Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sunny Tanuwidjaja Disebut Merapat ke Anies, PSI DKI: Itu Hak Politik Beliau

Laporan Majalah Tempo menyebut salah satu pendiri PSI, Sunny Tanuwidjaja, menyokong Anies dan memberi masukan menghadapi Pemilu 2024

7 Juli 2022 | 11.17 WIB

Ketua PSI DKI Jakarta Michael Victor Sianipar saat berkunjung ke Gedung Tempo untuk melakukan audiensi bersama redaksi Tempo pada Selasa, 7 Juni 2022. Kredit: TEMPO/Khory
Perbesar
Ketua PSI DKI Jakarta Michael Victor Sianipar saat berkunjung ke Gedung Tempo untuk melakukan audiensi bersama redaksi Tempo pada Selasa, 7 Juni 2022. Kredit: TEMPO/Khory

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Solidaritas Indonesia atau PSI DKI Jakarta Michael Victor Sianipar menanggapi keluarnya salah satu pendiri partainya, Sunny Tanuwidjaja. Sunny hengkang dari PSI diduga karena berbeda sikap politik. PSI secara terbuka menyatakan tidak akan mendukung Anies di Pilpres 2024 sedangkan ia memiliki sikap berbeda.

"Soal keputusan Bro Sunny, itu sikap politik masing-masing. Saya rasa hak beliau menentukan sikap pribadinya," ujar Michael saat dihubungi pada Rabu, 6 Juli 2022.

Sedangkan untuk sikap PSI soal pencapresan,
kata Michael, mengikuti arahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, yaitu ojo kesusu dan menunggu hasil rembuk rakyat. Tentu dukungan PSI ke siapa, kata dia, akan bergantung pada rakernas partai sesuai mekanisme partai. "Di mana hal-hal seperti dukungan pencapresan diputuskan dan diumumkan," katanya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie membenarkan bahwa Sunny telah lama mengundurkan diri. "Bro Sunny mengundurkan diri dari Sekretaris Dewan Pembina sejak sekitar setahun lalu, karena akan membantu Pak Anies. Ia digantikan oleh Raja Juli Antoni," ujar Grace saat dihubungi, Rabu, 29 Juni 2022.

Kendati demikian, Grace menyebut partainya menghormati apa pun keputusan yang dipilih anggota partai. "Politik itu kan pilihan," tuturnya. "Tapi prinsipnya, PSI jelas tidak akan mendukung Pak Anies karena sekalipun ia mengklaim dirinya pluralis, fakta sejarah membuktikan ia turut memainkan politik identitas dalam memperoleh kekuasaan".


Dulu
Tangan Kanan Ahok dan Terseret Kasus Suap Reklamasi


Sunny dulu merupakan tangan kanan Basuki Tjahaja Purnama sejak Ahok menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Namun hubungan keduanya merenggang sejak kasus suap reklamasi Teluk Jakarta diungkap Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sunny pernah terseret kasus reklamasi Pantai Utara Jakarta pada 2016. Nama Sunny disebut beberapa kali dalam berkas putusan Mohamad Sanusi, terpidana tujuh tahun penjara dalam kasus suap pembahasan rancangan peraturan daerah tentang reklamasi. Sunny disinyalir aktif berkomunikasi dengan para pengembang pulau-pulau buatan.

Hal yang membuat Ahok sangat geram adalah ketika rekaman sadapan pembicaraan Sunny dan Mohamad Sanusi diperdengarkan dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, pada 25 Juli 2016. Saat itu, ia menyadari bahwa Sunny menelepon Sanusi dari dalam ruang kerja Gubernur DKI. “Gue marah besar,” kata Ahok dalam Majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2020 dengan judul "Pecah Kongsi Seusai Reklamasi".

Sejak kisruh seputar kasus reklamasi, Sunny tak pernah terlihat di Balai Kota DKI. Padahal, sebelum itu, ke mana pun Ahok pergi, pasti ada Sunny di sebelahnya. Akibat insiden itu pula rencana mengusung Ahok menjadi calon gubernur independen lewat gerakan "Teman Ahok" ikut berantakan.

Sampai keluar dari penjara tahun lalu, Basuki tetap enggan bergabung kembali ke kelompok pendukungnya yang banyak aktif di PSI. Dia memilih merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).


Sunny Tanuwidjaja Merapat ke Anies Baswedan


Belakangan, Sunny merapat kepada Gubernur DKI Anies Baswedan. Dalam laporan Majalah Tempo pekan lalu Sunny disebut turut menyokong Anies dan memberi
masukan menghadapi Pemilu 2024. Tiga narasumber yang mengetahui keterlibatan Sunny menyebut Sunny turut memberi masukan soal isu strategis di bidang sosial dan politik.

Anies dan Sunny sama-sama pernah menempuh program doktoral di Northern Illinois University, Amerika Serikat. Selain memberikan masukan kepada Anies, Sunny disebut memprakarsai wadah tukar gagasan yang disebut Forum Mandala.

Dua orang dekat Anies bercerita, peserta komunitas diskusi ini sangat terbatas dan kerap membahas kebijakan pemerintah. Seorang narasumber mengaku pernah hadir dalam pertemuan yang digelar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Menurut dia, kegiatan ini setidaknya sudah dua kali dilaksanakan.

Mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan seorang mantan Wakil Menteri Perdagangan pernah diundang ke Forum Mandala dalam kesempatan terpisah. Menurut seorang pejabat Balai Kota yang pernah datang ke forum, dua pembicara itu membahas kelangkaan bahan kebutuhan pokok serta dampak perang Rusia-Ukraina terhadap perdagangan dan stok pangan.

Tempo berupaya mengkonfirmasi ke Sunny namun sambungan telepon maupun pesan tertulis tidak direspons. Pada 21 Juni lalu, ia menolak berkomentar mengenai keterlibatannya di Balai Kota dan dukungannya ke Anies. "Saya sedang di luar kota," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

 

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus