Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Warga kompleks Polri yang bersebelahan dengan rumah Ferdy Sambo tak mendengar ada suara letusan tembakan pada Jumat sore lalu.
Penjaga kafe melihat ada ambulans yang masuk kompleks Polri pada Jumat petang lalu.
Alat perekam CCTV yang mengarah ke rumah Ferdy Sambo sudah diambil polisi satu hari setelah kejadian.
JAKARTA – Sebuah layar monitor di pos satpam kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, menampilkan enam hasil rekaman kamera pengintai atau CCTV yang mengarah ke rumah Inspektur Jenderal Ferdy Sambo ataupun jalanan di sekitar kompleks, kemarin. Dua rekaman di antaranya jelas merekam bagian depan kediaman Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Tempo dan awak media lainnya tak bisa mendekat untuk memastikan gambar-gambar yang ditampilkan pada layar monitor tersebut. Satpam yang berjaga melarang wartawan mendekat. Di dalam pos jaga kompleks itu terdapat sejumlah polisi yang tengah mengobrol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi berseragam mulai nongkrong di pos jaga kompleks setelah kepolisian mengumumkan insiden dugaan saling tembak dua ajudan Ferdy Sambo pada Senin lalu atau tiga hari setelah kejadian. Versi kepolisian, Brigadir Nopriansyah Josua Hutabarat tewas dalam insiden baku tembak dengan Bhayangkara Dua E di rumah dinas Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022, sekitar pukul 17.00 WIB. Brigadir Josua adalah sopir istri Ferdy Sambo, Putri Chandrawaty Sambo, dan Bharada E adalah ajudan Ferdy.
Polisi mengklaim, awalnya Brigadir Josua diduga melecehkan Putri yang sedang beristirahat di lantai satu. Lalu, Bharada E, yang berada di lantai dua, bergegas turun setelah mendengar teriakan minta tolong. Josua yang panik langsung menembak ke arah Bharada E, yang sedang menuruni tangga. Kemudian terjadi saling tembak di antara keduanya.
Polisi menyebutkan Bharada E menembakkan lima peluru dan Brigadir Josua tujuh peluru. Josua tewas tertembak dalam insiden ini. Sedangkan Bharada E sama sekali tak terluka.
Satu hari setelah kejadian ini, polisi mengganti dekoder CCTV di pos satpam kompleks Polri Duren Tiga. Alat penyimpan rekaman saat ini dan yang diamati Tempo kemarin merupakan alat baru, yang terpasang setelah insiden tersebut.
Kediaman Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo, di kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta, 13 Juli 2022. TEMPO/Subekti.
Ketua RT 5 RW 1 Duren Tiga, Mayor Jenderal (purnawirawan) Seno Sukarto, mengatakan penggantian alat penyimpan rekaman itu dilakukan tanpa sepengetahuan dirinya. "Saya tanya sama satpam, ya, dia aja enggak tahu alasan diganti yang baru alatnya itu," kata Seno, Rabu lalu.
Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan, Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto, mengakui bahwa anggotanya telah mengganti dekoder CCTV tersebut. "Yang lama disita, dan agar CCTV di lingkungan kompleks Polri Duren Tiga tersebut tetap beroperasi, maka diganti yang baru," kata Budhi, kemarin.
Dari pantauan Tempo di lapangan, rumah dinas Ferdy Sambo yang berukuran 18 x 15 meter itu ataupun jalanan di depannya terekam oleh dua CCTV kompleks. Kamera pertama berada di pintu masuk lapangan basket, yang berada di depan rumah Ferdy. CCTV itu menyorot bagian depan jalan di samping rumah Ferdy Sambo serta menyorot bagian sisi depan rumah Ferdy. Lalu, kamera kedua berada persis di depan pintu masuk rumah Ferdy Sambo. CCTV itu mengarah ke jalan di depan rumah Ferdy.
Ada lagi dua CCTV yang mengarah ke sekitar rumah Ferdy. Kamera pertama berada di jalan menuju pintu gerbang masuk kompleks perwira polisi tersebut. Jarak antara rumah Ferdy dan gerbang kompleks sekitar 100 meter. Lalu, jarak antara rumah Ferdy dan pos satpam sekitar 50 meter. Kamera tersebut dapat merekam siapa saja yang keluar-masuk kompleks.
Selanjutnya, CCTV kedua berada di sisi barat rumah Ferdy Sambo. Kamera ini mengarah ke gerbang perumahan Pertambangan, yang bersebelahan dengan kompleks Polri.
Setelah insiden Brigadir Josua, kompleks Polri Duren Tiga tampak ramai. Banyak polisi ataupun awak media yang silih berganti berada di dalam kompleks. Berbeda dengan kondisi sebelum insiden itu dirilis polisi pada Senin lalu, suasana kompleks terlihat sepi.
Soleh, penjaga kafe di depan kompleks Polri, mengaku sayup-sayup mendengar suara letusan pada hari kejadian. Namun ia tak menghiraukannya karena menduga suara petasan. "Waktu saya pulang setelah salat magrib di musala, saya lihat ada ambulans masuk," kata Soleh, kemarin.
Soleh juga mengabaikan keberadaan ambulans itu karena melihat tak ada keanehan pada Jumat petang tersebut. Lalu lintas keluar-masuk kompleks Polri juga terlihat normal. Soleh baru mengetahui insiden tersebut pada Senin lalu.
"Senin malam setelah ada berita, memang ramai sekali, mobil (polisi) sampai parkir di luar kompleks," katanya.
Firdaus, petugas keamanan kantor yang berada di depan gerbang kompleks Polri, mengaku tak melihat kejanggalan pada hari kejadian. Ia juga tak mendengar letusan apa pun pada Jumat sore hingga menjelang magrib.
"Itu baru mulai waktu shift jaga saya. Saya sudah di sini. Tapi saya tak mendengar apa-apa. Makanya saya juga kaget ada penembakan," kata Firdaus.
Beberapa orang tetangga rumah Ferdy Sambo dalam kompleks Polri juga mengaku tak mendengar suara tembakan pada Jumat sore pekan lalu. Seorang warga justru bertanya ke warga kompleks lainnya yang bersebelahan rumah dengan Ferdy Sambo. Namun ia juga mengaku tak mendengar ada suara tembakan.
"Ini kan rumahnya mepet temboknya, sedangkan rumah kami jauh. Katanya, tak ada suara tembakan," kata warga kompleks Polri tersebut. Mereka rata-rata mengetahui insiden Brigadir Josua saat kepolisian merilisnya.
EGI ADYATAMA | ARRIJAL RACHMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo