Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Srikandi Inspiratif Transportasi

Kiprah perempuan di dunia transportasi masih sangat sedikit. Tapi, dari sebagian kecil itu, ada beberapa nama yang menonjol berkat inovasi dan prestasi yang mereka capai. Ada yang bergiat menyiapkan moda raya transportasi, membenahi manajemen angkutan bus, hingga memastikan keamanan dan kenyamanan untuk para pemudik Lebaran. Anggapan sektor transportasi hanya milik kaum pria sudah tak lagi relevan.

11 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Silvia Halim (kanan), di terowongan Stasiun MRT di Senayan, Jakarta, Agustus 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia masih kekurangan perempuan yang bekerja di sektor transportasi. Setidaknya hal itulah yang terlihat dari laporan Kementerian Perhubungan saat peringatan Hari Kartini pada April lalu. Dalam laporan itu disebutkan, jumlah perempuan yang bekerja di sektor transportasi baru 5 persen dari total jumlah tenaga kerja di sektor ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika mengacu pada laporan Badan Pusat Statistik pada 2018, yang menyatakan jumlah tenaga kerja transportasi di Tanah Air mencapai 5,4 juta jiwa, jumlah perempuan yang bekerja di bidang ini baru sekitar 270 ribu orang. Dari jumlah itu, beberapa profesi yang mereka geluti sopir, kondektur, masinis, serta mereka yang duduk di level manajemen perusahaan transportasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam acara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa peranan perempuan dalam sektor transportasi masih harus terus didorong. Perempuan dapat mengambil profesi sebagai pilot, mualim, atau pengawas penerbangan. Menteri Budi berpesan kepada Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan bahwa jumlah SDM perempuan di sektor transportasi perlu ditingkatkan untuk bidang-bidang tertentu, seperti petugas ATC, pilot, atau kegiatan lain yang memerlukan keahlian. "Saya yakin para perempuan di Indonesia mampu," ujarnya.

Dari jumlah yang masih sedikit itu, ada beberapa nama yang menonjol. Kebanyakan memang bukan pekerja di level bawah, melainkan para direktur dan petinggi perusahaan. Tapi, berkat kehadiran mereka melalui aneka inovasi dan ide, juga keberanian melakukan perombakan, sektor transportasi kita menjadi lebih baik. Tengok saja kisah Setia Milatia Moemin yang berupaya "membangkitkan" kembali DAMRI yang kondisinya "begitu-begitu saja" sejak dulu. Kini DAMRI menjadi perusahaan yang banyak melahirkan inovasi dan menjadi lebih "segar".

Selain Setia Milatia, kami memilih Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry, Ira Puspadewi; Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim; serta Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I, Devy Suradji, sebagai perempuan-perempuan yang kami anggap inspiratif di dunia transportasi. Profil mereka kami angkat bukan hanya karena status mereka sebagai perempuan di tengah sektor yang diidentikkan dengan dunia maskulin. Tapi mereka memang orang-orang yang berprestasi dan terbukti mampu menghadirkan pembaruan di perusahaan masing-masing.

Selain mereka, sebetulnya banyak sosok perempuan inspiratif lain di sektor ini. Misalnya Presiden Direktur Lorena Transport Group, Eka Sari Lorena Soerbakti, yang sudah dikenal banyak orang. Eka memang "hanya" meneruskan perusahaan yang dirintis dan dibangun oleh ayahnya, G.T. Soerbakti. Tapi, di tangan Eka, perusahaan otobus Lorena berkembang pesat.

Berawal dari dua unit bus yang melayani rute Jakarta-Bogor, kini Lorena beroperasi dengan 500 bus, yang melintasi 60 kota di Jawa-Sumatera, Bali, dan Madura. Dari modal pertama Rp 12 juta, kini nilai perusahaan sudah lebih dari Rp 4 triliun. Lorena tak semata bergerak di bidang jasa angkutan penumpang. Kini perusahaan telah mengembangkan jasa angkutan barang dengan bendera PT Eka Sari Lorena Express (ESL Express). Sekarang perusahaan logistik ini memiliki sekitar 350 unit armada, termasuk truk, minibus, dan sepeda motor. ESL juga terbantu oleh jaringan rute Lorena yang luas, sehingga barang bisa "dititipkan" di bagasi bus.

Di tangan Eka, yang punya lisensi penerbang, Lorena bahkan merentangkan usaha ke sektor lain, yakni perkebunan kelapa sawit, restoran, dan hotel. "Tapi masih kecil-kecil," kata Eka dalam wawancara dengan majalah Tempo, beberapa waktu lalu. Eka bahkan sempat berencana merambah jalur transportasi udara lewat Lorena Air. Namun krisis global yang terjadi pada 2008-2009 membuat harga avtur meroket hingga empat kali lipat. Eka, yang saat itu hampir mendatangkan dua unit Airbus, mengurungkan niatnya. "Saya berfokus saja ke angkutan darat."

Eka adalah satu contoh perempuan sukses dunia transportasi. Selain dia, ada Direktur Utama Bluebird Group, Noni Sri Ayati Purnomo, yang berhasil membawa perusahaan taksi ini berekspansi ke sektor lain, seperti alat berat dan properti. Bluebird juga mampu bertahan di tengah gempuran angkutan online yang membuat banyak perusahaan taksi rontok. Tak hanya berkiprah di perusahaan masing-masing, baik Noni maupun Eka juga aktif di berbagai lembaga, seperti Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Organisasi Angkutan Darat (Organda).

Kehadiran para perempuan di sektor ini semakin menghapuskan kesan bahwa sektor transportasi adalah dunia laki-laki. Anggapan itu tak lagi relevan karena terbukti para perempuan mampu berprestasi lebih baik dari rekan mereka yang laki-laki. Namun, tak hanya persoalan jumlah perempuan yang masih sedikit di sektor ini, hal lain yang juga sangat penting untuk didorong adalah bagaimana menciptakan moda transportasi yang aman buat perempuan.

Berdasarkan hasil laporan survei Lembaga Thomson Reuters Foundation, berkolaborasi dengan lembaga survei YouGov pada 2016, disebutkan bahwa Jakarta ada di peringkat kelima dunia sebagai kota yang moda transportasinya tak aman untuk perempuan. Aneka kasus kriminal, seperti pelecehan seksual baik verbal maupun fisik, hingga perampasan harta benda yang menimpa perempuan di kendaraan umum, masih kerap menghiasi pemberitaan. Hal itulah yang tak boleh dilupakan semua pihak: menyediakan moda transportasi yang aman bagi perempuan.

PRAGA UTAMA | DIKO OKTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus