalbihalal Partai Amanat Nasional, tiga orang pengurus masjid menemukan kobaran api yang sempat membakar tumpukan karpet. Saat berusaha memadamkannya, mereka menemukan bahan peledak itu di bawahnya. Bahan peledak kedua ditemukan kemudian di belakang lemari buku, setelah lokasi disisir ketat petugas. Polisi mengatakan, ledakan bahan TNT seberat temuan itu mampu menghancurkan benda-benda dalam radius 50 meter.
Kejadian ini langsung saja memunculkan berbagai dugaan. Dalam pertemuan antartokoh masyarakat Yogya, Sultan Hamengku Buwono X menduga kejadian ini berkaitan dengan rencana tablig akbar hari Minggunya. Ia menduga ada provokator di balik semua itu. "Para provokator mengharapkan kita yang berkumpul hari Minggu akan marah," katanya.
Upaya peledakan serupadengan bom rakitan serupapernah terjadi di Jakarta setahun lalu, menimpa Masjid Istiqlal. Ledakan itu sempat membuat sedikitnya 31 ruangan di lantai dasar porak-poranda. Kerugian saat itu menelan angka Rp 3,4 miliar.
Pembantaian 'Dukun Santet' Boyolali |
BUKAN hanya kisah Si Doel Anak Sekolahan yang bisa serial. Pembunuhan oleh massa dengan dalih dukun santet pun ternyata bisa punya sekuel. Kali ini, enam desa di tiga kecamatan di Boyolali, Jawa Tengah, dilanda isu tersebut.
Sejak isu dukun santet ini merebak, sedikitnya 10 orang terkapar menjadi korban massa. Salah seorang di antaranya, Sumeri, 55 tahun, warga Dukuh Kedungrowo, akhirnya tak tertolong. Ia mati dalam kebingungan setelah diseret dari rumahnya ke balai desa. Di sana, ia bersama istrinya, Satini, dihajar beramai-ramai. Rumahnya porak-poranda diobrak-abrik. Sumeri diisukan punya tengkorak yang kerap digunakan untuk menyantet orang. Tuduhan itu belakangan terbukti bualan semata.
Aksi main hakim sendiri ini membuat berang kepolisian setempat. Dengan dukungan Kepolisian Daerah Jawa Tengah, sekitar 300 polisi dan aparat Komando Distrik Militer 0724 segera menggempur Dukuh Kedungrowo, yang warganya sempat bersumpah tiji tibeh (mati siji mati kabehsatu mati, semua mati) untuk melawan. Hasilnya, 102 orang ditangkap, 19 lainnya ditahan sebagai tersangka. Sementara itu, Wardi, 20 tahun, yang diyakini petugas sebagai penggerak massa, sudah mengakui perannya.
Kejadian serupa pernah marak di Banyuwangi, Jawa Timur, yang sampai Oktober 1998 menewaskan lebih dari 100 orang "dukun santet". Pembunuhan sejenis merembet ke Ciamis dan Tasikmalaya, Jawa Barat, tempat 37 nyawa melayang percuma dengan cara yang sama.
PAN Tuntut 'Demokrat' |
AMIEN Rais sudah menerima permintaan maaf, tapi kulit muka tabloid Demokrat edisi 49 itu telah membuat darah pengurus pusat Partai Amanat Nasional (PAN) mendidih dalam derajat tak termaafkan. Buntutnya, mereka mengadukan tabloid milik PDI Perjuangandan dipimpin oleh Taufik Kiemasitu ke polisi.
Dalam kulit muka edisi tersebut, Demokrat menggambarkan Amien sebagai vampir politik. Darah berceceran dari sela taring yang sengaja ditambahkan pada mulut Ketua Umum PAN itu. Di bawah judul Vampir Politik Indonesia, di depan Amien bergelimpangan mayat-mayat. Laporan utama edisi ini, menurut Ketua DPP PAN A.M. Fatwa, juga sangat tendensius. Dia mencontohkan adanya kalimat "TNI dan Amien cs adalah vampir politik."
Fatwa menuding adanya upaya sistematis dari sebagian kalangan PDI Perjuangansaingan politik PANuntuk mendiskreditkan Amien. Upaya itu, menurut dia, bahkan sudah sampai kategori pembunuhan karakter (character assassination).
Demonstrasi terhadap Amien oleh Gerakan Perekat Bangsa di DPR beberapa waktu lalu, menurut Fatwa, juga merupakan indikasi upaya sistematis tadi. "Bagi kami, demo itu tak ada masalah. Tapi kami sulit membiarkan munculnya pelecehan dengan kalimat yang menghina," katanya.
Dalam siaran pers yang ditandatangani Pemimpin Redaksi Nuah Torong, Demokrat meminta maaf kepada Amien dan menyatakan bahwa pemuatan cover itu sama sekali tanpa sepengetahuan dan di luar tanggung jawab Taufik Kiemassuami Megawati Sukarnoputri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo