Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Muda yang Ingin Bertato

ESMAT W. Sakulok, lelaki Mentawai berusia 30 tahun asal Saibi, Pulau Siberut, berpenampilan unik.

2 November 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Esmat W. Sakulok -TEMPO/Febrianti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia memiliki tato Mentawai yang menghiasi punggung, dada, dan pahanya. Ditambah aksesori khas Mentawai, gelang dan kalung manik-manik berwarna terang.

Boleh dibilang pemuda seperti Esmat cukup langka: cinta mati kepada tradisinya di Mentawai. Meski tato Mentawainya belum lengkap, belum ada di leher, tangan, jari tangan, dan kaki, setidaknya Esmat telah membuktikan bahwa tradisi tato belum ditinggalkan anak muda di Mentawai.

Saat kuliah di Universitas Negeri Jakarta pada 2008, Esmat mulai mempelajari budaya Mentawai dari buku-buku yang ditulis orang luar. Saat pulang liburan ke Siberut dua tahun kemudian, ia banyak bertanya kepada kakeknya, seorang sikerei (dukun dan tabib) di Siri Surak, bagian hulu Saibi. Menjelang pulang, ia meminta izin kepada kakeknya untuk ditato khas Mentawai. Kakek Esmat punya tato yang lengkap di tubuhnya. Kakeknya sangat terkejut dan melarangnya.

”Kakek takut nanti kalau saya ditato tak bisa menjadi pegawai kabupaten dan bisa diusir dari gereja,” kata Esmat.

Namun akhirnya kakek Esmat mengalah, membuatkan Esmat ramuan dan ritual kecil untuk memulai pembuatan tato. Kakeknya membuatkan ramuan untuk digunakan Esmat saat akan ditato. Karena sipatiti (pembuat tato tradisional Mentawai) tak ada lagi di kampungnya, Esmat kemudian membuat tato di Jakarta. Tato tersebut dibuat oleh Durga, seniman tato Indonesia yang juga sudah mempelajari seni tato Mentawai di Siberut. Esmat ditato di bagian punggung, garis lengkung yang menggambarkan keseimbangan perahu, namanya Sarepak Abag.

Ketika Esmat kembali ke Siberut, tato Mentawai di punggungnya ketahuan saat ia akan mandi dan mengenakan handuk. ”Ibu menangis karena anak yang ia banggakan jadi begini. Apa kata tetangga, apa kata gereja. Ayah dan kakak juga ikut marah,” ucap Esmat.

Namun tekad Esmat untuk menggunakan tato Mentawai makin kuat. Di Siberut, Esmat kemudian melengkapi tatonya di bagian dada, rusuk, dan paha dengan motif tato Mentawai. Tato-tato tersebut juga dibuat oleh Durga, yang saat itu mengunjungi Mentawai.

”Saya ingin mengembangkan budaya saya, melestarikannya, karena tato Mentawai hampir punah. Saya harus menyalinnya di kulit saya. Nanti saya juga akan menulis buku tentang tato,” ujar Esmat. Kini Esmat mendirikan yayasan pengembangan budaya Mentawai di Siberut. Ia tinggal di Siberut Selatan.

Emil Kerei, 43 tahun, penyanyi dan pemusik Mentawai yang juga pegawai Dinas Pendidikan di Kepulauan Mentawai, sama dengan Esmat. Ia juga punya tato Mentawai. Tatonya bermotif duri manau dan ekor buaya yang melingkar di lengannya. Emil membuat tato itu sekitar tiga tahun lalu kepada Frenky Andi, rekannya ahli tato Mentawai. ”Rasanya sakit juga, tapi tidak sampai demam,” kata pemuda keturunan sikerei di Sagulubek, Pulau Siberut, itu.

Frenky Andi, 38 tahun, yang membuatkan tato untuk Emil, juga memiliki tato Mentawai di beberapa bagian tubuhnya: di kaki, tangan, dan dada. Dalam tujuh tahun terakhir, Frenky tekun mempelajari tato Mentawai dan menato dirinya kepada sipatiti. ”Pembuat tato Mentawai sudah tidak banyak lagi di kampung-kampung karena dulu dilarang. Sejak generasi bapak saya juga sudah tidak ditato lagi. Saya takut salah satu budaya Mentawai ini hilang, karena itu saya mendalaminya,” ujar Frenky, yang juga pegawai Dinas Pariwisata Kepulauan Mentawai.

FEBRIANTI (MENTAWAI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus