Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Emiten consumer goods, PT Mayora Indah Tbk. memperkirakan penjualan dan laba bersih masing-masing dapat tumbuh 11,1% dan 9,7% pada 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan paparan public expose melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Jumat, 14 Juni 2019, emiten dengan kode saham MYOR ini memperkirakan penjualan dapat mencapai Rp 26,73 triliun dan laba bersih sebesar Rp 1,93 triliun pada 2019.
Proyeksi tersebut masing-masing tumbuh 11,1% dan 9,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2018, perseroan membukukan penjualan Rp 24,06 triliun dan laba bersih Rp1,76 triliun.
Sepanjang Januari-Maret 2019, perseroan membukukan penjualan Rp6,01 triliun atau naik 11,1% secara tahunan, sedangkan laba bersih naik 0,4% menjadi Rp 480 miliar. Manajemen menjelaskan, pertumbuhan perekonomian yang masih rendah menjadi kendala perseroan.
Kendala lainnya seperti hadirnya produsen lokal dan produk impor yang semakin banyak beredar. Perseroan juga harus berhati-hati dalam penyediaan bahan baku.
Sebelumnya, Presiden Direktur Mayora Group Andre Atmadja mengatakan, perseroan terus mengembangkan pasar ekspor dengan menambah sejumlah pasar baru. Pada tahun ini, emiten dengan kode saham MYOR itu, mulai masuk ke negara-negara Eropa Timur sejalan dengan keberhasilan perseroan masuk ke Rusia.
Selain itu, perseroan mengembangkan pasar di beberapa negara Afrika yang belum tergarap maksimal. Hingga kuartal I/2019, penjualan ekspor sebesar Rp 2,40 triliun atau berkontribusi 39,93% terhadap total penjualan.
Pada penutupan perdagangan Jumat ini, saham MYOR milik PT Mayora Indah Tbk. parkir pada level Rp 2.500, turun 20 poin atau melemah 0,79%. Meski demikian, dalam 6 bulan terakhir saham MYOR menguat 6,38%.