Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

5 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Listrik
Trafo PLN Terbakar

SEBAGIAN wilayah Jakarta bergantian gelap-gulita sejak pekan lalu. Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang mematikan setrum secara bergiliran karena suplai daya tak mencukupi kebutuhan. Area ini kehilangan pasokan 1.000 kilovolt ampere atau 800 megawatt setelah trafo 500 kilovolt ampere di gardu induk Kembangan, Jakarta Barat, terbakar pada 27 September lalu. Dua hari kemudian, trafo dengan kapasitas sama di gardu induk Cawang, Jakarta Timur, juga dilalap si jago merah.

Direktur Operasi PLN Pendistribusian dan Penyaluran Jawa-Bali Murtaqi Syamsuddin mengatakan tiga wilayah di Jakarta mengalami gangguan listrik. Pemadaman dilakukan dua hari sekali per wilayah, maksimum empat jam, kecuali Sabtu-Minggu karena beban kecil. “Paling banyak Jakarta Timur, sebagian Jakarta Selatan dan Pusat,” katanya.

Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Jacobus Purwono memperkirakan perbaikan trafo Cawang akan kelar dalam tiga bulan. Tapi aliran setrum ke rumah-rumah akan segera stabil tanpa pemadaman bergilir.

Akibat kebakaran ini, kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, kerugian industri paling sedikit Rp 100 miliar per hari.

Inflasi
September 1,05 Persen

BADAN Pusat Statistik mengumumkan inflasi bulan September 1,05 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, 0,97 persen. Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan di Jakarta, Kamis pekan lalu, mengatakan penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan harga bahan makanan selama puasa dan Lebaran. Momen Lebaran juga mendongkrak ongkos transportasi. Ndilalah, September merupakan masa masuk sekolah. Biaya sekolah, terutama perguruan tinggi, pun turut mendorong inflasi.

Diperkirakan inflasi September adalah yang tertinggi pada tahun ini. Bulan-bulan berikutnya akan menurun. Inflasi Oktober biasanya hanya 0,45 persen dan November sekitar 0,12 persen. Maka Rusman optimistis target inflasi 2009 sebesar 4,5 persen bisa terpenuhi. Apalagi laju inflasi tahun kalender (Januari-September 2009) masih 2,28 persen, dan inflasi tahunan (year on year) 2,83 persen. “Masih ada ruang,” katanya.

Perbankan
Giro Wajib Minimum Naik

BANK Indonesia menaikkan setoran giro wajib minimum dari 5 menjadi 7,5 persen dari dana pihak ketiga per 1 Oktober 2009. Pemenuhan GWM ini bisa dalam bentuk surat utang negara, Sertifikat Bank Indonesia, surat perbendaharaan negara, atau surat berharga negara lain.

Mekanismenya, lima persen merupakan giro wajib minimum utama (statutory reserve) berupa simpanan giro di Bank Indonesia. Sisanya adalah surat berharga negara, yakni giro wajib minimum sekunder (secondary reserve). Bank sentral telah memberikan masa transisi setahun kepada perbankan sebelum menerapkan aturan baru ini. Tujuannya: memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi bank dalam mengelola likuiditas.

Menurut Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono, tahun lalu Bank Indonesia telah menurunkan giro wajib minimum, mengantisipasi krisis finansial global, dari 9 menjadi 5 persen. Kini kondisi likuiditas mulai pulih. “Makanya BI menaikkan 2,5 persen,” ujarnya Senin pekan lalu di Jakarta.

Ekspor
Tembus US$ 10 Miliar

BADAN Pusat Statistik mengumumkan nilai ekspor Indonesia selama Agustus 2009 mencapai US$ 10,55 miliar, atau naik 8,89 persen dibanding bulan sebelumnya. Meski sudah kembali menembus US$ 10 miliar sejak November 2008, nilai ekspor per Agustus ini masih lebih rendah 15,41 persen dibanding pencapaian Agustus tahun lalu.

Selama Agustus, nilai ekspor didorong oleh produk nonmigas sebesar US$ 8,91 miliar, atau tumbuh 8,76 persen dibanding Juli. Sedangkan ekspor minyak dan gas per Agustus mencapai US$ 1,63 miliar.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, ekspor tahun ini baru mulai bangkit pada Juni seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, terutama mitra dagang utama seperti Jepang, Amerika Serikat, Cina, dan Singapura. Sedangkan ekonom Indef, Fadhil Hasan, menilai tumbuhnya ekspor didorong oleh kenaikan harga komoditas sebagai imbas lonjakan harga minyak mentah.

Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Dunia 3,1 Persen

DANA Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan, dari yang dirilis Juli lalu 2,5 persen menjadi 3,1 persen. Angka tersebut juga berbalik dari pertumbuhan global tahun ini, yang diperkirakan hanya minus 1,1 persen. Dari laporannya bertajuk World Economic Outlook Oktober 2009: Sustaining the Recovery, disebutkan negara berkembang Asia diperkirakan tumbuh rata-rata jadi 7,3 persen.

Cina tahun depan diperkirakan tumbuh lebih cepat menjadi 9 persen, ketimbang proyeksi sebelumnya 8,5 persen. Sedangkan India dan Indonesia masing-masing diprediksi tumbuh 6,4 persen dan 4,8 persen pada 2010. “Kecepatan menyalurkan paket stimulus dan minimnya ketergantungan ekspor membuat Indonesia terhindar dari resesi,” ujar Kepala Ekonom IMF Oliver Blanchard.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus