Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GENERAL Electric, yang sudah masuk Indonesian sejak 1930, kini merambah sektor peralatan kesehatan, permesinan, perkeretaapian, dan institusi keuangan. Pertengahan Juli lalu, PT Kereta Api Indonesia membeli 20 lokomotif jenis C20-EMP dari GE senilai US$ 40 juta atau sekitar Rp 400 miliar. Loko-loko ini akan dirakit di PT Inka, Madiun, Jawa Timur.
Seusai berpidato di acara Modernisator Speakers Forum 9 bertajuk "Inovasi Sebagai Pendorong Transformasi Ekonomi", Chief Executive Officer sekali-gus Presiden General Electric Jeffrey Robert Immelt menerima wartawan Tempo, Philipus Parera dan R.R. Ariyani, serta tiga wartawan dari media lain untuk sebuah wawancara, Rabu petang pekan lalu, di sebuah ruangan di Hotel InterContinental Mid Plaza, Jakarta Pusat.
Mengenakan setelan jas dan kemeja biru, peraih gelar MBA dari Harvard University berusia 53 tahun ini hanya punya waktu kurang dari setengah jam karena harus bertolak ke India. Ditemani sebotol air mineral Equil, Immelt menyampaikan minatnya menambah investasi GE di Indonesia dari US$ 1,2 miliar saat ini, khususnya di infrastruktur.
General Electric pernah berencana meningkatkan investasi di Indonesia. Bagaimana detailnya?
Seiring dengan permintaan infrastruktur, apakah itu produk lokomotif, energi, mesin pesawat, atau lainnya, rencana kami sudah jelas. Tidak hanya menjual produk di sini, tapi juga membangun industri manufaktur. Indonesia tak hanya sebagai pasar. Jika kita membangun pabrik, ditambah adanya permintaan lokal dan teknologi, akan tumbuh kekuatan lebih besar. Tapi saya belum akan mengumumkan rencana investasi di Indonesia. Yang pasti, saya akan terkejut jika dalam 12 bulan ke depan GE tidak melakukan investasi di sektor infrastruktur.
Sektor investasi apa yang menarik?
Terutama di power generator atau lokomotif. Kami sudah bekerja sama di bidang perkeretaapian. Indonesia sangat mungkin menjadi eksportir lokomotif bagi kawasan regional. Permintaan lokal pun cukup bagus.
Jadi GE berencana membangun industri perakitan lokomotif di Indonesia?
Mungkin saja. Awalnya bisa dengan CKD (completely knock down). Kami kan ahli di situ. Khusus di Indonesia dan Thailand lebih mudah karena jaringan rel kereta apinya terharmonisasi. Jadi produk dan teknologi yang tepat bisa diterapkan untuk daerah-daerah berjauhan sekalipun.
Apa kendala GE berinvestasi di Indonesia?
Kami butuh kejelasan kebijakan kerja sama swasta dan pemerintah, misalnya. Ini memudahkan prediksi investasi jangka panjang. Stabilitas politik terus membaik, tinggal bagaimana transparansi di bidang power generation, struktur tarif listrik, dan energi terbarukan.
Dari sektor-sektor yang GE masuki di Indonesia, apa yang paling menguntungkan?
Tujuan kami membuat produk berkualitas bagus. Misalnya, di lokomotif, kami mendesain produk berkualitas dan punya efektivitas tinggi, sekaligus hemat biaya, sehingga perusahaan kereta nasional mau membelinya. Alhasil, investasi yang kami tanamkan akan kembali, dan menciptakan lapangan kerja.
Pada 2007, GE pernah menyatakan tertarik membangun reaktor nuklir di Indonesia?
Saya tidak menentang nuklir. Kalau diizinkan pemerintah, program ini bisa langsung jalan. Namun, masalahnya, sektor ini banyak dibicarakan tapi tak pernah dilakukan, termasuk Amerika Serikat. Saya senang kami sudah punya teknologinya. Tapi pembangunan reaktor nuklir harus didasari keinginan yang kuat dari negara. Kami masih menunggu respons pemerintah. Siapa tahu bisa.
Menurut Anda, sumber daya listrik apa yang paling cocok bagi Indonesia?
Batu bara. Tapi tetap harus dengan mengurangi emisi karbonnya. Potensi lain, seperti gas alam, tenaga surya, angin, dan biofuel, perlu dieksplorasi lebih progresif. Menurut saya, suatu negara akan berhasil jika punya portofolio sumber energi yang beragam. Indonesia juga. Jangan hanya memilih satu jenis bahan bakar dan teknologi.
Kami sudah menguji coba produksi listrik dari biofuel. Hasilnya energi bersih. Kami mendemonstrasikan ke pemerintah bagaimana lokomotif berbahan bakar sawit. Ini bisnis bagus di Indonesia karena biayanya rendah. Tantangannya: menyeimbangkan inovasi teknologi, lingkungan terbarukan, dan biaya.
Produk yang bisa kami suplai ke Indonesia seperti turbin gas dan energi surya berefisiensi tinggi. Sedangkan produk yang mungkin diaplikasikan di sini adalah small power generating equipment dengan menggunakan biofuel. Jadi limpahan biofuel bisa dimanfaatkan.
Ini tidak lepas dari ecomagination yang dirilis GE. Apa latar belakangnya?
Ecomagination sudah ada sejak 2005, yakni menyediakan energi bersih dan mengurangi pemanasan global. Uji inovasi kami di berbagai sumber energi menunjukkan produk ini layak dari sisi ekonomi dan lingkungan. Indonesia, Singapura, Cina, dan Malaysia yang berinisiatif kembali ke alam pun antusias akan produk itu empat tahun belakangan ini.
Apakah bisa diterapkan di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan?
Aplikasi teknologi ini berbeda di tiap negara. Di Indonesia, sumber listrik bisa dari gasifikasi batu bara. Energi surya juga potensial untuk Indonesia di lintasan khatulistiwa. Tidak ada alasan negara ini tak mampu mengubah paradigmanya ke energi hijau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo