Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cekfakta

Keliru, Monkeypox Diakui Sebagai Efek Samping Vaksin Pfizer yang Tertulis di Situs VigiAccess

Sebuah konten beredar dengan klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa Monkeypox atau Mpox adalah efek samping dari vaksinasi COVID-19.

22 Januari 2025 | 20.00 WIB

cek-fakta
Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah konten beredar di Facebook [arsip], Substack, dan X yang berisi klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa Monkeypox atau Mpox adalah efek samping dari vaksinasi COVID-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Konten itu memperlihatkan tangkapan layar sebuah artikel berjudul "WHO Admits Monkeypox Is ‘Side Effect’ of Covid ‘Vaccine’" yang ditulis Frank Bergman, dan diterbitkan tanggal 11 Oktober 2024. Artikel ini yang menjadi rujukan pengunggah konten bahwa WHO mengakui Monkeypox sebagai efek samping vaksin Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, benarkah WHO mengakui Mpox adalah efek samping dari vaksinasi COVID-19?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan sumber-sumber yang dirujuk oleh Tempo, faktanya, tidak pernah ada pernyataan dari WHO bahwa mereka mengakui vaksinasi COVID-19 memberikan efek samping berupa Monkeypox atau yang dikenal sebagai cacar monyet.

Hasil penelusuran Tempo terhadap artikel "WHO Admits Monkeypox Is ‘Side Effect’ of Covid ‘Vaccine’" berasal dari website Slaynews.com. Artikel itu menyebutkan bahwa monkeypox tertulis sebagai efek samping vaksin Pizer dalam situs VigiAccess.org, sebuah situs yang dibangun WHO pada 2015 untuk menyediakan akses bagi publik tentang potensi efek samping dari produk obat. 

Tangkapan layar nama “monkeypox” yang tertera dalam VigiAccess.org ditampilkan dalam artikel tersebut. Tempo juga telah mencocokkan bahwa “Monkeypox” memang tertulis di bagian efek samping vaksin Pfizer Biontech. 

Namun dalam situs VigiAccess.org, WHO telah menjelaskan bahwa VigiAccess tidak bisa digunakan untuk menyimpulkan hubungan yang dikonfirmasi sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu. Daftar potensi efek samping yang termuat dalam VigiAccess berdasarkan input dari orang yang melaporkan, namun bukan bentuk konfirmasi. Sebab untuk mengkonfirmasi adanya hubungan sebab akibat atau efek samping dari obat, adalah proses rumit yang membutuhkan penelitian ilmiah menyeluruh dan evaluasi terperinci.

Penjelasan WHO mengenai VigiAccess yang tercantum dalam situs VigiAccess.org dan telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

Dikutip dari Reuter.com, manajer VigiBase yang mengelola data VigiAccess.com, Helena Skold menyatakan narasi keliru yang menghubungkan Mpox sebagai efek samping vaksin COVID-19 Pfizer, telah beredar luas.

Namun VigiAccess.com adalah wadah untuk menampung laporan yang sebagian belum diperiksa kebenarannya. Hal itu membuat data di dalamnya tidak bisa dijadikan bukti atas efek samping suatu obat atau vaksin.

Skold juga menyatakan tidak ada laporan atau penelitian kredibel yang menemukan cacar monyet, cacar sapi, atau cacar merupakan efek samping dari vaksin COVID Pfizer atau vaksin apa pun.

Ahli mikrobiologi dan imunologi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di AS, Kari Moore Debbink juga membantah narasi yang beredar tersebut dan membuktikannya dengan data, pada media asal Jerman, DW.

“Vaksin COVID mRNA digunakan secara global, sementara kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan beberapa kasus rendah di luar wilayah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin COVID mRNA dan kasus Mpox," kata Debbink.

Profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, AS, William Schaffner juga sependapat: "Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin melawan COVID tidak ada hubungannya dengan Mpox," kata dia.

Penyebab Mpox

Dilansir Tempo, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Penyakit Tropik Infeksi RS Pondok Indah, Bintaro Jaya Hadianti Adlani, menjelaskan bahwa Mpox adalah penyakit infeksi zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia yang bersifat self-limiting disease atau dapat sembuh dengan sendirinya.

Penyakit Mpox disebabkan oleh sejenis virus golongan orthopox virus, yaitu virus Human Monkeypox yang dibawa oleh tikus Afrika (sebagai penyebab terbesar penyebaran virus ini) serta hewan pengerat, hewan liar lainnya, atau hewan primata (kera).

"Semua orang dari segala usia dan jenis kelamin dapat terkena penyakit ini. Namun infeksi akan lebih berat dan lebih sering terjadi pada usia anak-anak," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 21 Agustus 2024.

Namun, pada umumnya, orang yang pernah terinfeksi virus ini akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang sama sebesar 85 persen.

"Namun, jika daya tahan tubuh menurun, seperti pada kondisi seseorang yang disebut immunocompromised, maka bisa saja terserang kembali atau terkena lebih dari satu kali," katanya.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan WHO mengakui Mpox adalah efek samping vaksin Covid-19 adalah klaim yang keliru. Narasi itu berdasarkan data yang belum diverifikasi.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]

Artika Rachmi Farmita

Artika Rachmi Farmita

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus