Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tiga alasan Stiker Isolasi Mandiri untuk Pasien Covid-19 Ditolak

Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta S. Andyka menilai, pemasangan stiker isolasi mandiri dapat mempengaruhi psikologis pasien Covid-19.

4 Oktober 2020 | 11.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas menggunakan hazmat beraktivitas diruang isolasi mandiri di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 22 September 2020. Menurut petugas dilokasi saat ini sudah diisi oleh sembilan warga berstatus OTG (orang tanpa gejala). Pemerintah kota Bekasi menyiapkan 57 tempat tidur untuk pasien COVID-19 di Stadion Patriot Chandrabhaga. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pemerintah DKI Jakarta memasang stiker di rumah pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri menuai kritik. Kritik terhadap stiker isolasi mandiri itu datang dari Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya hingga Gerindra selaku partai pendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut pemasangan stiker sebagai bentuk keterbukaan. Dengan begitu, masyarakat dan petugas mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing. "Semua harus diberi tanda agar tidak salah," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2020. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu tertuang dalam Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 980 Tahun 2020 bahwa masyarakat yang ingin menjalani isolasi mandiri di rumah harus memenuhi sejumlah syarat dan penilaian. Riza memastikan tidak akan mengubah keputusan. 

Berikut alasan penolakan pemasangan stiker bertuliskan 'sedang melakukan isolasi mandiri' itu:


1. Menimbulkan stigma

Kepala Perwakilan Ombudsman Jakarta Raya Teguh Nugroho mengatakan pemasangan stiker isolasi mandiri bisa berdampak negatif terhadap orang tanpa gejala Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah. Dia khawatir pasien mendapatkan stigma dari masyarakat setempat. "Malah akan membangun stigma, suspect covid jadi dikucilkan," kata Teguh melalui pesan teks, Jumat, 2 Oktober 2020.

Ombudsman mendorong pemerintah meningkatkan peran RT dan RW untuk mengawasi pasien ketimbang memasang stiker isolasi mandiri.

  1. Psikologis pasien terganggu

    Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta S. Andyka menilai, pemasangan stiker dapat mempengaruhi psikologis pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri. Menurut dia, psikis pasien terganggu akibat stigma dari masyarakat.

    Bisa-bisa, kata dia, pasien justru bertambah sakit karena imunitas tubuh yang menurun setelah diterpa stigma. "Padahal isolasi diharapkan bisa meningkatkan imun dengan istirahat yang cukup."

  1. Meresahkan masyarakat

    Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Gembong Warsono menolak rencana pemasangan stiker karena meresahkan masyarakat. Dia juga sependapat dengan Andyka bahwa pemasangan stiker isolasi mandiri mengganggu psikologis pasien.

    Gembong mengatakan, mengizinkan pasien menjalani isolasi mandiri dengan syarat menempelkan stiker tidak tepat. "Pemasangan stiker meresahkan masyarakat, dan psikologi pasien yang menjalani isolasi mandiri juga terganggu," kata Gembong melalui pesan teks, Jumat, 2 Oktober 2020.


LANI DIANA WIJAYA | IMAM HAMDI

Lani Diana

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus