Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Tiga pekan menjelang pembukaan Asian Games XVIII di Senayan, Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno melontarkan kebijakan baru. Dia memerintahkan penghentian produksi tempe dan tahu di kawasan Kali Sentiong, Jakarta Pusat, untuk mengurangi pencemaran yang menyebabkan air sungai berbau tak sedap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami meminta mereka menghentikan produksi dan akan dicarikan solusinya," kata Sandiaga di kompleks Monumen Nasional, Jakarta Pusat, kemarin. "Saya inginnya berhenti produksi tidak hanya saat Asian Games, tapi seterusnya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sandiaga, para pembuat tempe tersebut membuang limbah ke Kali Sentiong. Limbah tersebut mencemari kali, sehingga menimbulkan bau busuk.
Namun tudingan Sandiaga dibantah oleh Sumaeri, perajin tempe di lingkungan RT 08/RW 03, Sunter Jaya, Jakarta Utara. Menurut dia, limbah rumah tangga warga Kemayoran juga mencemari Kali Sentiong.
Sumaeri bahkan terang-terangan menolak kebijakan Sandiaga yang melarang produksi tempe di sekitar Kali Sentiong. "Kalau pemerintah meminta kami berhenti membuat tempe selama Asian Games, kami menolaknya," ujar dia kepada Tempo di kediamannya, yang juga menjadi tempat usaha.
Kali Sentiong berjulukan Kali Item karena airnya berwarna kehitaman. Sungai ini menjadi buar bibir belakangan ini, bahkan menjadi pemberitaan media internasional.
Pemerintah DKI dikritik karena tak mampu menghilangkan bau sungai di belakang Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, yang akan didiami para atlet dari 45 negara peserta Asian Games 2018. Jaring seharga Rp 580 juta telah dipasang di Kali Sentiong. Juga satu unit alat nano bubble dan tiga aerator. Tapi perangkat itu tetap tak mampu mengurangi bau tak sedap kali.
Pengusaha tempe lainnya, Sanadi, 60 tahun, mengatakan limbah tempe kini sudah tidak terlalu bau karena berupa air tanpa disertai kulit kedelai. Dia mempunyai usaha tempe di rumahnya, di wilayah RT 12/RW 03, Sunter Jaya, sejak 1973.
Menurut Waris, Ketua RT 06/RW 03, Sunter Jaya, para pembuat tahu dan tempe tersebar di RT 06, 08, dan 12. Mereka merintis usaha sejak 1960 dan mulai marak pada 1973.
Sandiaga menuturkan, Wali Kota Jakarta Utara dan Jakarta Pusat telah mendata 150 usaha kecil menengah perajin tempe dan tahu di sekitar Kali Sentiong. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan Provinsi DKI Jakarta juga telah turun ke lapangan untuk mencari solusi.
Sandiaga punya permintaan lain. Dia ingin masyarakat tak lagi menyebut Kali Sentiong sebagai Kali Item. Menurut Sandiaga, penyebutan Kali Item seperti doa, sehingga sungai tersebut tak kunjung jernih.
Adapun Kepala Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum Dinas Lingkungan Hidup, Mudarisin, membenarkan bahwa limbah warga Kemayoran juga mengalir ke Kali Sentiong. Sedangkan setiap produsen tahu dan tempe membuang 200 liter per hari ke kali. "Mereka tidak punya IPAL (instalasi pengolahan air limbah)," ucap Mudarisin. ADAM PRIREZA | GANGSAR PARIKESI | JOBPIE SUGIHARTO
Tip Hilangkan Bau Busuk Kali Item
Bau tak sedap air Kali Sentiong menguar juga sampai Kota Depok. Dua ahli dari Universitas Indonesia (UI) yang berkampus di Depok menyumbang pendapat agar masalah bau di Kali Item--begitu sebutan lain sungai di belakang Wisma Atlet Kemayoran itu--segera beres.
Menurut pakar lingkungan UI, Tarsoen Waryono, menutupi sungai dengan jaring seharga setengah miliar rupiah tak efektif menghilangkan bau. Sedangkan Sunardi Miskal, ahli kimia UI, mengatakan, "Kalau ditutup, yang terjadi justru kekurangan oksigen dan bau semakin kuat."
Berikut ini tip menghilangkan bau Kali Sentiong alias Kali Item berbiaya murah versi mereka:
Tarsoen Waryono
Kapur bakar atau gamping
- Kapur bakar merupakan bahan kapur sirih.
- Dijual di toko material bangunan.
- Setiap 30 meter panjang sungai memerlukan 1 kilogram seharga Rp 25 ribu.
- 1 kilogram kapur bisa menghilangkan bau dan membersihkan air lebih dari 10 drum.
- Dalam beberapa jam air menjadi bening dan bau hilang
Sunardi Miskal
Aerasi (pengaliran udara)
- Air sungai berwarna hitam dan berbau busuk karena tingginya pencemar organik dan tidak adanya oksigen yang terlarut.
- Ketika air mengalir secara alamiah, oksigen di udara dapat terlarut ke dalam air.
- Oksigen akan membantu kehidupan makhluk mikro untuk mengurai zat pencemar. Oksidasi aerob tersebut akan mengurai zat organik menjadi air dan gas karbon dioksida.
- Karena itu, air sungai harus diaerasi atau dialiri udara untuk membantu melarutkan oksigen ke dalam air sungai. IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo