Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Satu Mentari Dua Warna

Partai Matahari Bangsa mencoba menantang pendahulunya, Partai Amanat Nasional. Mengandalkan Din Syamsuddin.

30 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Serupa tapi tak sama. Itulah penggambaran tentang Partai Amanat Nasional dan Partai Matahari Bangsa. Keduanya menggunakan simbol matahari. Ini bukan hal yang aneh, karena keduanya lahir dari ”rahim” yang sama: Muhammadiyah—organisasi sosial keagamaan yang juga berlogo matahari. Bedanya: mentari pada Partai Matahari Bangsa disepuh warna merah, sementara Partai Amanat Nasional berwarna biru. Partai Amanat Nasional lahir lebih dulu, yaitu 10 tahun silam, sedangkan Partai Matahari Bangsa baru berusia dua tahun.

Yang menarik, keberadaan Partai Matahari Bangsa merupakan bentuk protes dari para aktivis muda Muhammadiyah yang merasa terhambat masuk ke kepengurusan Partai Amanat Nasional. ”Seharusnya, dengan Pak Amien Rais di sana, akan ada mobilisasi vertikal aktivis Muhammadiyah di partai itu,” kata Ketua Umum Partai Matahari Bangsa Imam Addaruqutni. Harapan mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah itu masuk akal, karena Amien Rais pernah menjadi Ketua Umum Muhammadiyah dan pernah menjadi Ketua Partai Amanat Nasional.

Deklarasi pendirian Partai Matahari Bangsa dihadiri sejumlah petinggi Muhammadiyah, termasuk mantan Ketua Muhammadiyah Syafi’i Ma’arif. Landasan partai juga sama dengan Muhammadiyah: berasaskan ”Islam Berkemajuan”. Selain itu, sejumlah pengurus partai masih merangkap sebagai pengurus Muhammadiyah atau organisasi afiliasinya. ”Saya sendiri masih salah satu Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah,” kata Ahmad Rofiq, Sekretaris Jenderal Partai Matahari Bangsa.

Kepengurusan rangkap ini diadopsi juga dalam organisasi partai tersebut di sejumlah daerah. Dengan pola kepengurusan rangkap, Rofiq mengklaim, partainya lebih otentik sebagai kendaraan politik bagi warga Muhammadiyah. Makin ”otentik”, Partai Matahari Bangsa berani mencalonkan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin sebagai presiden atau wakil presiden. Harapannya, 15 juta suara warga Muhammadiyah bisa terjaring. ”Minimal lolos parliamentary threshold dulu,” katanya. ”Kalau bisa, dapat 30 kursi untuk Dewan Perwakilan Rakyat.”

Imam menambahkan, partai yang mayoritas pengurusnya anak muda ini menyiapkan calon-calon pemimpin untuk menyongsong pergantian kepemimpinan nasional pada 2014. Sebab, pada saat itu tokoh-tokoh baru akan menggantikan pemimpin lama. ”Ini target utama kami,” katanya.

Sedangkan strategi menggunungkan suara adalah dengan menggalang massa di lingkungan masjid, kantor organisasi, dan sekolah Muhammadiyah serta kawasan pedesaan. Untuk wilayah yang menjadi basis warga Nahdlatul Ulama, seperti Jawa Timur dan Kalimantan, partai ini tak ragu merekrut aktivis-aktivis Nahdlatul Ulama, terutama yang sudah memiliki ideologi terbuka.

Strategi ”desa mengepung kota” seperti itu juga diterapkan ”kakaknya”, Partai Amanat Nasional, meski dalam konteks berbeda. Menurut Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, partai ini ingin merangkul konstituen yang lebih luas. ”Tidak hanya basis Muhammadiyah, tapi juga nasional.” Ini demi mencapai target 18,2 persen atau setara dengan 100 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilu mendatang, sekitar dua kali lipat dari perolehan pada pemilihan sebelumnya.

Masih menurut Zulkifli, partainya akan meneruskan agenda reformasi di bidang ekonomi menuju model ekonomi kerakyatan. Pembangunan ekonomi dimulai dari basis pedesaan. Itu semua dilandasi pemahaman bahwa peta politik sudah berubah. ”Tidak lagi bernuansa aliran, tapi lebih mengemukakan program,” kata Zulkifli. Selain itu, kualitas figur semakin dominan dibandingkan dengan peran partai. Itu sebabnya Partai Amanat Nasional meluaskan basis calon anggota legislatif, dari berbagai profesi, termasuk artis, dan anggota organisasi keagamaan.

Mengenai kemunculan Partai Matahari Bangsa, Zulkifli menilainya sebagai ”partai dari kawan-kawan”. Menurut Zulkifli, pesaing mereka adalah Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Partai Amanat Nasional

Nomor urut: 9

Berdiri: 23 Agustus 1998

Ketua Umum: Soetrisno Bachir

Target: 100 kursi

Proyeksi Perolehan Suara

  • LSI: 4,1 persen
  • LIPI, CSIS, LP3ES, Puskapol UI: 2,91 persen

    Calon Anggota Legislatif dalam sorotan

  • Anggota Komisi V, Abdul Hadi Djamal, ditangkap dengan tudingan menerima suap US$ 80 ribu dan Rp 54 juta. Ia diberhentikan dari keanggotaan pengurus Partai Amanat Nasional.

    Pemilih Asal Muhammadiyah

  • 2004: 30,4 persen
  • 2009: 16,5 persen
    Sumber: LSI

    Latar Belakang Calon Anggota Legislatif

  • Non-Muhammadiyah: 35 persen
  • Muhammadiyah: 65 persen

    Latar Belakang Pendidikan Calon Anggota Legislatif

  • S-2/S-3: 20%
  • S-1: 80%

    Partai Matahari Bangsa

    Nomor urut: 18

    Berdiri: 26 Desember 2006

    Ketua Umum: Imam Addaruqutni

    Target: 30 kursi

    Proyeksi Perolehan Suara

  • LSI: 0,4 persen
  • LIPI, CSIS, LP3ES, Puskapol UI: 0,1 persen

    Latar Belakang Pendidikan Calon Anggota Legislatif:

  • S-1/S-2/S-3: 98 persen
  • Sekolah Menengah Umum: 2 persen

    Latar Belakang Calon Anggota Legislatif
    Asal Organisasi

  • Non-Muhammadiyah (Nahdlatul Ulama dan lain-lain): 25 persen
  • Muhammadiyah: 75 persen
    Sumber: LSI

    Proyeksi pemilih asal Muhammadiyah: 50 persen

    Pada Pemilihan Umum 2009

  • 82,5 persen ke berbagai partai politik
  • 1 persen ke Partai Matahari Bangsa
  • 16,5 persen ke Partai Amanat Nasional
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus