Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dari tiga cara mengurangi sampah dan masalahnya, memakai ulang barang lama atau reuse dinilai lebih menguntungkan daripada mendaur ulang sampah atau recycle. Menurut Hanifah Nurawaliah dari Waste4Change di Bandung, memakai ulang barang berbeda dengan mendaur ulang barang yang dijadikan sampah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Reuse tidak memproses ulang barang sebelumnya sehingga lebih hemat waktu, ekonomi, energi, dan sumber daya,” kata dia di acara diskusi tentang guna ulang barang di Bandung, Sabtu 29 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari pengalamannya ketika ke tempat pemrosesan sampah plastik di Mojokerto juga Bekasi, banyak limbah yang berceceran dan tidak terdaur ulang. Dari daur ulang limbah botol plastik air minum juga tidak dipakai untuk membuat lagi barang yang sama melainkan bahan campuran untuk kaus.
“Saya melihat ada banyak sekali limbah sepatu yang dibakar dan itu dijadikan bahan bakar pembuatan tahu,” ujar alumni Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung itu.
Sementara berdasarkan riset, menurut Hanifah, telah banyak bukti yang mengungkap manfaat dan kontribusi dari penggunaan ulang barang. Dampaknya seperti mengurangi gas emisi rumah kaca, mencegah polusi, menghemat energi, melestarikan lingkungan, mengurangi limbah yang didaur ulang, dan bisa memaksimalkan produk untuk dipakai, serta menghemat biaya.
Penggunaan kemasan pakai ulang misalnya bisa mengurangi 54 persen emisi karbon. Penggunaan kembali limbah konstruksi bisa mengimbangi emisi gas rumah kaca sebesar 88 persen, pun pengurangan emisi dari pengoperasian toko barang bekas.
Gerakan pakai ulang jadi tren
Dalam sistem ekonomi sirkular atau melingkar, reuse berada di posisi ke tiga atau lebih tinggi daripada daur ulang. “Menggunakan kembali barang yang masih layak pakai,” ujar Hanifah.
Dia berharap gerakan reuse atau memakai ulang barang itu menjadi tren di kalangan anak muda seperti Generasi Z dan milenial.
Selain mereka yang akan mewarisi bumi, kata Hanifah, lebih dari separuh masyarakat Indonesia sebanyak 270 juta orang menurut data Badan Pusat Statistik, merupakan generasi muda. “Apalagi potensi green job, pekerjaan yang berbasis pro lingkungan itu semakin banyak,” ujarnya.
Koordinator Komunitas Guna Ulang Aja (GUA) Muhammad Farhan Rizky, mengatakan, kampanye dan edukasi soal menggunakan ulang suatu barang berlatar fakta kondisi persampahan yang menyedihkan.
Pada 2022 lalu misalnya, produksi sampah nasional mencapai 69 juta ton dan hanya 74 persen yang terkelola. Masyarakat di Kota Bandung misalnya, memproduksi sekitar 1.500 ton sampah per hari.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.