Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumat pagi pekan lalu, sejumlah polisi mondar-mandir di kantor Alexander Downer di Gedung Parlemen Federal Australia, Canberra. Rupanya, Pak Menteri baru saja mendapat kiriman amplop berisi bubuk putih yang mencurigakan. Benda sejenis dua hari sebelumnya mampir ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Dugaan pertama: antraks. Tapi Downer tenang-tenang sajadia belum sempat menyentuh amplop itu. Yang membuat dia blingsatan justru teror terhadap KBRI. "Kami akan memastikan semua pelaku perbuatan ini diadili," katanya. Meski belum ada bukti, dia menduga peristiwa di KBRI ada kaitannya dengan kasus Schapelle Corby, tersangka penyelundup mariyuana yang baru saja divonis 20 tahun penjara di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali.
Jumat lalu, Downer memberikan wawancara khusus kepada koresponden Tempo di Australia, Dewi Anggraini.
Berikut ini petikannya:
Bagaimana sikap Australia atas insiden pengiriman bubuk misterius ke KBRI?
Pemerintah dan rakyat Australia amat terkejut. Kami marah sekali bahwa Kedutaan Besar Indonesia menjadi sasaran perbuatan yang sama sekali tak dapat diterima dengan cara apa pun.
Sudah ada titik terang, siapa yang bertanggung jawab?
Penyidikan dan penyelidikan polisi masih berlangsung. Saya belum bisa menjawab pertanyaan itu.
Kepolisian Indonesia diundang untuk turut dalam penyidikan?
Benar. Ada tiga perwira polisi dan seorang pejabat dari Departemen Pertanian yang akan turut dalam proses penyidikan. Mungkin saja bubuk itu ternyata tidak berbahaya. Tapi perbuatannya sendiri amat buruk.
Apa dampak peristiwa ini, yang dapat Anda lihat, terhadap hubungan kedua negara?
Saya tidak melihat dampak yang terlalu berat. Kedua pemerintah, apalagi pemerintah Australia, sungguh mengutuk perbuatan ini. Saya sudah berbicara langsung dengan Menteri Luar Negeri Indonesia. Kami sepakat bahwa ini perbuatan terkutuk. Saya bayangkan masyarakat Indonesia pasti sangat tidak senang. Masyarakat Australia pun pada umumnya tidak senang.
Bagaimana jika ada balas dendam terhadap orang-orang Australia di Indonesia, seperti sweeping di hotel-hotel?
Risiko selalu ada. Karena itu harus waspada. Tapi tidak perlu hidup dalam ketakutan. Kami akan memastikan semua pelaku perbuatan ini diadili, mendapat hukuman yang setimpal, dan tidak mengulangi perbuatannya. Kami telah bekerja keras seminggu ini. Pemerintah dan rakyat Indonesia perlu tahu bahwa kami betul-betul serius menangani peristiwa ini. Mereka berhak jengkel dan kecewa kalau kami tidak serius.
Menurut Anda, apakah perbuatan ini ada kaitannya dengan kasus Schapelle Corby?
Rasanya ada, walau belum ada bukti jelas.
Kenapa masyarakat Australia begitu emosional menanggapi kasus Corby?
Saya kira karena kasus ini mendapat perhatian yang tinggi dari media. Mereka seolah terobsesi. Ada sejumlah orang Australia yang dipenjara di berbagai penjuru dunia karena pelanggaran narkoba atau pelanggaran lain, di negara-negara yang jauh, lebih jauh dari Indonesia, tapi tidak mendapat perhatian sebesar ini.
Yang menarik, ada keyakinan kuat bahwa Corby tidak bersalah.
Ini karena banyak praktisi media yang yakin dia tidak bersalah, dan menyebarluaskannya. Keyakinan itu menyebar pada tim pembela Corby, yang juga amat agresif memanfaatkan media.
Kenapa mereka berkukuh membela Corby dan tak percaya pada pengadilan di Denpasar?
Karena mereka yakin Corby tidak bersalah. Jadi pengadilan mana pun yang menyatakannya bersalah, akan menampung kemarahan mereka.
Apakah tidak terpikir bahwa pengadilan yang sama menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku bom Bali?
Saya rasa mereka tidak tahu sehingga tidak melihat kaitannya. Masalahnya, media tidak menunjukkan kaitan itu. Media hanya menonjolkan Abu Bakar Ba'asyir, yang mengotaki bom Bali, tapi hanya dihukum 30 bulan. Sedangkan Schapelle Corby yang tak bersalah dihukum 20 tahun. Padahal masalahnya tidak sesederhana itu. Yang harus diingat, hakim senior yang menjatuhkan hukuman 20 tahun kepada Corby adalah hakim pengadilan yang menjatuhkan hukuman mati kepada tiga pelaku bom Bali. Saya menyebut hal itu berkali-kali tapi tidak mendapat perhatian media.
Bagaimana perasaan Anda atas tuntutan untuk menarik kembali sumbangan untuk malapetaka tsunami di Aceh?
Saya sangat marah dan tegas-tegas menolak. Ini sudah saya tegaskan ke publik. Para korban tsunami sama sekali tidak ada kaitannya dengan Schapelle Corby atau pengadilan di Bali. Tuntutan ini secara moral juga salah besar.
Bagaimana prospek negosiasi pemerintah dalam undang-undang pertukaran narapidana?
Sejauh ini Indonesia belum pernah meneken persetujuan pertukaran narapidana dengan negara mana pun. Jadi, ini lahan baru bagi Indonesia. Pekan depan tim dari Australia akan ke Indonesia untuk membahas hal ini. Kita tunggu saja hasilnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo