Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di era digital yang semakin terhubung, keamanan siber atau cybersecurity telah menjadi isu krusial yang mempengaruhi individu, organisasi, dan bahkan negara. Seiring dengan meningkatnya ketergantungan kita pada teknologi dan internet, ancaman serangan siber juga semakin canggih dan beragam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), cybersecurity adalah seni melindungi jaringan, perangkat, dan data dari akses yang tidak sah atau tindakan kriminal dan praktik memastikan kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi dalam dunia siber.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CISA menjelaskan bahwa cybersecurity mencakup berbagai elemen, termasuk: keamanan informasi, keamanan jaringan, keamanan aplikasi, keamanan operasional, kelangsungan bisnis dan pemulihan bencana, serta pendidikan bagi pengguna.
Pentingnya Cybersecurity
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, cybersecurity menjadi semakin penting karena beberapa alasan:
1. Peningkatan Ketergantungan Digital: Semakin banyak aspek kehidupan kita yang bergantung pada teknologi digital, dari perbankan hingga layanan kesehatan.
2. Proliferasi Perangkat Terhubung: Internet of Things (IoT) telah memperluas permukaan serangan potensial.
3. Nilai Data: Informasi pribadi dan bisnis memiliki nilai yang sangat tinggi bagi penjahat siber.
4. Ancaman Terhadap Infrastruktur Kritis: Serangan siber dapat menargetkan sistem-sistem penting seperti jaringan listrik atau sistem transportasi.
5. Perang Siber: Cybersecurity telah menjadi komponen penting dalam keamanan nasional.
Jenis-jenis Serangan Siber
CISA mengidentifikasi beberapa jenis serangan siber yang umum:
1. Malware
Malware, singkatan dari "malicious software", adalah istilah umum untuk virus, worm, trojan, dan program berbahaya lainnya. Malware dapat mencuri data, menghapus file, atau mengambil alih sistem.
2. Phishing
Phishing adalah upaya untuk mendapatkan informasi sensitif seperti nama pengguna, kata sandi, atau detail kartu kredit dengan menyamar sebagai entitas terpercaya dalam komunikasi elektronik.
3. Man-in-the-Middle (MitM) Attack
Dalam serangan MitM, penyerang menyisipkan diri di antara dua pihak yang berkomunikasi, mencegat atau memodifikasi lalu lintas di antara keduanya.
4. Denial-of-Service (DoS) dan Distributed Denial-of-Service (DDoS)
Serangan DoS membanjiri sistem, server, atau jaringan dengan lalu lintas untuk menghabiskan sumber daya dan bandwidth. DDoS melakukan hal yang sama tetapi menggunakan beberapa sistem yang terinfeksi.
5. SQL Injection
Serangan siber ini memasukkan kode berbahaya ke dalam aplikasi database untuk mengakses informasi yang tidak seharusnya tersedia.
6. Zero-day Exploit
Serangan ini memanfaatkan kerentanan yang belum diketahui atau belum diperbaiki dalam perangkat lunak atau perangkat keras.
7. Ransomware
Ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi file pengguna dan meminta tebusan untuk dekripsi.
8. Social Engineering
Serangan ini memanipulasi orang untuk memberikan informasi rahasia atau melakukan tindakan yang membahayakan keamanan.
Dampak Serangan Siber
Serangan siber dapat memiliki dampak yang luas dan serius:
1. Kerugian Finansial: Perusahaan dapat mengalami kerugian langsung dari pencurian dana atau biaya pemulihan sistem.
2. Kerusakan Reputasi: Kebocoran data dapat merusak kepercayaan pelanggan dan pemangku kepentingan.
3. Gangguan Operasional: Serangan dapat mengganggu operasi bisnis atau layanan pemerintah.
4. Pencurian Kekayaan Intelektual: Serangan siber dapat mengakibatkan hilangnya rahasia dagang atau penelitian berharga.
5. Ancaman Terhadap Keamanan Nasional: Serangan terhadap infrastruktur kritis dapat membahayakan keamanan nasional.
6. Dampak Psikologis: Korban serangan siber dapat mengalami stres, kecemasan, atau trauma.
Strategi Cybersecurity
CISA menyarankan beberapa strategi kunci untuk meningkatkan cybersecurity:
- Implementasi Prinsip Defense in Depth: Pendekatan ini menggunakan beberapa lapisan keamanan untuk melindungi aset dan data.
- Pembaharuan dan Patching Rutin: Memastikan semua sistem dan perangkat lunak diperbarui dengan patch keamanan terbaru.
- Penggunaan Autentikasi Multi-Faktor: Menerapkan lebih dari satu metode verifikasi identitas untuk akses ke sistem atau data sensitif.
- Enkripsi Data: Mengenkripsi data sensitif baik saat disimpan maupun saat ditransmisikan.
- Backup dan Pemulihan: Melakukan backup data secara teratur dan memiliki rencana pemulihan bencana.
- Pelatihan Kesadaran Keamanan: Mendidik karyawan dan pengguna tentang praktik keamanan siber yang baik.
- Pemantauan dan Deteksi Ancaman: Menggunakan alat dan proses untuk memantau aktivitas mencurigakan dan mendeteksi ancaman secara dini.
- Manajemen Akses: Menerapkan prinsip hak istimewa minimal dan manajemen akses yang ketat.
- Pengujian Keamanan Reguler: Melakukan penilaian kerentanan dan pengujian penetrasi secara teratur.
- Rencana Respons Insiden: Memiliki rencana yang jelas untuk merespons dan memulihkan dari insiden keamanan.
Pilihan editor: Survei DGI 2024: 66 Persen Organisasi Sosial di Asia Mendapat Serangan Siber