Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OKAN berlari dari satu ruangan ke ruangan lain. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Tangerang itu bertugas memberi tahu rekan-rekannya agar bersiap menyambut Presiden, yang akan masuk ruangan mereka. Khususnya teman-teman di ruangan curhat, yang akan berdialog dengan Presiden.
Hari itu, Selasa pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, dan beberapa menteri mengunjungi lembaga pemasyarakatan tersebut, yang sudah 47 tahun tidak didatangi kepala negara. Presiden terakhir yang mengunjungi lembaga itu adalah Soekarno.
"Saya ingin berbicara kepada anak-anak, tapi jangan ramai-ramai, supaya bisa keluar semua isi hatinya," kata Presiden, sebelum meninjau ruangan. Setelah melihat keadaan lembaga, Presiden menyediakan anggaran Rp 1 triliun untuk rehabilitasi, pembinaan, dan pembaruan fasilitas. Uang itu berasal dari sisa lebih anggaran pembiayaan Rp 38 triliun.
Presiden juga menjanjikan kebijakan hukum yang berpihak pada anak-anak dan kaum lemah. "Saya sudah berdiskusi dengan Menteri Hukum dan HAM," kata Presiden. "Dalam waktu dekat ini, mestinya yang namanya remisi, asimilasi, dan pembebasan bersyarat dibedakan antara anak dan yang dewasa."
Kunjungan yang dijadwalkan hanya setengah jam itu mulur hingga dua setengah jam. Tak sempat makan siang, rombongan bergerak ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tangerang, tak jauh dari Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak. SMK ini memiliki bidang pendidikan kejuruan tata boga, kecantikan rambut, dan jaringan komputer.
Esoknya, Presiden mengunjungi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. Lagi-lagi Presiden menjanjikan aturan hukum yang berpihak pada anak-anak, orang lanjut usia, dan penyandang cacat yang melakukan pelanggaran hukum. Sebelumnya, Sabtu dua pekan lalu, di tengah hujan besar, Presiden bahkan hadir dalam zikir bersama yang digelar Majelis Dzikir SBY Nurussalam, Majelis Dzikir Nurul Musthofa, dan Forum Habib Nasional di Lapangan Silang Monas.
SEMUANYA berawal pada Jumat dua pekan lalu. Sebelum salat Jumat, Presiden menggelar rapat internal bersama sejumlah penasihat. Salah satu yang dibicarakan adalah persiapan menghadapi kesimpulan akhir Panitia Khusus Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat RI tentang Kasus Bank Century, 4 Maret mendatang.
Dalam rapat itu disarankan agar Presiden tidak lagi bicara politik-terlebih soal kasus bank bermasalah itu. Salah-salah, Presiden bisa dianggap membela diri.
Sebagai gantinya, Yudhoyono diminta melakukan aksi populis mengambil hati rakyat. Dengan kegiatan ini diharapkan popularitas SBY tetap tinggi apa pun rekomendasi Panitia Khusus DPR. Soal popularitas, Presiden memang menaruh banyak perhatian. Jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia menunjukkan tingkat kepuasan publik pada Presiden terus merosot: dari 85 persen (Juli 2009) lalu jatuh menjadi 75 persen (November 2009) dan 70 persen (Januari 2010).
Maka disusunlah sejumlah kegiatan. Satu di antaranya: mengunjungi narapidana remaja. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ditugasi menyusun daftar anak-anak nama calon penerima grasi program yang kini sedang dijalankan Istana. Untuk memberikan kesan kunjungan ke penjara Tangerang dilakukan mendadak, wartawan Istana tak diberi tahu ke mana Presiden akan berkunjung. Mereka hanya diminta hadir di Istana pukul 08.00 untuk meliput Presiden yang akan datang ke "lokasi x". Informasi bocor justru di tempat lain. Beberapa wartawan yang ngepos di Kementerian Hukum dan HAM justru telah diberi informasi sehari sebelumnya.
Staf ahli presiden bidang hukum, Denny Indrayana, menyangkal Presiden tengah menjalankan aksi tebar pesona. "Kerja salah, diam juga salah," katanya. Presiden, kata Denny, menghadapi kesimpulan Pansus dengan santai.
Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, menyangkal inspeksi mendadak Presiden ke penjara Tangerang direncanakan dengan saksama. Menurut Julian, wartawan Istana baru diberi tahu setelah sampai di tujuan. "Kalau memang ada persiapan sedikit, saya rasa semata soal protokoler yang harus dipatuhi oleh Presiden," ujar Julian.
Julian juga menegaskan kunjungan yang dilakukan Presiden memang untuk mencari tahu keadaan di lapangan, antara lain disparitas antara keadilan dan harapan masyarakat di bidang hukum. "Kunjungan tidak akan berakhir tanpa menghasilkan apa-apa," katanya. "Pasti akan ada kebijakan."
AZ/Cheta Nilawati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo