Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengandalkan Kualitas Juru Pangkas

Juru pangkas baru biasanya berasal dari barbershop yang lebih kecil. Gaji lebih tinggi dan gengsi menjadi daya tarik kapster pindah ke barbershop yang lebih terkenal.

31 Januari 2022 | 00.00 WIB

Ilustrasi pangkas rambut asal daerah Garut. Tempo/Ijar Karim
Perbesar
Ilustrasi pangkas rambut asal daerah Garut. Tempo/Ijar Karim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Kualitas juru pangkas rambut alias kapster menjadi prioritas utama.

  • Sebab, kualitas layanan menjadi nilai jual andalan bagi usaha pangkas rambut kelas menengah ke atas.

  • Jika kemampuan mencukurnya semakin baik dan menarik, terbuka peluang kapster tersebut dilirik barbershop kelas menengah.

JAKARTA — Bagi Paxi Barbershop, kualitas juru pangkas rambut alias kapster harus menjadi prioritas utama. Sebab, kualitas layanan menjadi nilai jual andalan bagi usaha pangkas rambut kelas menengah ke atas itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pemilik Paxi, Armen Noor, punya cara sendiri dalam merekrut kapster alias juru pangkas rambut. Ia kerap meminta rekomendasi calon juru pangkas rambut baru dari kapster yang sudah bekerja lama di Paxi. "Mereka sudah tahu kualitas di sini, jadi sudah bisa tahu mana saja yang layak masuk di sini," kata Armen kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Walhasil, begitu calon juru pangkas baru datang, Armen lantas melakukan pengujian untuk menentukan diterima atau tidaknya. Menurut pria asal Medan itu, selain kualitas, kesopanan dan ketenangan menjadi penilaian tambahan.

Walhasil, menurut Armen, bisa saja calon kapster baru Paxi sebelumnya bekerja di tempat cukur rambut lain. Meski begitu, ada pelatihan khusus bagi calon kapster sebelum ditempatkan di gerai Paxi. Mayoritas pelatihan yang diberikan bersifat nonteknis, dari sopan santun, kebersihan badan dan pakaian, hingga cara berkomunikasi dengan pelanggan.

Selain itu, Armen mewajibkan para juru pangkas rambut miliknya bersih dari tato dan tindik. Alasannya, para pelanggan Paxi merupakan masyarakat kalangan menengah ke atas dan sudah berusia yang lebih suka melihat kapster berpenampilan rapi.

Sementara itu, pemegang hak waralaba Paxi Plush di lantai basement mal Pacific Place, Bayu Aryo Susanto, mengatakan, meski sudah mengoperasikan sendiri waralaba Paxi dan Paxi Plush, ia masih mendapat pengawasan ketat dari sang pemilik, Armen. "Untuk kapster, kursi cukur, sampai kebutuhan lain masih dikirim oleh pemilik, Armen."

Ilustrasi tempat pangkas rambut asal daerah Garut. Tempo/Ijar Karim

Sebab, menurut Bayu, ia dan belasan pemegang waralaba Paxi sepakat menentukan kebijakan dan prosedur operasi standar kepada Armen. "Agar seragam, tidak beda-beda, beliau paham betul menjaga kualitas layanan prima sampai saat ini," kata Bayu.

Bahkan, untuk skema pembayaran gaji juru pangkas rambut juga sudah diatur oleh Armen. Yakni gaji para kapster ditentukan oleh berapa jumlah pelanggan yang ia layani dalam satu hari. "Jadi, setiap kapster bayarannya bisa beda. Tapi sebisa kami, kami berikan keadilan sesuai dengan jumlah pelanggan.

Sementara itu, Bang Kumis—bukan nama asli—pemilik pangkas rambut mungil di pinggir rel kereta yang tak jauh dari Stasiun Kramat, Jakarta Pusat, mengakui bahwa cerita tentang perekrutan kapster pangkas rambut kecil ke sejumlah barbershop kekinian memang benar adanya.

Iming-iming bayaran yang lebih tinggi ketimbang pendapatan dari tempat pangkas rambut pinggir jalan menjadi daya tarik. Seperti orang kantoran, karier di barbershop pun berjenjang. Sebagai contoh, dari tukang cukur pinggir jalan naik kelas menjadi juru pangkas di barbershop kecil-kecilan.

Jika kemampuan mencukurnya semakin baik dan menarik, terbuka peluang kapster tersebut dilirik barbershop kelas menengah. Hal tersebut berulang hingga ke barbershop top. "Selain uang, ada gengsinya juga," kata Bang Kumis.

INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus