Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perhaps Love (Ru guo · Ai) Pemain: Takeshi Kaneshiro, Xun Zhou, Jacky Cheung, Jin-hee Ji Skenario: Aubrey Lam, Raymond To Sutradara: Peter Ho-Sun Chan Produksi: Ruddy Morgan Productions, 2005
Sebuah lakon sir-kus te-ngah dimainkan. Latar pertunjuk-an: dua gedung di jantung kota Shanghai-. Di gedung pertama, sang pemim-pin sirkus, Nie Wen, bersiap ber-ayun dari atap balai kota Shang-hai. Di gedung seberangnya, Sun Na, se-orang aktris, bertu-gas menangkapnya. Pa-ra- pemusik, penari dan badut-badut sirkus ber-nyanyi sembari menatap mereka dari bawah.
Sedetik kemudian, tubuh Nie Wen (Jacky Cheung) melenting. Tubuh Sun Na (Xun Zhou) ber-ayun berusaha meraih tangan Nie. Rombong-an sirkus itu berhenti menyanyi. Mereka menahan napas. Apakah Sun berhasil menangkap Nie?
Tangan Sun ternyata- hanya bisa mengga-pai ujung kaki Nie. Ia amat tegang. Ia gugup. Memorinya tentang ma-sa lalu berkecamuk di kepalanya. Ia te-rus berusaha, tapi tangannya sudah tak sanggup lagi menahan tubuh Nie.
”Kalau kau mencin-tai-ku, lepaskanlah,” ucap Nie. Sun mena-ngis. Orang yang telah menumpahkan kasih sa-yang padanya sebentar lagi bernasib tragis di tangannya. ”Ayo lepaskan!” Nie berseru. Sun pasrah.
Selanjutnya penonton tahu, adegan- menjelang ujung film itu akan me-nyu-guhkan ajal Nie. Problem pelik cinta segitiga Nie Wen-Sun Na-Lin Jian-dong, yang mengaduk emosi sepanjang- 1,5 jam sebelumnya, memperkuat dugaan itu. Nie tengah membuat keputusan dramatis: mempertanyakan ke-tulusan cinta Sun di langit Shanghai, lalu mengorbankan diri.
Tapi, sialan, sutradara Peter Ho-sun Chan menyuguhkan akhir tak terduga. Penonton dibuat lupa bahwa mereka sebenarnya berada dalam dua lapis film. Dan dalam tiap lapisan itu ada dua lapis kisah roman dalam dua latar waktu: masa kini dan masa lalu. Peter membungkus keseluruhan cerita itu dalam suguhan musikal yang indah.
Inilah film musikal Hong Kong pertama setelah lebih dari 30 tahun vakum. Terakhir, film musikal terbaik yang pernah mereka produksi adalah The Wild Wild Rose (Ye mei gui zhi lian, 1960) karya sutradara Wang Tian Lin. Setelah itu ada beberapa film lagi, tapi kemudian padam pada 1975.
Peter ingin mengembalikan memori kejayaan The Wild Wild Rose yang masuk dalam deretan 100 film yang paling disukai publik Hong Kong. The Wild Wild Rose adalah sebuah film opera dengan memasukkan musik tra-di-sional Cina. Peter memilih me-nyuguhkan secara modern: lagu-lagu baru yang dikemas dalam sebuah ka-baret.
Perhaps Love mengingatkan pada Chicago (dibintangi Renee Zelwegger) dan Moulin Rouge (dibintangi Nicole Kidman). Ada kemeriahan, pesta musik dan tarian, juga warna-warni cahaya. Dan tentu saja drama.
Untuk menyuguhkan gambar-gambar yang dahsyat, Peter menyewa Pe-ter Pau, sinematografer Crouching Tiger, Hidden Dragon. Untuk me-nyalakan suasana pesta penuh tarian, Peter me-rekrut Farah Khan, koreo-grafer India yang menghidupkan film Monsoon Wedding.
Peter tinggal menyiapkan sebuah ”sandwich” cerita roman. Dikisahkan, Nie, seorang sutra-dara, memilih Sun dan Jian (Takeshi Kaneshiro) sebagai aktris dan aktor untuk filmnya. Cerita film itu bertutur tentang kisah cinta segitiga di sebuah kafilah sirkus. Nie juga berperan sebagai pemimpin rombongan sirkus.
Di luar film, ketiganya ternyata juga terlibat cinta segitiga. Drama di kehidupan nyata itu kemudian merembes ke lakon yang tengah ia garap.
Cinta Sun dan Jian terjadi pada masa lalu, saat Jian mengambil sekolah penyutradaraan di Beijing. Jian bertemu dengan Sun di sebuah kedai ketika gadis itu menghabiskan sisa mi yang ia makan. Sun rupanya seorang penyanyi bar murahan yang kerap kelaparan. Jian menolong Sun.
Pertemuan-perte-mu-an Jian dengan orang-orang film membuat Sun bermimpi menjadi seorang aktris. De-ngan cepat kariernya melesat, sementara Jian justru gagal menjadi sutradara. Sun pun memutuskan meninggalkan Jian dan melupakan masa lalu percintaan mereka yang bergelora demi sebuah mimpi.
Nie adalah orang yang membesarkan karier Sun. Keduanya hidup bersama. Tapi diam-diam Jian merintis karier sebagai aktor. Di film Nie itulah keduanya bertemu kembali. Lalu ade-gan berayun di angkasa itu membelokkan dugaan penonton yang nyaris saja menyamakan filmnya dengan film India murahan.
Yos Rizal Suriaji
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo