Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama PT Timor Putra Nasional (TPN) baru-baru ini menjadi sorotan setelah sang pemilik, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto, mendapatkan surat penggilan dari Satuan Tugas Penanganan Hak Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (Satgas BLBI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Tempo.co hari ini, Rabu, 25 Agustus 2021, agenda pemanggilan Tommy ini adalah untuk menyelesaikan hak tagih negara dana BLBI berdasarkan penetapan jumlah piutang negara PKPN-375/PUPNC.10.05/2009 tanggal 24 Juni 2009, setidak-tidaknya sebesar Rp 2.612.287.348.912,95 atau Rp 2,6 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mungkin banyak yang belum tahu mengenai PT Timor Putra Nasional ini. TPN merupakan perusahaan produsen mobil Indonesia yang beroperasi pada 1996 hingga 2000. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, TPN ditunjuk sebagai satu-satunya pionir mobil nasional untuk mengembangkan industri mobil dalam negeri.
Deretan mobil Timor di pabrik perakitan mobil, Cikampek, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Robin Ong
TPN pertama kali dibentuk melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 1996 tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional. Inpres ini meminta Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk secepatnya mewujudkan industri mobil nasional.
Menanggapi instruksi tersebut, pemerintah pusat akhirnya menunjuk PT Timor Putra Nasional sebagai pionir mobil nasional saat itu.
Saat pertama beroperasi, Timor menjalin kerja sama dengan Kia Motors untuk mengimpor sepenuhnya mobil-mobil Kia yang dirakit di Korea Selatan.
Saat itu Timor hanya bisa mengimpor mobil secara utuh dari Kia karena memang fasilitas perakitan di Indonesia yang belum memadai. Mobil pertama yang dibuat saat itu adalah Timor S515 yang diluncurkan pada 8 Juli 1996 di Jakarta. Mobil ini merupakan versi rebadge dari Kia Sephia.
Pabrik perakitan mobil Timor di Cikampek, Jawa Barat, 18 Januari 2002. Dok.TEMPO/Rendra
Namun kehadiran Timor ini sempat menimbulkan protes dari kalangan industriawan Jepang karena pemerintah Indonesia dinilai tidak adil dengan produsen mobil asing di Indonesia.
Pasalnya, saat itu, Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan yang menuntut produsen mobil asing untuk menggunakan 60 persen kandungan lokal jika ingin dibebaskan dari pajak impor. Padahal Timor sendiri mengimpor mobil secara utuh dari Korea Selatan dan mendapatkan hak istimewa berupa pembebasan pajak impor.
Protes hak istimewa ini pun di bawa ke World Trade Organization (WTO) oleh Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. Alhasil, WTO pun meminta Indonesia untuk mencabut keputusan penghapusan bea masuk dan pajak barang mewah mobil Timor.
Mobil Timor. TEMPO/Rully Kesuma
Pada 1997, produksi mobil Timor dihentikan akibat krisis moneter di Asia Tenggara yang berdampak terhadap Indonesia. Penghentian ini juga merupakan dampak dari lengsernya Presiden Soeharto dari kursi kepemimpinannya di tahun yang sama. Di sisi lain, Kia Motors pun mengalami kebangkrutan pada tahun yang sama dan dibeli oleh Hyundai pada 1998.
Kemudian di tahun 2000, Kia Motors sempat ingin menghidupkan kembali Timor dengan merestrukturisasi Timor Putra Nasional. Kia ingin menanamkan modalnya ke TPN tapi dengan syarat perusahaan harus bersih dari pengaruh Tommy Soeharto. Sayangnya rencana investasi tersebut tidak terealisasiKia menggunakan pabrik National Assemblers milik Indomobil untuk merakit mobil secara lokal.
Deretan mobil Timor di pabrik perakitan mobil, Cikampek, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Robin Ong
Selama berkiprah di industri mobil lokal, Timor tercatat berhasil mendominasi pasar namun merugikan penjualan dan pangsa pasar pesaing. Bagaimana tidak, saat itu harga mobil Timor S515 hanya sekitar Rp 35 juta, lebih murah dari Toyota Corolla sekitar Rp 70 jutaan.
Pada semester pertama 1997, Timor bahkan telah menguasai 26 persen pangsa pasar mobil sedan. Hal ini membuat Ford dan Chrysler menarik investasi mereka dari Indonesia karena merasa produknya tidak mampu bersaing dengan mobil Timor yang disubsidi pemerintah.
Di tahun pertamanya, Timor berhasil menduduki peringkat 6 besar penjualan mobil di Indonesia periode 1997. Timor berhasil menjual sebanyak 19.417 unit, lebih besar dari Nissan yang hanya menjual 9.037 unit.
Sepanjang beroperasi, Timor sudah memiliki sejumlah produk mobil nasional yang pada saat itu sangat laris di pasaran. Misalnya Timor S515, S515i, S516i LE edisi terbatas, SW516i, dan prototipe Timor S2.
Baca juga: Deretan Mobil Timor Ini Pernah Berjaya di Akhir 90an