Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ada Apa Di Balik Udang

Diantara 35 perusahaan pendingin udang di Indonesia, terjadi persaingan karena sulitnya memperoleh udang. Sementara itu gubernur Kal-Tim melarang nelayan menjual udangnya ke luar daerah. (eb)

5 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUBERNUR Kalimantan Timur Brigjen Ery Suparjan keberatan kalau para nelayan menjual udangnya ke luar daerah. Peraturan yang dikeluarkan bulan lalu itu bermaksud baik. sedikit banyak menjamin agar dua perusahaan cold storage PT Samarinda Cendana dan Miyasa Mitra mendapat udang secara kontinyu. Juga untuk "mengamankan pemasukan pajak daerah," kata Ery. Dari tempat pelelangan ikan (TPI) saja, Pemda Kal-Tim memungut 3% dari harga pembelian dan MPO Wapu 2%. Tanpa adanya larangan itu, dikuatirkan udangudang segar tangkapan para nelayan di sana akan 'lari' ke daerah lain. Dan yang paling gembira dengan kehijaksanaan Gubernur Ery itu, selain dua cold storage tadi, adalah Sekretaris Asosiasi Pengusaha Cold Storage Indonesia (APCI), Soebali yang menyambut "baik" larangan itu. "Itu tak akan menurunkan harga," katanya pekan lalu kepada TEMPO di Jakarta. Juga Kasub Dinas Pemasaran Perikanan Kal-Tim, ir. Kaspul Basran memberi jaminan bahwa pembelian kedua cold storage itu "tidak akan merugikan para nelayan." Tapi ternyata harga udang yang semula Rp 6.500 sekilo untuk kwalitas 'A', sejak pertengahan April lalu dibeli dengan Rp 5.000 sekilo di Kal-Tim. Itu dikatakan Abdullah Djuhaipa, Ketua Gabungan Pengusaha Perikanan setempat kepada pembantu TEMPO di sana. Dia kemudian menghimbau agar gubernur suka "memberi jaminan harga yang layak seperti dulu." Di Jakarta harga sekilo udang pekan lalu mencapai Rp 7.000. Tapi untuk memperolehnya dalam partai besar si pengusaha musti mencarinya sampai ke Cilacap, Semarang dan Surabaya. H.M. Sulchan, pengusaha terkemuka di Semarang yang sejak lama memimpin perusahaan cold storage patungan dengan Jepang, mengaku butuh udang kwalitas 'A' dua ton sehari. Kini PT Cejamp yang dipimpinnya itu sudah harus senang dengan 7/8 ton sehari. "Untuk mencapai itu kami harus pontang panting menapis udang dari Pekalongan, bahkan dari bakul-bakul udang," kata Sulchan kepada pembantu TEMPO Kastoyo Ramelan. Kesulitan memperoleh udang itu, menurut pihak APCI, dirasakan 35 cold storage di Indonesia sejak Oktober tahun lalu. Ada yang kemudian menghubung-hubungkannya dengan Kenop. Tapi ada juga yang beranggapan kesulitan itu terasakan semenjak sejumiah pukat harimau disita pemerintah gara-gara mengacau daerah operasi para nelayan kecil. Memang udang-udang itu biasanya terdapat di daerah yang tidak begitu dalam, laut di mana para nelayan kecil biasa mencari ikan. Tapi tak semua udang beku yang diekspor itu berasal dari laut. Di Aceh bagian pesisir ada 40 ribu ha ladang udang. Di sana ada PT Surya Acch, milik pengusaha tenar T.D. Pardede, yang sering juga dianggap orang sebagai penyetel harga udang. Selama tiga tahun ini harga udang yang dibeli dari nelayan memang tak berubah di sana: Rp 2.000 sekilo untuk yang sebesar rokok. Dan sesudah Kenop harganya cuma naik Rp 200 sekilo. Ini membuat para nelayan udang seperti Naim dari Krueng Raya jadi sedih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus