Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ABURIZAL Bakrie akhirnya muncul di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, menjelang acara puncak pemilihan orang nomor satu di Kamar Dagang dan Industri, Sabtu malam dua pekan lalu. Padahal ia belum juga melepas penat selepas menempuh perjalanan jauh dari Washington, DC, Amerika Serikat. ”Saya ke sini sebagai anggota Dewan Kehormatan Kadin,” katanya kepada Tempo sambil menunjukkan kartu tanda peserta musyawarah nasional itu.
Kehadiran bekas Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ini di Musyawarah Nasional Kadin kelihatannya biasa saja. Terlebih lagi Ical—sapaan akrabnya—memang bekas Ketua Umum Kadin periode 1994-2004. Tapi kehadiran Ketua Umum Partai Golkar itu punya arti khusus bagi para pendukung Suryo Bambang Sulisto, salah satu calon Ketua Umum Kadin, dalam perhelatan tersebut. Menjelang pemilihan itu, memang santer terdengar bahwa Ical memberikan dukungan penuh kepada Suryo.
Dalam Musyawarah Nasional Kadin yang berlangsung pada 24-25 September itu, lima kandidat bersaing menjadi Kadin-1. Selain Suryo, empat calon lainnya adalah Adi Putra Tahir (ketua umum sementara Kadin), Sandiaga Uno (salah satu pemilik Saratoga Capital), Chris Kanter (pendiri Sigma Sembada Group), dan Wishnu Wardana (Wakil Direktur PT Indika Energy). Ketua baru akan menggantikan M.S. Hidayat yang menjadi Menteri Perindustrian.
Perhelatan sempat diramaikan isu miring: jual-beli suara. Karena itulah berkali-kali Wakil Ketua Badan Pertimbangan Kadin Sofjan Wanandi mengingatkan para sejawatnya yang sedang mengikuti Musyawarah Nasional VI Kamar Dagang dan Industri Indonesia agar para pengusaha menjaga martabat mereka sehingga tak perlu berebut kursi organisasi.
Nasihat ini juga telah disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia itu saat beberapa calon Ketua Umum Kadin menyambanginya memohon restu. Pesan bos Gemala Group yang sudah malang-melintang di Kadin itu ternyata tak mempan. Proses pemilihan Kadin-1 dalam hajatan dua pekan lalu ricuh berkali-kali. ”Sudah mirip partai politik,” katanya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu (”Dagang Kamar Gaya Pengusaha”, Tempo, 27 September-3 Oktober 2010).
Menurut sumber Tempo, para pengusaha sudah tahu Aburizal mendukung Suryo Sulisto menjadi Ketua Umum Kadin. Dukungan terhadap Suryo pernah disampaikan dalam sejumlah kesempatan. Terakhir disampaikan pada pertemuan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat malam dua pekan lalu, sehari sebelum pemilihan Ketua Umum Kadin. Setelah menghadiri gala dinner bersama 1.500 pengusaha peserta musyawarah nasional, Ical menggelar pertemuan dengan anggota Kadin dan Kadin daerah dari Partai Beringin di salah satu ruangan Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Dalam pertemuan menjelang tengah malam itu, hadir juga Suryo Sulisto dan Adi Putra. Aburizal, menurut sang sumber, meminta anggota Kadin dan Kadin daerah kompak mendukung Suryo menjadi Ketua Umum Kadin. Dukungan terhadap Suryo cukup masuk akal lantaran Aburizal sangat mengenal Gembong—panggilan Suryo. Apalagi Suryo termasuk petinggi Bumi Resources, perusahaan andalan keluarga Bakrie. Tapi Aburizal tak memberikan dukungan kepada Adi Putra. ”Aburizal tak berkeberatan Adi maju, tapi tak mendukung (Adi),” bisik sumber Tempo tadi.
Natsir Mansyur, anggota tim sukses Suryo, membenarkan ada pertemuan di Hotel Grand Hyatt itu. ”Itu silaturahmi biasa, karena ia (Aburizal) belum sempat ketemu dengan anggota Kadin setelah Lebaran,” ujar Natsir, yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu. ”Saya mendukung semua kandidat, semuanya bagus-bagus, Pak Adi juga punya kans yang sama,” ujar Ical. Adapun Adi saat dimintai konfirmasi mengatakan, ”Beliau (Aburizal) mengerti kenapa saya mau maju,” ujarnya.
Dalam pertemuan di Grand Hyatt, Adi dan Aburizal sempat berbincang-bincang sekitar satu jam. Aburizal, kata Adi, tak mempermasalahkan suara anggota Kadin kader Golkar terpecah. Adi mengaku sudah sowan kepada Aburizal, M.S. Hidayat, dan Wakil Ketua Umum Kadin Hariyadi Soekamdani untuk maju menjadi calon Ketua Umum Kadin. Keinginan menjadi bos di Kadin lantaran ada dukungan dari 30 anggota asosiasi pengusaha dan Kadin daerah beberapa hari sebelum ”hajatan” dimulai.
Nyatanya, dalam putaran final, suara yang mendukung Adi gembos. Adi hanya mendapat dukungan delapan suara. Suryo mendapat suara terbanyak, 51 suara; Wishnu 33 suara; Sandiaga 22 suara; dan Chris Kanter 15 suara. Adi gagal melaju ke putaran kedua. Begitu pula Sandiaga dan Chris
SEJAK awal, banyak pengusaha memprediksi Suryo Sulisto akan maju ke putaran kedua. Bahkan Suryo dinilai kandidat terkuat menjadi Ketua Umum Kadin. Yang mengejutkan, menurut sumber Tempo lainnya, minimnya suara Sandiaga dan Chris Kanter. Semula diprediksi keduanya bisa mengimbangi Suryo. Tapi faktanya, suara mereka juga jeblok. Justru suara yang mendukung Wishnu melejit. Wakil Direktur Utama Indika Energy itu terus melaju. ”Mengejutkan sekali Wishnu masuk putaran dua,” ujarnya.
Menurut dia, rendahnya dukungan buat Sandiaga terjadi lantaran suara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di asosiasi dan Kadin daerah terpecah empat: ke Sandiaga, Wishnu, Adi, dan Chris. Padahal sebenarnya Hipmi sudah merapatkan barisan di Bimasena Club; Hotel Dharmawangsa, Jakarta; Senin malam, awal Mei lalu, demi meredam dominasi Suryo. Mereka berkomitmen bersatu. ”Faktanya, Sandiaga, Wishnu, Adi, dan bahkan Chris maju sendiri-sendiri,” ujarnya. Tak ayal pengusaha-pengusaha muda itu saling sikut menjadi Ketua Umum Kadin yang memang menggiurkan (lihat ”Jalur Cepat Melobi Istana”).
Langkah meredam Suryo juga dilakukan M.S. Hidayat. Seorang pengusaha membisikkan, Pak Menteri—yang diduga sejumlah peserta membawa kepentingan Istana—sempat meminta sejumlah asosiasi dan pengurus Kadin daerah bersatu mendukung Sandiaga atau Chris. Hidayat juga meminta suara disatukan kepada Sandiaga atau Chris bila salah satu di antara mereka maju ke putaran kedua. ”Konsolidasi suara itu untuk membendung Suryo,” katanya. Tapi, kepada Tempo, Hidayat membantah cerita ini. ”Ah, tidak benar itu,” ujarnya. Ia mengaku tak ada masalah dengan Suryo. ”Saya berteman dengan Gembong (Suryo) sudah lama,” ujarnya.
Skenario membendung Suryo gagal total. Suryo maju ke putaran kedua melawan Wishnu, yang masih kerabatnya sendiri. Ayah mertua Wishnu masih punya pertalian saudara dengan Suryo. ”Ah, tak apa-apa, bersaing dengan saudara itu sah-sah saja,” ujarnya. Seorang pengusaha berbisik kepada Tempo, masuknya Wishnu bagian dari skenario pendukung Suryo. ”Suryo pasti menang,” ucapnya. Benar saja, Suryo mengungguli Wishnu. Suryo terpilih menjadi Ketua Umum Kadin setelah mendapatkan 99 suara, sedangkan Wishnu 40 suara.
Suryo tidak menampik kemenangannya itu berkat dukungan Aburizal. Namun dukungan itu datang bukan karena Golkar. ”Beliau teman saya dari kecil. Kami kenal lebih dari 50 tahun. Orang tua kami juga kenal baik, anak kami pun bersahabat,” ujarnya kepada wartawan di sela-sela serah-terima jabatan Ketua Kadin di Jakarta pekan lalu. ”Saya menang karena pengusaha tahu Kadin harus dibawa oleh pilot berpengalaman,” ujarnya menambahkan. Suryo berjanji tak akan membawa Kadin berpolitik.
Nieke Indrietta, Kartika Chandra, Padjar Iswara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo