Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA mulanya adalah obrolan 30 detik. Steve Sasson, lelaki tekun itu, sedang duduk di suatu sudut di laboratorium riset Eastman Kodak di Rochester, New York, Amerika Serikat. Entah apa yang ada di pikirannya saat tiba-tiba bosnya meluncur ke meja insinyur muda itu. ”Dapatkah kamu membuat kamera tanpa film? Dengan sirkuit padat (solid state)?” kata Gareth A. Lloyd, seorang penyelia di Kodak. Pertanyaan itu menyengatnya.
Teknisi ”kemarin sore” itu—baru se-tahun bergabung dengan Kodak—terenyak. Saat itu tahun 1974. Tak ada orang yang bisa membayangkan ada kamera tanpa film, termasuk Sasson. Nah, ini, sang bos datang dengan permintaan langka: kamera yang memakai sensor sirkuit padat berisi kapasitor sensitif cahaya.
Pemuda berusia 20 tahun itu lantas berpikir. Semua teori yang dihafalnya- dari Institut Politeknik Renssalear, New York, ia tumpahkan di laborato-riumnya. Hasilnya, setahun kemudian-, Desember 1975, sebuah kamera digital- pertama lahir dari lelaki yang sama sekali tak bertampang ilmuwan itu—necis dan tak berkaca mata tebal. Ukuran-nya sebesar pemanggang roti. Bo-botnya lebih berat ketimbang batu bata, yakni 3,9 kilogram.
”Itulah awal revolusi dalam dunia fotografi,” katanya saat berbincang-bincang dengan Tempo di lobi Hote-l Four Seasons, Bangkok, Thailand, akhir- Mei silam.
Setelah 31 tahun revolusi diletakkan di Rochester, kamera digital melesat melebihi imajinasi Sasson. Siapa yang tahu kamera digital akan menyatu de-ngan telepon? Siapa yang bisa membayangkan kamera di Amerika Serikat bisa mengirim gambar ke Jakarta? Sasson tak pernah membayangkan sejauh itu.
Tapi, itulah kini yang terjadi. Kodak- Photo Voice, contohnya, bukanlah kamera biasa. Ia tak hanya unggul- da-lam soal menaikkan kemampu-an- me-nangkap- gambar dan jumlah piksel-—kamera prototipnya hanya bisa menangkap gambar 10 ribu piksel, 800 kali lebih kecil dari resolusi kamera saku yang dijual di pasar. Tapi kamera ini juga bisa dipakai menelepon dan me-ngirim foto ke ranah Internet. Untuk urusan ini, Kodak menggandeng Skype—penyedia teknologi telepon lewat jaringan Internet (VoIP).
Dengan teknologi ini, seorang nenek di Jakarta dan sang cucu yang baru masuk TK di San Francisco, Amerika Serikat, walau terpisah ribuan kilometer, bisa melihat bareng hasil jepretan sang cucu. Mereka juga bisa mengobrol lewat jaring-an Skype. Agar bisa dilihat bareng, gambar itu ditaruh di server- Kodak di Internet-. Lompat-an kamera ini yang tak ter-ba-yang-kan Sasson. ”Saya tak per-nah mem-bayang-kan kamera menyatu dengan ponsel.”
Sebelumnya, pada 2001, Kodak- juga meluncurkan- teknologi EasyShare-. Teknologi ini memudahkan pemilik meng-edit foto di kamera dan berbagi hasil jepret-an. Beberapa kamera yang berbasis teknologi ini pun diluncur-kan. Salah satunya ada-lah EasyShareOne, yang di-klaim sebagai kamera digital pertama yang mengadopsi teknologi nirkabel Wi-Fi.
”Inilah kamera digital pertama yang memungkinkan Anda mengirim email berisi foto secara langsung dari kamera,” kata Peter Labaziewicz, Direktur Inovasi dan Pengembangan Eastman Kodak, yang ikut dalam perbincangan di lobi itu.
Generasi terbaru- EasyShare-One dilengkapi dengan teknologi Kodak Perfect Touch (KPT). Teknologi ini bisa mereduksi fenomena mata merah pada hasil jepretan akibat pantulan lampu kilat. KPT juga bisa melakukan pemotongan atau pengguntingan foto serta membuat permukaan wajah obyek foto lebih bersih. ”Menggunakan kamera haruslah semudah menggores-kan pensil,” begitulah impian George Eastman, pendiri Kodak.
Impian itu diwujudkan- Sasson dan timnya dengan melengkapi tek-nologi EasyShare dengan teknologi lensa ganda. Kamera ini terinspirasi oleh Kodak Brow-nie yang dipasarkan pada 1959-1966. Kamera yang diluncurkan pada Janua-ri lalu itu memiliki dua lensa dengan dua fungsi berbeda. Yang pertama, lensa bersudut lebar (wide angle). Sedang-kan yang lain adalah lensa statis -biasa. Inilah satu-satunya kamera digital ukuran saku yang memakai lensa wide angle.
Tak sampai setahun, pada akhir Mei lalu di Bangkok mereka merilis varian- baru, yakni EasyShare V610. Di Indo-nesia, varian ini diluncurkan pada per-tengahan Juni. Di varian teranyar ini, fungsi kedua lensa disatukan. Selain itu, kamera ini dilengkapi fasilitas foto panorama, kemampuan zoom sampai sepuluh kali, dan koneksi nirkabel bluetooth.
Kodak juga bersiap mengejutkan pasar dengan konsep bernama Konga. Teknologi Konga nantinya memungkinkan pemotret bisa bertukar foto langsung antarkamera tanpa peranti perantara seperti komputer. Komunikasi antarpemilik foto seperti di PhotoVoice tak perlu melalui headphone dan mikrofon, cukup melalui kamera.
Sasson dan Peter emoh mengungkapkan kapan Konga dirilis ke pasar. Bagaimana bila kembali disalip pesaing seperti dulu? ”Kami sudah membuktikan bahwa menuangkan gagas-an menjadi sesuatu yang bisa dipasarkan tak semudah dibayangkan orang,” tutur-nya. Sasson pernah punya pengalaman soal ini. Kame-ra digital pertama-nya- ternyata butuh 25 tahun sebelum pasar siap menerimanya.
”Terlambat tak selalu ber-arti tertinggal,” kata Peter. Buktinya, berbagai produk inovasi itu telah mendongkrak Kodak ke dalam kelompok tiga besar produsen kamera di dunia. Ini menandai- kebangkitan Kodak setelah terpuruk karena krisis bisnis film seluloid mereka tergusur Fuji Film pada 1988. Saat itu mereka terpaksa memangkas ribuan karyawan dari sekitar 143 ribu menjadi kurang dari 50 ribu.
Survei yang dilakukan International- Data Group (IDC), sebuah lembaga- riset di Amerika Serikat, mencatat pada 2004 Kodak adalah runner-up di bawah Sony. Sony telah menjual sejuta- unit dan menguasai 20 persen pasar kamera digital di Amerika Serikat. Sedangkan Kodak hanya berselisih 10 ribu unit atau menguasai 19,8 persen. Kodak mengungguli Canon, yang menjual 800 ribu atau 16 persen pasar.
Namun, berdasarkan data lembaga- yang sama, setahun kemudian Kodak- melompat. Mereka telah menjual- 7,05 juta unit di pasar Amerika Serikat-. Canon- juga beranjak naik dan ber-tengger- di urutan kedua dengan 5 juta unit. Sedangkan Sony tergeser ke urut-an ketiga dengan 4,78 juta unit.
Ini terjadi karena Kodak mengubah haluan bisnisnya, tak lagi bergantung pada film dan kamera film seluloid. Kodak bahkan sudah siap menggusur semuanya. ”Kalau konsumen masih butuh film, kami akan membuatkan. Tapi, bila tidak lagi, akan kami hentikan,” kata Peter menutup obrolan itu.
Deddy Sinaga
Lompatan Kodak...
1975 Kamera digital pertama ditemukan Steve Sasson.
2001 Kodak Easy Share. Mudah mentransfer foto ke komputer. Belakangan dilengkapi Wi-Fi, bisa mengirim foto langsung.
2006
- Kodak Easy Share V570. Berlensa ganda, sudut lebar dan biasa.
- Kodak Easy Share V610. Selain berlensa ganda, juga bisa mengedit foto langsung tanpa lewat komputer.
- Kodak Photo Voice. Kamera yang bisa untuk menelepon ke seluruh dunia dengan teknologi VoIP milik Skype. Gratis pulsa pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo