Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta telah menjalin kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mengintegrasikan layanan Ratangga kereta MRT dan kereta rel listrik. Sedangkan pengintegrasian dengan moda transportasi berbasis jalan, MRT bersiap menggandeng PT Transportasi Jakarta (Transjakarta).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, dengan PT Transjakarta nanti akan dibentuk perusahaan patungan untuk mengurus sistem integrasi tiket atau electronic fare collection (EFC) Ratangga dengan bus Transjakarta di Koridor I rute Lebak Bulus-Kota. "Integrasi (sistem) pembayaran ini kami dorong (rampung) 2020," kata William, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, penyatuan tiket Ratangga dengan bus Transjakarta menjadi bagian dari rencana integrasi Jak Lingko. Integrasi ini juga akan menyatukan kedua moda secara fisik melalui penyambungan stasiun MRT dan halte bus Transjakarta. Saat ini, di rute Blok M-Kota, hanya ada empat titik yang sudah terhubung secara fisik, yaitu Stasiun Lebak Bulus-Grab, Stasiun ASEAN dengan Halte CSW, Stasiun Dukuh Atas, dan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia.
Selain itu, integrasi kereta MRT dengan bus Transjakarta meliputi layanan dan rute kedua moda tersebut. William mengatakan PT Transjakarta akan terus mengoptimalkan jumlah bus pengumpan ke halte Transjakarta dan stasiun MRT di rute tersebut.
Kedua perusahaan itu nantinya mengembangkan fasilitas bagi pejalan kaki dan peseda untuk menambah jumlah potensi penumpang. Integrasi kedua moda ini diklaim mampu mempertahankan performa layanan bus Transjakarta untuk menembus jumlah penumpang di atas 1 juta per hari. "Juga integrasi data dan informasi," kata William.
Sejauh ini William enggan menegaskan kapan pembentukan perusahaan patungan MRT dan Transjakarta itu. Ia hanya menjelaskan bahwa perusahaan yang akan dibentuk ini nantinya berkaitan dengan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ)anak usaha PT MRT dan PT KAI. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengesahkan jajaran direksi MITJ yang menempatkan Direktur Keuangan PT MRT, Tuhiyat, sebagai direktur utama.
Sebelumnya, dalam road map besar pengembangan bisnis PT MRT, William mengatakan, perusahaan menargetkan penyatuan sistem tiket elektronik seluruh moda transportasi rampung pada 2022. Langkah ini dimulai pada November 2019, saat Bank Indonesia memberikan izin kepada PT MRT untuk menerbitkan uang elektronik yang akan menjadi kartu tiket integrasi. Dalam dokumen yang sama, PT MRT memang harus lebih dulu menuntaskan kerja sama dengan Transjakarta.
Hingga berita ini ditulis, juru bicara PT Transjakarta, Nadia Diposanjaya, belum bisa memberikan konfirmasi perihal pernyataan yang disampaikan bos PT MRT Jakarta. "Saya harus koordinasi dulu," ujar Nadia.
Kepala Dinas Transportasi DKI Jakarta Syafrin Liputo juga telah mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang telah menginisiasi pembentukan holding company antar-operator transportasi di badan usaha milik daerah. Perusahaan ini rencananya bertanggung jawab dalam proses integrasi tiket elektronik antarmoda melalui EFC. Bahkan, dia mengklaim, seluruh proses integrasi ini berujung pada potensi penyatuan biaya tiket atau bundling ticket. "Arahnya memang ke sana (integrasi tiket). Sekali tap bisa lanjut ke semua moda transportasi," kata Syafrin. LANI DIANA | FRANSISCO ROSARIANS
PT MRT Bersiap Gandeng Transjakarta
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo