Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Google harus membayar US$ 170 juta atau setara dengan Rp 2,4 triliun gara-gara anak perusahaannya, YouTube, dituduh mengumpulkan data pribadi anak-anak tanpa persetujuan orang tua mereka.
Google juga menyatakan siap bekerja dengan pembuat video dengan memberi label materi yang ditujukan untuk anak-anak dan akan membatasi pengumpulan data ketika pengguna melihat video tersebut, berapapun usia mereka, demikian dikutip dari Techxplore, Rabu, 4 September 2019.
Namun, beberapa anggota parlemen dan kelompok advokasi anak-anak menilai penyelesaian kasus ini tidak cukup kuat. Pasalnya Google yang memiliki laba sebesar US$ 30,7 miliar (setara Rp 435,9 triliun) tahun lalu dengan pendapatan US$ 136,8 miliar (setara Rp 1.942 triliun), sebagian besar dari iklan dengan sasaran.
Google akan membayar US$ 136 juta (setara Rp 1,9 triliun) kepada Komisi Perdagangan Federal dan US$ 34 juta (setara Rp 483 miliar) untuk negara bagian New York, yang memiliki penyelidikan serupa. Ini merupakan denda terbesar yang dipungut FTC terhadap Google, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan denda US$ 5 miliar (setara Rp 71 triliun) yang dijatuhkan pada Facebook karena pelanggaran privasi.
Pemerintah federal telah meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan teknologi besar dalam dua tahun terakhir. Terutama mempertanyakan bagaimana raksasa teknologi mengumpulkan dan menggunakan informasi pribadi dari miliaran pelanggan mereka.
Anak-anak di bawah 13 tahun dilindungi oleh undang-undang federal tahun 1998 yang mensyaratkan persetujuan orang tua sebelum perusahaan mengumpulkan dan membagikan informasi pribadi mereka. Perusahaan teknologi biasanya mengatasinya dengan membuat larangan untuk anak-anak di bawah 13 tahun, meskipun larangan seperti itu jarang dipatuhi.
Dalam persyaratan layanan YouTube yang panjang, mereka yang berusia di bawah 13 tahun hanya diberi tahu, "tolong jangan gunakan Layanan." Namun, anak-anak yang lebih kecil, termasuk di Indonesia, sudah biasa menonton video di YouTube karena banyak saluran YouTube populer menampilkan kartun atau lagu yang dibuat untuk anak-anak.
Menurut FTC, YouTube memberikan peringkat pada saluran videonya, bahkan memiliki kategori "Y" yang ditujukan untuk anak berusia 7 tahun ke bawah. Namun dari sudut pandang periklanan, YouTube menargetkan iklan untuk anak-anak itu sama seperti orang dewasa.
"YouTube menggembar-gemborkan popularitasnya dengan anak-anak kepada calon klien korporat," kata Ketua FTC Joe Simons dalam sebuah pernyataan. "Namun dalam hal mematuhi hukum, perusahaan menolak mengakui bahwa sebagian dari platformnya jelas ditujukan untuk anak-anak."
Dalam kasus ini, Google dan YouTube harus mendapatkan persetujuan orang tua sebelum mengumpulkan atau menggunakan informasi pribadi anak. Perusahaan juga setuju untuk tidak menggunakan informasi pribadi yang mereka kumpulkan dari anak-anak sebelumnya.
YouTube memiliki layanan sendiri untuk anak-anak, YouTube Kids. Layanan yang berfokus pada anak-anak sudah memerlukan persetujuan orang tua dan menggunakan masalah matematika sederhana untuk memastikan bahwa anak-anak tidak masuk sendiri.
YouTube Kids tidak menargetkan iklan berdasarkan minat pemirsa seperti halnya layanan utama YouTube. Namun, versi anak-anak melacak informasi tentang apa yang ditonton anak-anak untuk merekomendasikan video. Ini juga mengumpulkan informasi perangkat pengenal pribadi.
TECHXPLORE | CNET | THE WALL STREET JOURNAL
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini