Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga Minyak Merangkak Naik
Krisis politik Israel-Pa-lestina memicu kenaikan har-ga minyak mentah dunia. Hingga Kamis pekan lalu, harga emas hitam itu sudah mendekati rekor baru, yaitu US$ 76 per barel. Harga mi-nyak mentah ringan diperdagangkan US$ 75,89 per barel di pasar komoditas New York, Amerika Serikat. Sedangkan harga minyak jenis Brent Laut Utara naik US$ 1,10 menjadi US$ 75,49 per barel di bursa London.
Sejak bulan lalu, harga minyak dunia enggan turun ke level di bawah US$ 70 per barel. Berbagai faktor jadi penyebabnya, seperti badai Alberto di Teluk Meksiko, krisis nuklir Iran dan di Semenanjung Korea.
Kondisi ini dikhawatirkan bakal memperbesar subsidi pemerintah atas beberapa je-nis bahan bakar minyak. Menurut APBN 2006, peme-rintah harus merogoh kocek untuk subsidi BBM Rp 54,27 triliun. "Berapa pun subsidi akan dibayarkan pemerintah kepada Pertamina," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, akhir pekan lalu.
Kemelut di Jamsostek
Direktur Utama PT Ja-minan Sosial Te-naga Ker-ja (Jamsostek) Iwan Pontjo-winoto dirundung masalah. Pada awal pekan lalu, ia dituntut mundur oleh ratusan karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Jamsostek. Ia dianggap tak layak karena, "Sering memaki dan mengintimidasi," kata Ketua SP Jamsostek, Abdul Latief Algaff.
Tuntutan ini sudah disampaikan ke Presiden, Wakil Presiden, Menteri Negara BUMN, Menteri Tenaga Kerja, dan Ketua DPR. "Kami sepakat mogok jika tuntutan tidak dipenuhi," kata Abdul. Selain oleh ratusan karya-wan, tuntutan ini didukung empat dari enam direksi Jamsostek. "Tapi aspirasi ini harus disampaikan secara persuasif," kata Direktur Umum Andi Ahmad.
Iwan mengaku tak terganggu oleh tuntutan tersebut. Sedangkan Menteri BUMN Sugiharto mengatakan, kemelut Jamsostek hanya disebabkan gaya kepemimpinan. "Barangkali behaviour-nya- saja yang perlu diluruskan," katanya. Sumber Tempo membisikkan, kemelut ini terkait dengan upaya pergantian pucuk pimpinan perusahaan yang mengelola puluh-an triliun uang kaum buruh ini. "Ada direksi yang mau naik," kata sumber itu.
Total FinaElf Tambah Investasi
PERUSAHAAN minyak asal Prancis Total FinaElf akan menambah investasi-nya di Indonesia sekitar US$ 1,2 miliar (Rp 11 triliun) mulai tahun depan. Dana tersebut digunakan untuk meningkatkan produksi gas di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, termasuk pengembangan lapangan gas lepas pantai Sisi dan Nubi.
Direktur Eksplorasi dan Pro-duksi Total FinaElf Chris-tophe de Margerie menga-takan, investasi Total untuk mengembangkan lapangan mi-nyak dan gas di seluruh dunia mencapai US$ 10 mi-liar, dan Indonesia salah satu proyek terbesar setelah Afrika dan Timur Tengah. "Karena Indonesia penting bagi Total," kata Margerie.
Blok Mahakam dioperasikan oleh Total bekerja sama dengan Inpex Corp., Tokyo. Rencananya, lapangan ini da-pat memproduksi gas sekitar 500 juta kaki kubik per hari mulai tahun depan.
Angka itu jauh melebihi angka yang dihasilkan saat ini. Menurut juru bicara Total E&P Indonesie, Ananda Idris, produksi gas Total baru sekitar 2,6 juta kaki kubik per hari. Sedangkan produksi minyaknya 80 ribu barel per hari.
Kekeringan Meluas
Kekeringan da-tang mengintip. Hing-ga pertengahan tahun ini areal sa-wah yang kerontang mencapai 51 ribu hektare di 10 provinsi. Dari jumlah itu, 726 hektare dipastikan gagal panen. Nilai kerugian ditaksir Departemen Pertanian mencapai Rp 4,3 miliar.
Di Jawa Barat, sekitar 40 ribu hektare sawah menderita keke-ringan. Di Klaten, Jawa Tengah, sekitar 1.400 hektare sawah puso. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Sutarto Alimoeso mengatakan, kekeringan bakal terus berlanjut hingga bulan depan.
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika, hingga Juni lalu, 77 persen daerah di Indonesia memasuki musim kemarau. Di Pulau Jawa lebih dari 90 persen daerah sudah masuk masa kering.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan, Winarno Tohir, memprediksi harga beras bakal merambat naik seiring de-ngan meluasnya sawah yang gagal panen. Di sisi lain, pemerintah masih belum berani mengimpor beras.
Selain merugikan petani, kekeringan juga mengakibatkan debit air beberapa wa-duk yang jadi sumber pembangkit tenaga listrik melorot. Akibatnya, pasokan listrik di Pulau Sumatera dan Jawa terancam. Direktur Pembangkit Energi Primer PLN, Ali Herman Ibrahim, mengatakan bahwa musim kemarau bisa menurunkan kapasitas produksi pembangkit listrik hingga 50 persen. Tapi dia menambahkan, sebagian besar listrik di Jawa tidak lagi dipasok dari PLTA, melainkan pembangkit listrik tenaga uap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo