Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAKBIR menggema dalam rapat pemenangan partai-partai pendukung Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, pada Kamis pekan lalu. "Kemenangan sudah di depan mata," ujar Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Jazuli Juwaini.
Jazuli lalu mengungkit kejayaan partainya, yang pernah meraih 30 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, mayoritas dari total 45 kursi. Kemenangan Anies-Sandi dalam pemilihan Gubernur Jakarta pada Rabu pekan ini, kata Jazuli, akan mengembalikan dominasi partainya di Ibu Kota.
"Kalau sekadar nambah kursi, insya Allah gampang, Pak Jazuli," ujar Anies menimpali pernyataan itu.
PKS menjadi salah satu ujung tombak pemenangan Anies-Sandi dalam putaran kedua pemilihan Gubernur Jakarta. Jazuli memerintahkan anggota Dewan di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat tetap berada di Jakarta hingga 20 April 2017 atau sehari setelah coblosan. "Tidak boleh pulang," kata Jazuli.
Keyakinan Jazuli bahwa Anies-Sandi akan menang didasari survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 5 April lalu. Pasangan nomor 3 ini unggul satu persen dibanding lawannya, pasangan inkumben Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Berdasarkan hasil sigi SMRC, elektabilitas Anies-Sandi berada pada angka 47,9 persen, sedangkan Ahok-Djarot 46,9 persen. Meskipun, dibanding survei sebelumnya, keterpilihan Anies-Sandi turun 3,1 persen. Sebaliknya, elektabilitas Ahok-Djarot naik 2,8 persen.
Untuk mendongkrak suara Anies-Sandi, kader partai dakwah itu tak cuma diminta bersiaga di Ibu Kota, tapi juga mendatangi rumah pemilih sembari berkampanye untuk Anies-Sandi. Ahad dua pekan lalu, misalnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PKS, Adang Daradjatun, menggelar pelayanan kesehatan di Petamburan, Jakarta Barat.
Anies menjadikan kelompok Islam sebagai basis pemilihnya. Salah satu tokoh yang membawa Anies kepada kelompok Islam adalah Ketua Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa Aksa Mahmud. Ipar Wakil Presiden Jusuf Kalla ini sejak awal mendorong Anies menjadi calon gubernur menantang Ahok.
Aksa sempat menawarkan nama Anies di awal penjaringan calon gubernur kepada Partai Demokrat, tapi ditolak. Tawaran Aksa berlabuh di Gerindra, yang memasangkannya dengan Sandiaga Uno, yang juga didukung PKS. Menggalang pemilih muslim merupakan strategi Anies sejak mula.
Wakil Bendahara Masjid Sunda Kelapa Sutrisno Muslimin mengatakan orang pertama yang didatangi Anies adalah KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i di Tebet, Jakarta Selatan, pada 16 Oktober lalu. Abdul Rasyid merupakan putra KH Abdullah Syafi’i, salah satu tokoh Betawi sekaligus pendiri Perguruan Tinggi Islam As-Syafi’iyah dan Masjid Al-Barkah di Tebet. "Kelompok ini yang pertama kami konsolidasikan," ujar Sutrisno.
Tatkala Anies disebut menganut ajaran Syiah dan berpoligami, para ulama memanggil mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini ke Masjid Al-Barkah. Sutrisno menuturkan, para ulama merasa terganggu oleh kabar tersebut. Sidang klarifikasi digelar pada akhir Oktober 2016 dan dihadiri sejumlah tokoh, seperti Bachtiar Nasir dan Ahmad Lutfi Fathullah. "Ada yang mempertanyakan keislaman Anies," kata Sutrisno.
Beres klarifikasi, Anies-Sandi bergerak intens ke tokoh-tokoh Islam. Pendekatan makin kentara ketika Anies-Sandi melakukan salat subuh berjemaah di Masjid Sunda Kelapa pada 12 Desember 2016. Salat berjemaah itu digagas Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Gerakan ini menjadi motor unjuk rasa besar umat Islam pada 4 November dan 2 Desember 2016 menuntut Ahok diadili dalam kasus penistaan agama.
Direktur Eksekutif PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah, yang menjadi penasihat politik Anies, mengakui pasangan ini menyasar kelompok Islam. Dalam sejumlah sigi yang dipaparkannya, kata Eep, kelompok-kelompok Islam tidak menginginkan Ahok menjadi gubernur kembali.
Menurut Eep, saat unjuk rasa besar pada 4 November 2016, Agus Harimurti Yudhoyono justru menarik jarak dengan gerakan ini. Momentum itu lalu dimanfaatkan kubu Anies-Sandi untuk mendekat kepada mereka.
Pergerakan Anies ke kubu yang selama ini dianggap radikal makin kentara saat tahun berganti. Pada Januari 2017, Anies menghadiri diskusi yang diselenggarakan Front Pembela Islam. Anies beralasan ia harus mendatangi banyak kalangan sebagai calon gubernur. "Ada undangan dari kelompok Katolik atau Kristen, saya datang. Tidak ada yang aneh mengenai itu," ujarnya saat dimintai konfirmasi.
Saat bertemu dengan tokoh FPI, Rizieq Syihab, Anies mengklaim tak berbicara mengenai pemilihan gubernur. Mereka justru mendiskusikan isu-isu mutakhir di Jakarta, seperti reklamasi. Rizieq, kata Anies, ingin membangun Jakarta dengan semangat kebersamaan. "Semangat persatuan bisa diraih melalui dialog," ujarnya.
Pendekatan kepada kelompok Islam lain juga dilakukan Aksa Mahmud dengan melobi Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama. Sutrisno menuturkan, Aksa setidaknya dua kali bertemu dengan Rhoma.
Persuasi ini membuahkan hasil. Partai Idaman menyatakan dukungan kepada Anies-Sandi pada 29 Januari 2017. Selain membawa partai, Rhoma mengerahkan Fans Rhoma Irama dan Soneta alias Forsa serta Forum Silaturahmi Takmir Masjid dan Mushola Indonesia (Fahmi Tamami) untuk mendukung Anies-Sandi.
Ketua Partai Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik membenarkan adanya peran Aksa Mahmud dalam pendekatan kepada kelompok Islam. "Pak Aksa memang banyak membantu," ujar Taufik. Aksa tak mau mengkonfirmasi perannya itu. "Ngomong sama yang lain saja," katanya.
Strategi ini agaknya berhasil mengerek elektabilitas Anies. Ia finis di urutan kedua pada putaran pertama dengan 39,9 persen suara. Di putaran kedua, ia mengalihkan sasaran kepada kelompok Islam moderat.
Pada 24 Februari lalu, Anies menerima sejumlah ulama Nahdlatul Ulama di rumahnya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Ketua NU Jakarta Utara KH Ali Mahfudz mengatakan pengurus NU di setiap wilayah bakal membuat sekoci kecil sebagai tim pemenangan. "Selagi ada calon muslim, apalagi yang baik, pilih itu," ujar Ali.
Dia mengatakan, di Jakarta Utara, sebanyak 3.000 orang memiliki kartu keanggotaan Nahdlatul Ulama. Ali Mahfudz juga mengerahkan aktivis Muslimat NU untuk mendekati pemilih perempuan. "Memang tidak secara kelembagaan," katanya.
Ali Mahfudz sadar perebutan suara nahdliyin akan alot karena kelompok Relawan Nusantara mendukung Basuki Tjahaja Purnama. Nusron bahu-membahu dengan mantan Ketua Pengurus Wilayah NU DKI Jakarta, Djan Faridz, terjun ke kantong-kantong pemilih. Akibatnya, gesekan dengan kelompok Djan Faridz pun tak terelakkan.
Ali Mahfudz sempat mempersoalkan istigasah kebangsaan nahdliyin DKI Jakarta di rumah Djan Faridz di Menteng pada Februari lalu. Ia memprotes acara ini karena Djan menggunakan atribut NU untuk mendukung Ahok-Djarot. Ali menyasar pemilih Islam moderat. "Kami perbanyak kegiatan zikir bersama dan istigasah," ujarnya.
Upaya Ali mendapat bantuan Abraham Lunggana atau Lulung, tokoh NU Jakarta yang menjadi politikus Partai Persatuan Pembangunan. Pada putaran pertama, Lulung mendukung Agus Harimurti-Sylviana Murni. Pada putaran kedua, ia mantap mendukung Anies, yang membuatnya dipecat dari PPP oleh Djan Faridz. "Saya ke Jakarta Utara mengkampanyekan Anies," kata Lulung, Kamis pekan lalu.
Lulung berfokus menggarap daerah-daerah yang tak sempat didatangi Anies-Sandi atau wilayah yang suaranya lebih banyak untuk Ahok-Djarot, seperti di Jakarta Barat dan Utara. Pada putaran pertama, Anies hanya menang di Kecamatan Palmerah dari delapan kecamatan di Jakarta Barat. "Saya bertugas mengalihkan suara Agus-Sylvi kepada Anies-Sandi," ujarnya.
Caranya adalah mengajak pemilih di dua wilayah itu melakukan kegiatan salat berjemaah di masjid. Itu pula yang dilakukan Anies. Ia tak peduli dituduh memakai tempat ibadah untuk berkampanye, yang melanggar Pasal 69-i Undang-Undang tentang Pemilihan Kepala Daerah. "Lawan selalu menyalahkan apa yang saya kerjakan," katanya.
Strategi kubu Anies ini seperti mengukuhkan cara Eep mendulang suara lewat masjid, yang pernah ia ungkapkan di Masjid Al-Azhar pada pertengahan tahun lalu, seperti terekam sebuah video. Eep mencontohkan Partai Keselamatan Islam di Aljazair, sebuah partai kecil yang memenangi pemilihan karena memakai jaringan masjid. "Itu video sebelum Anies menjadi calon Gubernur Jakarta," kata Eep.
Wayan Agus Purnomo, Chitra Paramaesti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo