Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Berburu Awan Hujan di Atas Lautan

Cuaca ekstrem berpotensi memicu bencana banjir di sejumlah daerah. Pemerintah menyiapkan teknologi mondifikasi cuaca di atas laut untuk mencegah awan hujan sampai ke daratan. 

27 Desember 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Pemerintah berupaya mengantisipasi peningkatan potensi bencana banjir akibat cuaca buruk yang diperkirakan terjadi hingga pergantian tahun 2022. Belajar dari fenomena cuaca ekstrem sebelumnya, sejumlah lembaga bersiap melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Fachry Radjab, mengatakan operasi TMC itu sedang disiapkan oleh lembaganya bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI Angkatan Udara, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). TMC, kata dia, akan dilakukan untuk meredistribusi sebaran awan hujan. "Sebagai mitigasi bencana, khususnya bencana hidrometeorologi basah," kata Fachry kepada Tempo, Senin, 26 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TMC dilakukan dengan cara menyemaikan garam ke dalam sel-sel awan untuk mempercepat proses kondensasi. Teknologi ini biasa dipakai untuk membuat hujan buatan pada musim kemarau atau saat penanggulangan kebakaran hutan. Sedangkan kali ini, garam akan disemai di awan yang berada di atas laut. Dengan begitu, hujan dipaksakan turun di wilayah perairan sebelum awan mencapai daratan.   

Warga berjalan menggunakan payung saat hujan di Margonda, Depok, Jawa Barat, 26 Desember 2022. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Kemarin, BMKG memperbarui prospek cuaca sepekan ke depan, yakni dari 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023. BMKG mengidentifikasi gelombang Kelvin, yakni gelombang besar di atmosfer dan lautan yang bergerak dari barat ke timur, aktif di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, serta Sulawesi bagian tengah dan selatan. Adapun gelombang Rossby Ekuator, yaitu gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat, diperkirakan aktif di sebagian wilayah yang sama.

Di sisi lain, sirkulasi siklonik terpantau di perairan utara Sabah dan perairan timur Filipina. Pusaran angin yang membawa uap air untuk dibentuk menjadi awan itu membentuk daerah konvergensi di Filipina bagian selatan dan Laut Cina Selatan bagian selatan. Daerah konvergensi juga terpantau memanjang di Selat Malaka hingga Riau, Samudra Hindia di selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Sunda hingga Jawa Barat, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Seram, Laut Banda, perairan utara Nusa Tenggara, serta Samudra Pasifik di utara Papua Barat.   

Faktor-faktor tersebut berpotensi menumbuhkan awan hujan. BMKG memperkirakan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah-wilayah tersebut, terutama di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan dan timur, Sulawesi bagian selatan, Maluku, serta Papua. "Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak yang ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan," begitu tertulis dalam peringatan dini yang dirilis BMKG, kemarin.   

Sebelumnya, pada Senin, 20 Desember lalu, BMKG juga telah menerbitkan peringatan waspada potensi cuaca ekstrem. BMKG mengidentifikasi dinamika atmosfer yang berpotensi signifikan meningkatkan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia selama masa liburan perayaan Natal dan tahun baru.

Cuaca ekstrem itu dipicu oleh aktivitas monsun Asia, angin yang berembus dari Asia menuju Australia akibat perbedaan temperatur dan tekanan udara di kedua benua. Karena melintasi Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan Luat Cina Selatan, angin monsun Asia membawa banyak uap air sehingga menyebabkan curah hujan tinggi, terutama di wilayah Indonesia. Fenomena musiman ini tak hanya berpotensi memicu hujan dengan intensitas tinggi, tapi juga meningkatkan kecepatan angin permukaan dan tinggi gelombang.

Kendaraan memasuki gerbang jalan tol Cikampek Utama 1 di Jawa Barat, 25 Desember 2022. ANTARA/Rivan Awal Lingga

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan telah memantau kondisi di sejumlah wilayah di Jawa Barat dan Banten menggunakan helikopter pada Ahad lalu. Pemantauan udara itu juga diikuti Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.  

Menurut Budi Karya, hasil koordinasi sejumlah pemangku kepentingan memutuskan kegiatan hujan buatan di atas laut akan dilakukan jika dalam tiga hari ke depan teridentifikasi potensi hujan lebat. “Tadinya akan dilakukan pada 25 Desember 2022, tapi ternyata prediksi (cuaca) belum aman,” ujarnya.

Sembari menunggu pelaksanaan TMC untuk mencegah hujan lebat di daratan, Kementerian Perhubungan  berkoordinasi dengan Korps Lalu Lintas Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, serta BNPB. Rekayasa pengaturan lalu lintas, seperti pemberlakuan contra flow dan one way, juga disiapkan untuk mengantisipasi puncak mudik Natal dan tahun baru yang diperkirakan terjadi pada 30-31 Desember mendatang.

Kementerian Perhubungan mencatat jalur jalan tol Jakarta-Cikampek hingga Semarang sebagai salah satu titik krusial terjadinya kepadatan kendaraan selama arus libur Natal dan tahun baru. Kepadatan kendaraan juga diprediksi terjadi di jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Adapun BMKG mengumumkan beberapa titik jalan berpotensi dilanda banjir akibat cuaca ekstrem akhir tahun ini, seperti jalan tol Cikampek-Palimanan KM 136 dan KM 151, serta jalan nasional di Jembatan Sungai Cipunegara, Subang. 

Menteri Budi mengatakan perkiraan cuaca memang tak aktual 100 persen. Namun, dia mengingatkan, potensi banjir selama masa liburan Natal dan tahun baru tetap ada. "Karena itu, kami bersama-sama Kakorlantas secara guyonan, ya, kalau mau liburan, orang Jakarta ke sekitar Jakarta sajalah. Orang Semarang ke Semarang sajalah. Kecuali ada yang penting, silakan lakukan," ujarnya.

HENDARTYO HANGGI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus