Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemburu Internet itu bernama Onno W. Purbo. Ke mana pun doktor semikonduktor yang juga pakar komputer itu pergi, ia selalu mengendus, mencari-cari, adakah sinyal Internet. Bila ada, ia akan membuka laptop Toshiba Tecra 8000 kesayangannya, lalu tenggelam di dunia maya. Tak ada lagi saat-saat menunggu yang membosankan. "Dari yang gratisan sampai yang bayar, di hotel-hotel di Jakarta atau di berbagai bandara seperti Cengkareng (Jakarta), Ottawa (Kanada), Changi (Singapura), Montreal (Kanada), Osaka (Jepang), semua sudah saya coba," kata Onno, yang menjawab wawancara TEMPO dari bandara di Ottawa.
Berselancar di dunia maya tanpa kabel di bandara, kafe, atau gerai kopi di mal-mal kini bukan hal muskil. Banyak pengelola gedung atau kafe telah menyediakan akses Internet nirkabel. Pengunjung cukup membawa PDA (pocket digital assistant) atau komputer jinjing berkemampuan wireless fidelity (wi-fi). Sembari menyeruput cappuccino panas, mereka bisa membuka Internet untuk melihat berita politik terpanas, gosip artis terbaru, tanpa repot dengan kabel.
Hotspot, begitulah julukan untuk tempat akses Internet tanpa kabel ini. Datanglah ke Kafe Starbucks yang bertebaran di Jakarta. Setidaknya 10 gerai mereka yang terserak dari Plaza Indonesia di Jakarta Pusat hingga di Bandara Soekarno-Hatta dilengkapi fasilitas ini. Selain Starbucks, juga ada Coffee Club yang sudah hampir setahun menyediakan hotspot di gerai-gerai mereka.
"Zaman memang berubah, gaya hidup sedang berganti arah," kata Anthony Cottan, General Manager PT Sari Coffee Indonesia, pemegang waralaba Starbucks di Indonesia. Sepuluh tahun lalu, orang datang ngopi di Starbucks membawa novel tebal-tebal. "Kini mereka menenteng laptop."
Anthony tidak sedang membual. Tidak hanya di Starbucks, di Coffee Club Plaza Senayan, misalnya, sejak enam bulan lalu setiap jam makan siang selalu saja ada pengunjung yang ngopi sambil berselancar. Di tengah aroma uap kopi, mereka mengobrol dengan para kolega, membicarakan proyek bisnis atau mengirim proposal penawaran ke calon klien via e-mail. "Dalam sehari, setidaknya ada 10 pengunjung memanfaatkan fasilitas Internet," tutur Manajer Coffee Club, Nanang Indra, kepada Tempo News Room.
Dan seperti biasa, hukum ekonomi klasik pun berlaku. Maraknya maniak Internet itu segera menjadi rebutan para penyedia jasa Internet. CBN, contohnya, selain menggarap Coffee Club, mereka juga melayani pengunjung Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, dan La Moda Cafe, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Sayangnya, layanan ini cuma untuk pelanggan CBN. Biayanya juga dihitung per menit, dan dimasukkan ke tagihan bulanan.
Langkah CBN itu ditiru Biznet. Sejak Januari 2004 lalu mereka menjalin kerja sama dengan Starbucks. Bedanya, mereka memakai sistem kartu prabayar dalam berbagai paket: paket setengah jam (Rp 25 ribu), paket satu jam (Rp 40 ribu), paket 5 jam (Rp 150 ribu), paket 24 jam (Rp 125 ribu, ya, memang lebih murah dibanding paket 5 jam). Dengan sistem ini, bila pelanggan cuma mengakses selama 20 menit, sisa "pulsa" bisa mereka pakai di lain waktu.
Selain Starbucks, Biznet juga merambah Hotel MidPlaza di Jakarta, dan Ritz Carlton di Jimbaran, Bali. Di hotel mewah di Pulau Dewata itu, Biznet bahkan membangun tiga pemancar untuk melayani hotel dan resor seluas 70 hektare. "Kini 90 persen pelataran hotel bisa mengakses Internet tanpa repot," kata Tonny Tong, manajer teknologi informasi hotel tersebut.
Bukan hanya hotel dan kafe, hotspot juga mulai masuk kampus-kampus. Di Universitas Pelita Harapan, Karawaci, misalnya, layanan itu baru sebulan lalu diperkenalkan tapi langsung mendapatkan sambutan meriah. Sejak itu pula, Jancung, mahasiswa kedokteran semester enam, punya kebiasaan baru. Dia selalu memboyong laptop-nya ke kampus. "Tiada hari tanpa ber-Internet, ha-ha-ha," kata Jancung tergelak. Di kampusnya, hanya dengan Rp 36 ribu dia bisa menikmati hotspot sebulan penuh. Akses Internet pun dijamin kencang.
Tren hotspot itu juga memancing selera McDonald's dan Telkomsel. Mc Donald's, bersama Centrin Online, kini telah menyediakan layanan hotspot di gerai mereka di Sarinah. Di sini, pengunjung McDonald's gratis ber-Internet satu jam bila membeli paket My Combo atau produk McCafé—paket secangkir kopi cappuccino seharga Rp 12 ribu.
Sedangkan Telkomsel sudah membangun layanan serupa di Fashion Cafe Wisma BNI, Lobby Graha Surya, Marche Restaurant, kantor Telkom Jalan Gatot Subroto, Lobby dan Meeting Room Hotel Grand Melia, Exclusive Lounge Bandara Soekarno-Hatta, Press Room Istana Negara, dan Mal Taman Anggrek. Mereka menyebut layanan ini SurfZone. Di luar Jakarta, mereka sudah menggarap Batam.
Nah, begitu banyak hotspot, begitu mudah mengakses. Mengapa Anda tak menjajal memindahkan kantor ke kafe? Sembari menyantap sandwich yang hmmm, deadline tetap bisa terkejar.
BS, Ucok Ritonga, Nurhayati, Bobby Gunawan, Rofiqi Hasan (Tempo News Room)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo