Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tommy di Tengah Hujan Bom

Bahan dan ramuan bom yang meledak di berbagai wilayah hampir sama. Tapi dalang yang sebenarnya masih gelap.

12 Agustus 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Negeri ini mirip Lebanon pada 1980-an. Bom meledak di mana-mana, disusul nyawa meregang, lalu maut datang. Dalam tujuh bulan terakhir, tercatat 81 kali ledakan bom mengguncang Tanah Air. Ini berarti sedikitnya 11 kali dalam sebulan rakyat di negeri tercinta disuguhi teror. Angka itu belum termasuk wilayah Aceh dan Maluku, yang warganya paling sering dikejutkan ledakan bom. Tempat kejadian boleh berbeda, tapi gelegar suara dan akibatnya sama saja. Bahkan bahan dan adonan bom sering kali mirip. Bom yang mengguncang Gereja Santa Anna di Durensawit, Jakarta Timur, pada 22 Juli lalu, misalnya, mengandung bahan trinitrotoluene (TNT). Di dalamnya disisipkan sejumlah gotri, biji besi, mur, dan baut agar bisa melukai orang. Bom dengan ramuan serupa juga meledak di Gereja HKBP di Jatiwaringin, Jakarta Timur, pada hari yang sama. Yang menarik, adonan bom di kedua gereja itu mirip pula dengan bom yang meledak di Asrama Mahasiswa Aceh di Setiabudi, Jakarta Selatan, pada 10 Mei. Tak jauh berbeda juga dengan ramuan bom yang meletup di Jalan Cikocol, Pancoran, 19 Juni lalu. Pun bom yang meledak di Gereja Alfa Omega di Semarang, 31 Juli lalu. Semua mengandung TNT dan diisi dengan gotri, baut, dan mur. Bom yang meledak di Atrium Senen, 1 Agustus lalu, juga berbahan TNT. Bedanya, kali ini diisi dengan sejumlah paku tajam. Kendati bom itu berkekuatan rendah, ia sangat berbahaya karena begitu meledak paku-paku akan menikam kencang. Kebetulan, tidak ada korban yang tewas di Senen. Tapi di Jalan Kedungsroko 25, Surabaya, Selasa pekan lalu, bom serupa menewaskan Nailul Aliyati, 36 tahun. Delapan paku menikam tubuh, dua biji besi menghantam otak, dan ada juga yang meremukkan jantung. Tapi, berbeda dengan kejadian sebelumnya, paku-paku ini dimasukkan dalam bom bondet, yaitu bom yang kerap dipakai para nelayan mencari ikan. Bom "berbumbu" paku juga mencederai Lita Sugiarto, yang tinggal di Jalan Semarang 23, Menteng, Jakarta Pusat, 23 Juli lalu. Sekitar pukul 13.00 WIB, sebuah paket datang. Sembari memangkunya, Lita membuka paket itu, tanpa curiga sedikit pun. Tiba-tiba, buum. Paket itu meledak. Perut gadis berusia 26 tahun ini cedera berat. Polisi menemukan sejumlah paku berukuran kecil di tubuh korban. Siapa pelaku berbagai peledakan itu? Yang sudah terbongkar adalah pelaku peledakan di Bursa Efek Jakarta, September tahun lalu, dan di asrama mahasiswa Aceh itu. Bom yang menyambar Lita? Polisi menduga pelakunya adalah Dwi Yulianto, pria kurus bernasib sial yang cintanya mentok ditolak Lita. Lantaran ditolak, Dwi mengirim paket bom itu. Pelaku peledakan lainnya masih gelap. Tommy Soeharto termasuk yang sering di-tuding sebagai dalang di balik aksi pengeboman. Misalnya, ia dituduh berada di balik ledakan di Kantor Kejaksaan Agung, Jakarta Sela-tan, 4 Juli 2000 lalu. Tapi, polisi pun belum memastikan keterlibatan Tommy. "Bisa ya, bisa tidak," kata Inspektur Jenderal Nurfaizi, yang saat itu menjabat Kapolda Metro Jaya. Tommy juga disebut-sebut bekerja sama dengan Elize Maria Tuwahatu, yang tertangkap basah saat membawa bom di Taman Mini, 19 Januari lalu. Sebelumnya, dalam kasus bom Bursa Efek Jakarta, putra mantan presiden Soeharto itu juga sempat dituding sebagai dalangnya oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Bahkan, Abdurrahman saat itu langsung mengeluarkan perintah agar Tommy ditangkap. Tapi, sampai kasus itu terbongkar, keterlibatan Tommy tak terbukti. Kini nama Tommy dikaitkan lagi dengan bom. Ini gara-gara polisi menemukan bom dan senjata otomatis di Jalan Alam Segar III No. 23, Pondokindah, Senin pekan lalu. Menurut Kepala Polda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Sofjan Jacoeb, semua barang-barang berbahaya tersebut adalah milik orang-orang suruhan Tommy Soeharto. Temuan itu membuat keluarga Soeharto ketar-ketir. Lalu, mereka menyerukan agar Tommy Soeharto menyerahkan diri. Tapi soal tudingan bahwa Tommy terlibat dalam aksi pengeboman, nanti dulu. Kata Siti Hediati, kakaknya, tuduhan itu telah mengabaikan asas praduga tak bersalah. Tampaknya, semua baru akan jelas kalau Tommy benar-benar mau menyerah. Wens Manggut, Adi Sutarwiyono (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus