Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Peluang Bisnis</B></font><BR />Bersicepat dengan Limo Roda Dua

PT Ningrat Muda Mandiri meluncurkan ojek eksekutif. Cara cepat menembus kemacetan.

1 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Irshad Pohan punya mobil yang adem. Jarak dari rumahnya di Warung Jati, Pasar Minggu, ke kantornya di Kuningan, Jakarta Pusat, sejauh delapan kilometer, sebetulnya bisa ditempuh dengan mobil hanya dalam 45 menit. Tapi General Manager Devices Management & Bundling PT Bakrie Telecom itu lebih memilih ojek karena bisa lebih sigap mengarungi kemacetan di Jakarta. Tentu saja Irshad tak mau naik sembarang ojek.

Adalah PT Ningrat Muda Mandiri yang menangkap keinginan Irshad dan banyak eksekutif Jakarta, terutama dari kalangan ekspatriat. Perusahaan ini membidik mereka dengan LimoBike. ”Ini limo roda dua,” kata Mahesa Arba, Manajer Bisnis dan Pengembangan PT Ningrat. Ia tak mau layanannya disamakan dengan ojek yang kian menjamur seiring dengan makin macetnya jalan-jalan di Jakarta dan sekitarnya.

Sebagai limusin, LimoBike memang berbeda dari sekadar ojek. Agar bos-bos seperti Irshad tak risi menungganginya, sopir LimoBike harus bersih dan rapi jali. Bahkan, menurut Direktur LimoBike Dwi Caesario Finanta, karena sebagian pelanggannya warga asing, mereka harus lancar bercakap bahasa Inggris dan minimal lulusan diploma.

Para penumpang juga diberi penutup kepala sekali pakai sebelum mengenakan helm agar mereka nyaman. Mereka juga tak perlu berteriak untuk memberitahukan arah karena di helmnya telah terpasang interkom yang tersambung dengan sang pengendara. Penumpang perempuan yang mengenakan rok tak perlu sibuk memegangi kainnya. Sebab, ada selimut kecil untuk ”mengamankannya”.

Tunggangannya Piaggio Fly 125 cc, yang harganya sekitar Rp 30 juta. Sekarang Ningrat punya 20 motor buatan Italia itu. Bodi Fly yang ramping cocok untuk menembus kemacetan Jakarta. Agar posisi pengemudinya terpantau, di setiap Fly dipasang alat penentu posisi atawa GPS. Alat ini juga berfungsi memantau apakah motor itu berpenumpang atau kosong. Sebab, LimoBike dilarang mengangkut penumpang di jalan.

Dwi mengatakan semua penumpang LimoBike harus berlangganan, dengan sistem kupon. Yang mereka bidik memang penumpang kelas premium. Tak aneh, tarif LimoBike terbilang mahal. Untuk sekali jalan dengan jarak hingga 10 kilometer, tarifnya Rp 35 ribu. Jadi, mau dua kilometer atau 10 kilometer, bayarnya sama. Ini kurang-lebih sama dengan tarif taksi. Untuk jarak hingga 20 kilometer, harga kupon LimoBike Rp 45 ribu.

Keunggulan LimoBike, seperti kata Irshad, memang kecepatan dan kegesitan menembus kemacetan. Dan terbukti ceruk yang diincar LimoBike tak salah. Baru diluncurkan awal Agustus lalu, mereka sudah punya 16 perusahaan langganan dan lima pelanggan perorangan. Masing-masing membeli 50 kupon (plus bonus 25 kupon). Jadi duit yang mereka kantongi sekitar Rp 37 juta. Kalau setahun, itu berarti sekitar Rp 450 juta. Makanya, mereka berniat menambah armada di Jakarta tahun ini hingga 60 Piaggio Fly.

Ningrat tak sendirian. Nun di Denpasar, Bali, ada layanan serupa dengan brand MotorTaxi. Kelasnya memang bukan seperti LimoBike, melainkan lebih mirip ojek plus. Seperti LimoBike, MotorTaxi milik Kadek Astawa ini tidak mengangkut penumpang di jalan. Setiap calon penumpang harus memesan lewat call center MotorTaxi.

MotorTaxi, yang beroperasi sejak Februari lalu, menggunakan sepeda motor Yamaha Vega R. Penumpangnya tidak mendapat aneka fasilitas seperti LimoBike. Namun tarifnya juga jauh lebih murah. Untuk sekali perjalanan, ke mana pun selama masih di Denpasar, Ubud, Kuta, dan Nusa Dua, ongkosnya hanya Rp 10 ribu. Sekarang MotorTaxi punya 117 Yamaha Vega. ”Akhir tahun mau tambah 30 lagi,” kata General Manager MotorTaxi Aris Suhartono.

Menurut Aris, sehari mereka bisa mendapat 200 panggilan. Belum lagi pelanggan hotel dan jasa antar barang plus paket wisata. Aris mengatakan mereka juga punya puluhan pelanggan hotel. Nah, turis yang hendak berpusing-pusing di Bali cukup membayar Rp 150 ribu untuk 15 jam ber-MotorTaxi.

Sapto Pradityo, Amandra Mustika Megarani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus