Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA dua agenda mustahak yang dilakoni Robert Benmosche dan Tidjane Thiam di Singapura pada Kamis pekan lalu. Di Jalan Shenton Way, salah satu pusat bisnis yang dijejali gedung pencakar langit, bos American International Group (AIG) dan Prudential Plc. itu menyambangi karyawan American International Assurance (AIA). Dari situ, persamuhan berlanjut ke Suntec Convention Centre, tempat karyawan Prudential berkantor.
Lebih dari 800 karyawan Prudential hadir sore itu. Pada kesempatan itulah Tidjane Thiam, Chief Executive Officer Prudential kelahiran Pantai Gading, membeberkan setiap detail dan keuntungan yang bakal diraup perusahaan asuransi Inggris ini dari pembelian saham AIA—salah satu aset emas AIG di Asia. ”Pertemuan dengan karyawan Prudential dan AIA di Asia menjadi prioritas utama saya,” kata Tidjane. ”Kesepakatan ini akan berkembang menjadi kisah luar biasa bagi kedua perusahaan.”
Lawatan Tidjane dan Robert ke Singapura bagian dari sosialisasi yang mereka agendakan setelah Senin pekan lalu American International Group Inc. setuju melepas AIA senilai US$ 35,5 miliar atau sekitar Rp 329 triliun. Kesepakatannya, Prudential membayar US$ 25 miliar tunai. Sisanya dibayar dalam bentuk saham. Tawaran Prudential itu jauh lebih menggiurkan ketimbang US$ 15 miliar yang diprediksi bakal didapat AIA bila perusahaan ini jadi menjajakan saham perdana di bursa Hong Kong beberapa bulan ke depan. Kesepakatan ini juga akan menjadi akuisisi terbesar sejak Exxon Mobil Corporation mencaplok XTO Energy US$ 31 miliar pada pertengahan Desember lalu.
Duit yang didulang dari penjualan unit bisnis AIG di Asia itu akan dipakai guna membayar sebagian dana talangan yang diguyur pemerintah Amerika Serikat, US$ 182,3 miliar, setelah brankas perusahaan ini jebol akibat krisis finansial global pada September 2008.
Pertemuan ini juga bagian dari perjalanan keliling dunia yang bakal ditempuh dua petinggi itu untuk meredam kegelisahan staf kedua perusahaan. Yang paling ditakuti para karyawan tentu saja pemutusan hubungan kerja massal, sesuatu yang bisa jadi sulit terelakkan akibat bersatunya sistem operasi dua perusahaan. Bukan tidak mungkin, meleburnya dua perusahaan ini bisa menciptakan tumpang-tindih operasional, misalnya di bidang teknologi informasi atau kebijakan pelayanan. Di Malaysia saja, AIA mempekerjakan seribu anggota staf dan 10 ribu agen.
Itu sebabnya, sepanjang pekan lalu, dua petinggi perusahaan asuransi itu sibuk wira-wiri. Sebelum ke Singapura, keduanya bertemu dengan karyawan Prudential dan AIA di Mandarin Oriental Hotel, Kuala Lumpur. Sehari sebelumnya, mereka berada di Hong Kong. Pada Jumat pekan lalu, mereka melanjutkan perjalanan ke Thailand. Kawasan Timur Tengah, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa sudah masuk agenda perjalanan berikutnya.
Prudential juga memastikan akan tetap mempertahankan merek AIA, suatu hal yang diragukan pengamat pasar bisa bertahan lama. Sebab, kedua perusahaan membidik segmen konsumen yang sama.
Untuk membiayai akuisisi, Prudential berencana menggelar rights issue. Aksi korporasi ini diharapkan bisa mendulang dana US$ 21 miliar. Lembaga keuangan seperti Credit Suisse, JP Morgan Chase & Co., dan HSBC akan menjadi penjamin emisi.
Merger yang diharapkan terwujud pada kuartal ketiga tahun ini tersebut akan membuat Prudential menjadi perusahaan asuransi terbesar di Singapura, Hong Kong, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Vietnam—serta mengalahkan pesaingnya semacam AXA, Allianz, ING, Manulife, HSBC, dan Aviva. Di Asia, AIA melayani lebih dari 20 juta nasabah. Sedangkan Prudential memiliki paling sedikit 11 juta nasabah.
Kombinasi pangsa pasar Prudential, AIA, dan asuransi lokal UOB Life—yang baru saja diakuisisi Prudential pada Januari lalu—di Asia tumbuh menjadi 32 persen. Total premi tiga entitas itu tahun lalu US$ 500 juta. Adapun UOB Life bersalin nama menjadi Prudential Life Assurance setelah sepenuhnya menjadi anak perusahaan Prudential pada awal Februari lalu. Prudential membeli UOB Life dari United Overseas Bank US$ 428 juta.
Sebaliknya, sebagian kalangan percaya, dilegonya AIA oleh AIG menjadi akhir era kejayaan AIA, yang didirikan Cornelius Vander Starr, penduduk San Francisco, di Shanghai pada 1919. Tak cuma itu. AIG tengah menjajaki kemungkinan menjual American Life Insurance Co. (Alico) kepada Metlife Incorporated senilai US$ 15 miliar.
Di bawah kepemimpinan Robert Benmosche, AIG berjuang mengembalikan dana talangan US$ 97 miliar tahun ini. ”Penjualan AIA ke Prudential membuat AIG memperoleh uang tunai dalam waktu singkat untuk mengembalikan dana yang dikucurkan pembayar pajak Amerika,” kata Robert, yang ditunjuk menjadi Chief Executive Officer AIG pada Agustus lalu.
Yandhrie Arvian (WSJ, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo