Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Membuntut Sampai Toilet

4 Juni 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RESMINYA, hanya satu grup yang didaftarkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai tim sukses ke Komisi Pemilihan Umum. Kelompok ini disebut Tim Kampanye Nasional Calon Presiden dan Wakil Presiden.

Pengurus Timkamnas—begitu tim ini biasa disebut—tersebar di semua provinsi. Diketuai Mohamad Ma’ruf, kolega SBY di Akabari 1973, pengurusnya 1.083 orang.

Mula-mula hanya sebuah tim inti, berasal dari pendukung awal pasangan SBY-JK. Dari kubu Jusuf Kalla, misalnya, ada keluarga dan kerabat dekatnya seperti Suhaeli Kalla, Alwi Hamu, dan Aksa Mahmud. Lingkaran pendukung itu membentuk wadah Lembang Sembilan, sesuai dengan nama jalan kantor mereka di Jakarta Pusat. ”Selain itu ada juga pendukung dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan,” kata Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota Timkamnas SBY-JK dari Partai Bulan Bintang.

Adapun tim awal Yudhoyono adalah seniornya di TNI dan rekan-rekan satu angkatan di Akabri 1973. Mereka antara lain Laksamana (Purn.) Widodo A.S., Letjen (Purn.) Mohamad Ma’ruf, dan Mayjen (Purn.) Achdari. Juga tim Partai Demokrat yang dipimpin Subur Budhisantoso, sang ketua partai.

Ada juga sejumlah akademisi dari Institut Pertanian Bogor—dipimpin Joyo Winoto—yang tergabung dalam Brighten Institute. Lalu Tim Cikeas—sebutan untuk pendukung dari sekutu dekat sang calon presiden. Isinya mantan politisi tua macam Suko Sudarso dan Rachmat Witoelar, serta para bekas aktivis mahasiswa Yogyakarta, tempat SBY bertugas sebagai Komandan Korem pada awal 1990-an.

Dalam aturan pemilu presiden disebutkan bahwa tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden harus mewakili koalisi pendukung mereka. Karena itu masuklah pendukung dari Partai Bulan Bintang serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Susunan tim besar ini disahkan lewat surat keputusan resmi SBY dan JK yang diteken pada 11 Mei 2004 bersama ketiga pucuk pimpinan partai. Di putaran kedua, masuk bergabung Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kenyataannya di lapangan, ada beberapa nama orang dekat SBY yang tidak masuk struktur. Misalnya Munawar Fuad Nuh atau Muhamad Lutfi. ”Kawan-kawan menyebutnya Tim Sirkus,” kata Yahya Ombara, mantan anggota Timkamnas dari PKPI. Disebut begitu karena, meski tak masuk daftar resmi, mereka dianggap lebih ”memiliki” sang calon ketimbang anggota Timkamnas. ”Mereka menempel ke mana pun. Bahkan sampai ke toilet,” kata Yahya.

Tak lupa juga Tim Sekoci di bawah pimpinan Mayjen (Purn.) Suprapto, kini Komisaris Independen PT Indosat. Tim ini mayoritas beranggotakan pensiunan perwira TNI lulusan 1970-1973. Menurut Yahya Ombara—yang pada April lalu menerbitkan buku catatan kampanye presiden berjudul Presiden Flamboyan SBY yang Saya Kenal —tim ini, ”Jaringannya kuat sampai ke daerah.”

Di luar itu ada beberapa tokoh yang disebut Yahya ”bergerak (bagai) bayangan di luar struktur dan selalu dekat-dekat dengan Yudhoyono-Kalla.” Yahya menyebut mereka antara lain pengusaha Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Kelompok lain yang juga dekat dengan Yudhoyono adalah Blora Center yang dibentuk Sudi Silalahi.

Timkamnas ini mengembangkan berbagai organisasi pro-SBY. Partai Bulan Bintang, misalnya, membentuk Tim Relawan Muslim. ”Tugasnya meng-counter isu negatif menyangkut Islam dari lawan politik SBY,” kata Ali Mochtar. Di Bali lahir Gerakan Rajawali, yang dibidani anggota Timkamnas dari daerah tersebut.

Ada juga pendukung ”siluman”—tak terdaftar dalam struktur mana pun tapi aktif bergerak—misalnya Yusril Ihza Mahendra yang saat itu Menteri Kehakiman. ”Namanya tak bisa masuk karena masih menteri aktif. Jadi diwakili oleh Yusron Ihza, adiknya,” kata Yahya Ombara dalam bukunya.

Dalam kelompok ini ada juga tentara. Misalnya Mayjen M. Jasin, yang saat itu Deputi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. ”Jasin sering disebut dalam rapat Timkamnas,” kata Yahya Ombara. Belum lama ini Yasin—saat ini menjabat Sekretaris Dewan Pertahanan Nasional—membentuk Barisan Indonesia (Barindo), sebuah organisasi massa baru.

Di putaran kedua, pendukung SBY mendirikan Blora Center. Lembaga ini dibentuk Sudi Silalahi. ”Tujuannya menjembatani SBY dengan pendukungnya. Karena akses makin sulit akibat SBY yang tambah sibuk,” kata Yusuf Rizal, salah satu penggiat Blora Center. Lembaga ini kemudian menggalang dukungan dengan membuat SBY Fans Club dan SBY Oke.

Saat ini Timkamnas SBY-JK sudah dibubarkan. Puncak acaranya digelar di Hotel Kartika Candra, Jakarta, dan Istana Cipanas Bogor, awal 2005. Meski begitu, tak semua sayap politik ini bubar.

Tim Sekoci, misalnya, mengalihkan jaringannya menjadi lembaga swadaya masyarakat bernama Sekoci Indoratu. Blora Center pun membentuk Lumbung Informasi Rakyat Indonesia (LIRA). ”Tujuannya berubah menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat, antara republik dan publik,” kata Yusuf Risal.

Arif A. Kuswardono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus