Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1 color=#FF9900>BISNIS KARGO</font><br />Ramai-ramai Menyerbu Asia

Raksasa kargo udara gencar berinvestasi di Asia. Kekhawatiran akan berlanjutnya resesi masih ada.

4 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIUH-rendah pertunjukan barongsai makin memeriahkan kompleks kargo Changi, Singapura, Rabu pagi tiga pekan lalu. Raungan sirene panjang menahbiskan peresmian Regional Hub TNT Express senilai US$ 20 juta itu. Investasi sekitar Rp 210 miliar itu tentu tidaklah kecil di masa krisis seperti ini. Tapi Chief Executive Officer TNT Peter Bakker yakin investasi itu merupakan strategi efektif di Negeri Singa untuk memimpin bisnis di wilayah potensial, termasuk Asia.

Regional hub seluas 7.334 meter persegi ini pertama kali dibangun di Singapura, yang mengintegrasikan pelayanan udara dan darat. Alhasil, ongkos bisa 30 persen lebih murah dibanding lewat udara dan tiga kali lebih cepat ketimbang transportasi laut. Asia makin penting, menurut Direktur Regional Asia Tenggara TNT Onno Boots, karena tumbuh paling fenomenal. Aliran perdagangan antarwilayah juga masif. Perusahaan Belanda ini pun sudah mengumumkan rencana investasi 100 juta euro atau sekitar Rp 1,4 triliun untuk lima tahun di Asia Tenggara.

Sepekan kemudian, perusahaan logistik lain dari Negeri Tulip, Dalsey, Hillblom, and Lynn, atau yang dikenal dengan DHL, mengembangkan DHL Express Incheon Gateway senilai US$ 50 juta di Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan. Incheon akan menjadi pusat logistik bagi Mongolia, Cina Utara, dan wilayah Timur Jauh Rusia, juga untuk menguatkan hubungan Korea dengan Amerika dan Eropa.

Direktur Utama DHL Express Asia Pasifik Dan McHugh mengatakan Asia sebagai kunci pertumbuhan punya segudang peluang bisnis. Selama 2004-2008, volume pengiriman internasional lewat Korea Selatan tumbuh lebih dari 50 persen. Bisnis ekspor-impor di Asia Tenggara pun diyakini terus tumbuh dalam jangka panjang.

Penasihat teknis senior PT Birotika Semesta, pemegang lisensi DHL Express, David Ng, mengatakan hal yang sama. ”ASEAN sangat strategis di industri logistik,” katanya. Lebih dari 50 persen pengiriman internasional DHL berasal dari atau ditujukan ke Asia Pasifik. Sisanya baru Eropa dan Amerika Serikat. DHL pun berani memangkas bisnis ekspres domestik di Amerika Serikat setelah lima tahun kalah bersaing dengan Federal Express (FedEx) dan United Parcel Service (UPS).

FedEx pun tak ketinggalan. Perusahaan Amerika Serikat ini awal Februari lalu membuka hub Asia Pasifik di Guangzhou, Cina, senilai US$ 150 juta. Hub terbesar di luar Amerika Serikat ini, menurut Presiden FedEx Asia Pasifik David Cunningham Jr., untuk melayani Cina dan Asia Pasifik, sekaligus memperkuat perdagangan global. Nilai perdagangan Eropa dan Cina tahun lalu mencapai US$ 425,6 miliar, tumbuh 19,5 persen dibanding 2007.

UPS akhir tahun lalu juga membuka hub udara di Shanghai Pudong International Airport senilai US$ 125 juta. Tujuannya pun tak banyak beda: menghubungkan Cina dengan Amerika dan Eropa.

Makin diliriknya Asia menunjukkan raksasa-raksasa logistik kini mencoba mengantisipasi lesunya ekonomi global. Dengan berinvestasi di negara-negara yang diperkirakan tidak terlalu terpuruk, seperti di Asia, bisnis logistik diharapkan survive. TNT, misalnya, meski mayoritas usahanya di Eropa, juga berfokus di Asia karena nilai bisnisnya dari non-Eropa mencapai 45 persen atau 792 juta euro tahun lalu. Sedangkan DHL membukukan laba 2,75 miliar euro di Asia Pasifik.

Meski perusahaan logistik seperti FedEx dan UPS tidak terang-terangan menyebut target atau berapa pasarnya di Asia, besarnya investasi menunjukkan fokus ke Asia cukup besar. Tahun lalu, FedEx dan UPS masing-masing meraup laba signifikan, yakni US$ 37,95 miliar dan US$ 51,5 miliar.

Pemain kargo udara juga yakin bisa tumbuh cukup baik tahun ini. TNT mematok target pertumbuhan di pasar Indonesia 20 persen, sama dengan 2008. Alasannya, ada program-program baru yang lebih ekonomis, dan bisnis dialihkan ke produk-produk berteknologi tinggi. DHL memprediksi tahun ini pertumbuhan akan berbeda tipis dengan 2007, meski masih dua digit. Tahun lalu DHL melayani 19.800 ton pengiriman di Indonesia, sedangkan tahun ini bakal ada sedikit koreksi.

Namun ramalan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akan penurunan arus perdagangan dunia sebesar 9 persen pada tahun ini dibanding 2008 akibat krisis tak bisa diremehkan. Ini adalah penurunan terbesar sejak Perang Dunia II pada 1939. Urat nadi bisnis logistik yang bertumpu pada perdagangan pasti terimbas negatif.

Apalagi Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mencatat kapasitas angkut di Asia Pasifik turun signifikan per Maret 2009 dibanding Maret 2008 sebesar 24,1 persen. Angka itu bahkan lebih besar dibanding Amerika Utara, yang turun 23,3 persen, dan melampaui Eropa, 20 persen (lihat tabel).

Presiden IATA Giovanni Bisignani jauh-jauh hari sudah memperingatkan para pemain bisnis agar mengencangkan ikat pinggang pada tahun ini. Sebab, dari catatan IATA, penurunan sudah dimulai pada Desember tahun lalu. Saat itu, volume kargo udara anjlok 22,6 persen dibanding bulan sebelumnya, yang hanya mencatat penurunan volume 13,5 persen.

Arus kargo udara di kawasan Asia Pasifik yang selama ini menyumbangkan 45 persen dari angka internasional drop 26 persen pada akhir 2008. Karena itu, IATA meramal layanan kargo udara untuk ekspor-impor akan ambles 20-30 persen tahun ini. Itu terjadi akibat produksi dan permintaan pasar turun, plus persaingan makin ketat karena angkutan laut menurunkan biaya pengiriman.

Di Indonesia, tanda-tanda itu mulai terlihat. Ketua Gabungan Forwarder, Logistik, dan Ekspedisi Perwakilan Khusus Bandara Soekarno-Hatta Arman Yahya menilai tarif pengiriman kargo ke Amerika Serikat dan Eropa menyentuh harga terendah dalam 20 tahun terakhir. Contohnya, ongkos angkut ke Amerika Serikat ukuran kurang dari 1 ton, yang biasanya US$ 3,1 per kilogram, saat ini turun menjadi US$ 2,4. ”Selain karena fuel surcharge, ini mencerminkan para maskapai ngoyo mencari konsumen kargo di saat krisis,” katanya.

Meski begitu, agaknya para pemain kakap itu tak sekadar membidik tahun ini. Pada 2009, mereka boleh saja jeblok, tapi begitu krisis berakhir, mereka justru jauh lebih siap menghadapi pertempuran baru yang bisa jadi lebih keras.

R.R. Ariyani

Pertumbuhan Volume Kargo Udara (%)
Maret 09 Vs Maret 08

Afrika-29,4
Asia Pasifik-24,1
Eropa-20
Amerika Latin-18
Timur Tengah-7,6
Amerika Utara-23,3
Total Industri-21,4

SUMBER: IATA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus