Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang mendapat lapak di Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, ternyata dikuasai pedagang pakaian.
Tempo melihat para pedagang makanan, minuman, buah, dan aksesori yang tak mendapat tenda kembali memenuhi trotoar.
Pedagang minuman yang tidak mendapatkan lahan berjualan di Jalan Jatibaru Raya menuding ada konspirasi di balik kebijakan penataan kawasan Pasar Tanah Abang. Menurut seorang pedagang yang menolak dikutip namanya, bahkan satu orang penjual baju bisa mendapatkan lebih dari satu tenda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Tingkah Sandiaga Uno Suruh Anak-anak Ucapkan Terima Kasih ke Ahok
“Jadi dalam satu orang mungkin bisa punya lima tenda, dikasih ke anak buahnya," katanya kepada Tempo pada Sabtu, 23 Desember 2017, di lokasi jualan. "Saya takutnya mereka mengatasnamakan orang sini, tetapi yang mengelola orang lain.”
Bukan itu saja. Para pedagang baju tersebut rupanya juga pemilik toko di Pasar Tanah Abang. Itu sebabnya para PKL pedagang minuman tadi khawatir Jalan Jati Baru Raya dikuasai hanya oleh para pemilik toko.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berjanji memberi kesempatan yang sama kepada semua pedagang, termasuk PKL khusus kuliner.
Baca: Ini Bedanya Anies Baswedan dengan Jokowi dalam Menata Tanah Abang
Dia menutup Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dari 08.00 hingga 18.00 WIB, mulai Jumat, 22 Desember 2017, demi penataan kawasan padat itu. Salah satu ruas jalan itu dijadikan lahan sekitar 400 PKL yang semula berdagang di trotoar. Sedangkan angkutan umum yang melewati jalan di depan Stasiun Tanah Abang digantikan oleh bus Transjakarta.
Dua pedagang baju di Jalan Jatibaru Raya yang ditemui Tempo membenarkan bahwa mereka memiliki toko di Pasar Tanah Abang.
Bambang Surya, 53 tahun, mengaku akan menjual tokonya kemudian beralih berdagang sebagai PKL di Jalan Jatibaru Raya. “Saya sebelumnya berjualan di dalam (Pasar Tanah Abang), bukan jualan di pinggir jalan ini,” ucapnya.
Penjual baju wanita, Iryawan, bahkan masih berjualan di toko di dalam Pasar Tanah Abang. "Saya juga punya toko di belakang."
Baik Bambang maupun Iryawan mengaku tak mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendapatkan lapak di Jalan Jatibaru Raya.
Bambang tak ambil pusing dengan protes pedagang kuliner yang tak mendapat tenda lalu berdagang di trotoar. “Sepertinya tidak akan berdampak penolakan mereka. Mereka kalau dirazia bisa langsung diambil (disita dagangannya) saja, apalagi kalau bikin masalah,” tuturnya.
Kepala Dinas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) DKI Jakarta Irwandi mengatakan ada 2.000 pedagang yang mendaftarkan dirinya untuk bisa mendapatkan tenda di Jalan Jatibaru Raya. Ia memastikan PKL yang kini berjualan di sana benar-benar pedagang yang sehari-harinya berjualan di kawasan tersebut.
"Mereka (PKL) yang mengaku sudah berpuluh tahun jualan di sana tetapi tidak dapat jatah (lapak) harus dilihat dahulu, mereka memang jualan di sana atau tidak," kata Irwandi tentang penataan Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini