GUBERNUR Kalimantan Timur Brigjen Ery Suparjan keberatan kalau
para nelayan menjual udangnya ke luar daerah. Peraturan yang
dikeluarkan bulan lalu itu bermaksud baik. sedikit banyak
menjamin agar dua perusahaan cold storage PT Samarinda Cendana
dan Miyasa Mitra mendapat udang secara kontinyu. Juga untuk
"mengamankan pemasukan pajak daerah," kata Ery. Dari tempat
pelelangan ikan (TPI) saja, Pemda Kal-Tim memungut 3% dari harga
pembelian dan MPO Wapu 2%. Tanpa adanya larangan itu,
dikuatirkan udangudang segar tangkapan para nelayan di sana akan
'lari' ke daerah lain.
Dan yang paling gembira dengan kehijaksanaan Gubernur Ery itu,
selain dua cold storage tadi, adalah Sekretaris Asosiasi
Pengusaha Cold Storage Indonesia (APCI), Soebali yang menyambut
"baik" larangan itu. "Itu tak akan menurunkan harga," katanya
pekan lalu kepada TEMPO di Jakarta. Juga Kasub Dinas Pemasaran
Perikanan Kal-Tim, ir. Kaspul Basran memberi jaminan bahwa
pembelian kedua cold storage itu "tidak akan merugikan para
nelayan."
Tapi ternyata harga udang yang semula Rp 6.500 sekilo untuk
kwalitas 'A', sejak pertengahan April lalu dibeli dengan Rp
5.000 sekilo di Kal-Tim. Itu dikatakan Abdullah Djuhaipa, Ketua
Gabungan Pengusaha Perikanan setempat kepada pembantu TEMPO di
sana. Dia kemudian menghimbau agar gubernur suka "memberi
jaminan harga yang layak seperti dulu."
Di Jakarta harga sekilo udang pekan lalu mencapai Rp 7.000. Tapi
untuk memperolehnya dalam partai besar si pengusaha musti
mencarinya sampai ke Cilacap, Semarang dan Surabaya. H.M.
Sulchan, pengusaha terkemuka di Semarang yang sejak lama
memimpin perusahaan cold storage patungan dengan Jepang,
mengaku butuh udang kwalitas 'A' dua ton sehari. Kini PT Cejamp
yang dipimpinnya itu sudah harus senang dengan 7/8 ton sehari.
"Untuk mencapai itu kami harus pontang panting menapis udang
dari Pekalongan, bahkan dari bakul-bakul udang," kata Sulchan
kepada pembantu TEMPO Kastoyo Ramelan.
Kesulitan memperoleh udang itu, menurut pihak APCI, dirasakan 35
cold storage di Indonesia sejak Oktober tahun lalu. Ada yang
kemudian menghubung-hubungkannya dengan Kenop. Tapi ada juga
yang beranggapan kesulitan itu terasakan semenjak sejumiah pukat
harimau disita pemerintah gara-gara mengacau daerah operasi para
nelayan kecil. Memang udang-udang itu biasanya terdapat di
daerah yang tidak begitu dalam, laut di mana para nelayan kecil
biasa mencari ikan.
Tapi tak semua udang beku yang diekspor itu berasal dari laut.
Di Aceh bagian pesisir ada 40 ribu ha ladang udang. Di sana ada
PT Surya Acch, milik pengusaha tenar T.D. Pardede, yang sering
juga dianggap orang sebagai penyetel harga udang. Selama tiga
tahun ini harga udang yang dibeli dari nelayan memang tak
berubah di sana: Rp 2.000 sekilo untuk yang sebesar rokok. Dan
sesudah Kenop harganya cuma naik Rp 200 sekilo. Ini membuat para
nelayan udang seperti Naim dari Krueng Raya jadi sedih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini