Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pisah Ranjang, Terbang Tinggi

Indosat “hadiah” bagi Qatar Telecom untuk menjadi 20 perusahaan telekomunikasi terkemuka pada 2020.

16 Juni 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAUH dari negeri sendiri, Susilo Bambang Yudhoyono memainkan peran baru. ”Izinkan saya sekarang berbicara sebagai salesman Indonesia,” ujarnya di Hotel Fairmont, Dubai, Uni Emirat Arab, pertengahan Maret lalu. Di depannya duduk para saudagar terkemuka Jazirah Arab, termasuk pentolan Bin Ladin Group.

Yudhoyono pun menjajakan berbagai barang menarik. Dari investasi di resor pariwisata di Lombok, agrobisnis, perbankan, hingga infrastruktur. Indosat? Tentu saja tidak termasuk. Saham pemerintah di perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia itu tinggal 14-an persen. Selebihnya dikuasai Asia Mobile Holding, milik kongsi Singapore Technologies Telemedia dan Qatar Telecom.

Tapi nama Indonesia toh tetap disebut-sebut ketika dua pekan lalu 40,8 persen saham ST Telemedia di Indosat sepenuhnya berpindah tangan ke Qatar Telecom. Direktur Utama Qatar Telecom, Nasser Marafih, menyebut salah satu pendorong pembelian saham Indosat itu adalah, ”Persahabatan Qatar dengan Indonesia.”

Marafih rupanya enggan mengatakan bahwa sebetulnya jual-beli antara ST Telemedia dan perusahaan lebih didorong oleh hitung-hitungan bisnis belaka. Bahkan, sebetulnya, keduanya sudah menjadi kongsi jauh sebelum transaksi ini dilakukan. Saham ST Telemedia di Indosat semula dikuasai anak perusahaan Temasek itu.

Namun, sejak Maret tahun lalu, ST Telemedia menguasai Indosat melalui Asia Mobile Holding. Di perusahaan inilah Qatar Telecom berkongsi dengan ST Telemedia. Singapore menguasai 75 persen saham, dan sisanya dimiliki Qatar. Jadi, kalaulah boleh dibilang, traksaksi ini lebih merupakan buah persahabatan Singapura dan Qatar.

Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Rozy Munir, mengatakan bahwa hubungan antara Qatar dan Singapura memang erat. ”Kita irilah. Hubungan Qatar-Singapura dekat sekali. Justru kita ketinggalan,” ujarnya.

Dalam sebuah kesempatan, Menteri Senior Singapura Goh Chok Tong mengungkapkan buhul penghubung kedua negara adalah fakta bahwa mereka negara kecil. ”Pebisnis Singapura dan Qatar harus bermitra untuk mengambil keuntungan dari peluang di wilayah masing-masing (Timur Tengah dan Asia), yang merupakan dua wilayah paling cepat pertumbuhannya di dunia,” ujarnya kepada koran Gulf Times, saat berkunjung ke negara itu, Februari lalu.

Kalaupun Indonesia tersangkut, itu karena Indosat. Qatar Telecom sesungguhnya memang tak bisa menolak tawaran dari Singapore untuk membeli Indosat. Perusahaan ini perlu Indosat untuk mewujudkan visi 2020-nya: 20 besar provider telekomunikasi dunia.

Jumlah pelanggan Qatar Telecom per Desember 2007 masih lebih kecil dibanding Indosat. Ekspansi ke-16 negara hingga bulan itu hanya mendulang pelanggan 16,3 juta. Nah, cuma dengan membeli Indosat, jumlah pelanggan langsung berlipat—tidak cuma dua kali, tapi 2,75 kali!

Pendapatan Qatar Telecom tentu saja ikut meningkat. Ekspansi susah payah selama setahun hingga Desember 2007 hanya menaikkan pendapatan dari US$ 1,2 miliar menjadi US$ 2,9 miliar. Dengan memasukkan Indosat, pendapatan pro-forma Qatar Telecom naik menjadi US$ 4,6 miliar. ”Investasi ini memang langkah maju yang logis bagi kami,” kata Nasser Marafih.

Indonesia, menurut dia, merupakan pasar telekomunikasi dengan pertumbuhan tinggi. Adapun Indosat dalam posisi yang tepat untuk bersaing dalam pasar tersebut. ”Sekarang terserah kepada kami untuk membawa Indosat ke puncak kejayaan,” katanya. Bukan tidak mungkin, dengan menggarap Indosat, Qatar bakal jadi pesaing serius PT Telkom.

Yosep Suprayogi, Vennie Melyani, Bambang Harymurti

Kepemilikan MAYORITAS saham Qatar Telecom yang berdiri 1987 dan masuk pasar modal pada 1998 dimiliki pemerintah Qatar.

  • Nilai aset: US$ 12 miliar
  • Otoritas Investasi Qatar 55%
  • Publik 35,2%
  • Dana Pensiun Qatar 9,8%

    Pertumbuhan Pelanggan Qatar Telecom beroperasi di 16 negara dengan total populasi 560 juta jiwa.

  • Jumlah pelanggan: 44 juta.
  • 2005: 1,17 juta
  • 2006: 1,72 juta
  • 2007: 16,35 juta
  • Sekarang (termasuk Indosat): 44 juta

    Pendapatan* Total: US$ 4,6 miliar

  • Indonesia 39%
  • Qatar 27%
  • Oman 5%
  • Kuwait 13%
  • Algeria 6%
  • Tunisia 5%
  • Iraq 4%
  • Lainnya 1%

    Sumber: qtel overview dan yang lainnya

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus