Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mungkin Budi Ubrux membayangkan memiliki sebuah ranch. Ia menjebol lantai ruang pameran Taman Budaya Yogyakarta sehingga terlihat permukaan tanahnya. Lalu ia menaruh lebih-kurang 25 patung sapi, besar-kecil. Sapi terbuat dari resin itu tersebar dalam beberapa kelompok.
Sapi-sapi tersebut tampak merumput. Budi memenuhi lantai dengan jerami. Lengkap di sana-sini ada tlethong atau tahi sapi. Terbuat dari resin tentu saja, sehingga tidak berbau. Ia juga membikin pagar yang memisahkan sapi-sapi itu dengan penonton. Seolah-olah penonton memang mengunjungi sebuah peternakan.
"Ini kenangan saya masa kecil. Saat mbah saya menjadi pelungguh di Dlingu, Bantul. Mbah saya memiliki tanah luas. Dan memelihara banyak sapi. Saya tiap hari bermain dengan sapi-sapi itu," kata Budi Ubrux. Ia agaknya ingin mengembalikan nostalgia indah itu.
Jumlah sapi yang banyak memang membuat pameran berjudul "Raja Kaya" ini unik. Sapi-sapi itu dibuat dengan skala ukuran sapi sesungguhnya. Tidak ada deformasi terhadap tubuh sapi. Misalnya gelambir-gelambir tubuh sapi yang menjuntai ke bawah sehingga sapi menjadi surealis atau seperti hidup di alam mimpi. Bentuk tubuh sapi-sapi itu persis seperti sapi Jawa pada umumnya. Realis. Di antara sapi-sapi itu, ada sosok yang lebih besar. "Itu sapi Benggala. Salah seorang pematung saya mungkin salah model, yang diacu sapi India," kata Budi seraya tertawa.
Hanya, kalau kita perhatikan beberapa kepala sapi sampai kupingnya itu ditutup koran. Budi memang selama ini terkenal dengan lukisan-lukisan yang menampilkan sosok manusia ditutup koran. Itu sudah menjadi trade mark-nya. "Kira-kira saya ingin mengatakan sapi-sapi sekarang hanya diperas (dieksploitasi) saja. Maka kepala-kepala sapi saya bungkus koran," ucapnya. Boleh juga idenya. Namun, tatkala tiang-tiang di sekitar sapi itu juga dibungkus koran, terasa kurang artistik. Malah itu kesannya seperti sebuah pameran darurat.
Yang juga penggarapannya belum maksimal adalah gambar-gambar di perut sapi itu. Budi "mentato" tubuh sapi dengan gambar berbeda-beda, dari gambar buah-buahan, jahe-jahean, sampai punakawan. Tapi gambar itu tidak menambah pemaknaan sosial terhadap sapi itu. Hanya hiasan "sporadis". "Gambar itu menampilkan kaitan sapi sehari-hari dengan alam sekitarnya," katanya.
Di dinding sekeliling, Budi mengapropriasi lukisan-lukisan Sudjojono. Diambil terutama lukisan Sudjojono yang ada unsur panorama. Di antaranya Mengatur Siasat (1964), Indahnya Indonesiaku (1968), Gunung-gunung di Jawa Barat (1975), dan Corak Seni Lukis Indonesia Baru (1986). Ia menggambar ulang bagian pemandangan yang ada di lukisan itu, lalu menambahnya dengan gambar sapi-sapi dan para petani yang tubuhnya berbungkus koran. Yang jadi soal pemasangan lukisan-lukisan itu tidak memiliki efek terhadap instalasi sapi. Instalasi sapi itu sudah cukup kuat.
Untuk menambah kekuatan instalasi, Budi juga menghadirkan mobil-mobil kuno di luar "pagar peternakan". Mobil itu diparkir seakan-akan memang mobil mangkrak milik juragan sapi. Ada dua mobil: BMW seri 760 dan Ford lawas. Satu-dua mobil itu memang mendukung instalasi sapi. Namun bila jumlah mobilnya banyak malah bersaing dengan sapi. Pasalnya, di luar pintu ruang pameran Taman Budaya juga dihadirkan beberapa mobil lagi yang kurang berkaitan dengan sapi di dalam. Maka bisa saja orang mengira itu sebuah pameran mobil kuno.
Yang berhasil dari pameran ini adalah suasana. Bila dilihat sapi per ekor sangat biasa. Itu seperti model patung sapi yang sering ada di toko-toko penjualan susu di Jakarta. Cuma, kelebihannya, sapi milik Budi bercadar koran. Maka orang bisa bertanya adakah kolektor yang berminat membeli satu patung sapi saja. Atau bila membeli harus paket, semua sapi, demi bisa membawa pulang suasana keseluruhan. Budi Ubrux hanya tertawa.
Seno Joko Suyono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo