SETELAH mengunjungi Arab Saudi Menteri Pekerjaan Umum
Purnomosidi tampaknya tak sabar lagi meningkatkan ekspor jasa
konstruksi Indonesia ke sana. Ia mensponsori terbentuknya
konsorsium nasional. PT Indonesian Consortium of Construction
Indonesia (ICCl) dengan modal Rp 15 milyar terbagi dalam 1.500
saham yang harus dibeli para kontraktor.
Untuk meraih proyek besar di Timur Tengah "kita tak bisa
setengah-setengah tapi harus bersatu kuat dan besar." Itu
diucapkannya dihadapan sekitar 50 orang kontraktor dan Ikatan
Konsultan Indonesia (IKINDO) dalam jamuan makan siang di Hotel
Hilton Jakarta, pekan lalu.
Tahun ini di Mekah dan Medina akan dibangun proyek perumahan,
asrama-asrama penampungan jemaah haji senilai $1,2 milyar. Dan
dengan ICCI Indonesia beusaha merebutnya. Bentuk konsorsium ini
pernah diusulkan Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) sejak
setahun lalu, dengan mengambil contoh Korea Selatan. Untuk
operasinya di Timur Tengah, terutama Arab Saudi, Korea Selatan
mempunyai Korean Overseas Construction Company (KOCC), didukung
pemerintahnya.
Model ini kemudian diikuti Filipina. Yang tahun lalu berhasil
membangun sistem saluran air di Mekah sebagai subkontraktor
senilai $ 127 juta. "Untuk tidak ketinggalan konsorsium nasional
ini harus segera dibentuk," kata Sekjen AKI Santoso Sutrisno.
Semua anggota AKI yang beroperasi di Timur Tengah mendukung
ICCI, bahkan diusulkan H. Eddy Kowara, Ketua AKI menjadi Dir-Ut.
Seperti dikatakan Menteri Purnomosidi melalui ICCI ini
pemerintah akan membina kontraktor dalam negeri. Dewasa ini 22
kontraktor nasional beroperasi di Arab Saudi. Meskipun ICCI
sudah ada tapi untuk proyek-proyek kecil sampai $30 juta dapat
langsung ditangani oleh masing-masing kontraktor. Bagi proyek
senilai $30 juta -- $250 juta ditangani oleh konsorsium antar
kontraktor, yang kini 5 buah beroperasi di Arab Saudi.
Masing-masing terdiri konsorsium Pembangunan Jaya, Tehnik Umum &
Associate, Waskita Group, Mercu Buana Group dan Elnusa Group.
Sampai sekarang proyek tertinggi yang ditangani kontraktor
Indonesia baru mencapai $ 160 juta dengan tenaga kerja sekitar
13.000 orang. Jika proyek di Mekah dan Medina berhasil direbut
diperkirakan akan menyerap tenaga 30.000 orang. Dan pihak AKI
tampaknya yakin bila pemerintah Indonesia mendukung sepenuhnya
ICCI proyek itu akan diraih Indonesia. "Suksesnya Korea Selatan
di Arab Saudi karena Menterinya turun langsung membicarakannya
dengan Kerajaan Arab Saudi," kata seorang kontraktor. Tapi
tampaknya dalam merebut proyek di tanah Al-Harram itu memerlukan
gerak cepat. Selesai pertemuan antara AKI-IKINDO dengan Menteri
Purnomosidi, Udaya Hadibroto, Dir-Ut Elnusa terbang ke Jeddah
membawa surat tentang terbentuknya konsorsium tersebut.
Melihat anggaran pembangunan Arab Saudi memang menggiurkan para
kontraktor. Anggaran Repelita Arab Saudi bcrjumlah $140 milyar.
Untuk tahun 1979 ini berarti $ 28 milyar. Dari jumlah ini $ 10
milyar jatuh ke tangan AS, $ 10 milyar ke Eropa dan $ 4 milyar
Korea Selatan. Sisanya yang $ 4 milyar lagi disediakan untuk
negara Asia yang penduduknya banyak beragama Islam. Dari porsi
Asia inilah Indonesia mengharapkan dapat mengisinya $ 1,2 milyar
itu. Untuk Pelita Arab Saudi," kita mentargetkan dapat meraih $
2,5 milyar," kata Purnomosidi.
Pamaran di Baghdad
Banyak yang di tuju Indonesia dalam mendorong para kontraktor
bekerja di Arab Saudi. "Kita bisa mengembangkan ekspor bahan
bangunan," kata Dr. Zainul Yasni yang juga hadir dalam jamuan
siang itu. Ia lalu menyodorkan data-data ekspor yang sekarang
ini baru dalam taraf permulaan. Dari Januari-April lalu
Indonesia telah mengekspor besi beton sebanyak 40.000 ton untuk
Timur Tengah. Dari jumlah itu 90% untuk Arab Saudi dan 10% ke
Kuwait. 5000 ton lagi dari izin ekspor besi beton segera
dikapalkan.
Juga 9.200 ton semen tiga roda telah diekspor langsung menuju
Damman (Arab Saudi) dengan kapal berbendera Indonesia Gesuri
Lloyd. Tapi menurut ir. Sugiarto, pejabat biro bahan bangunan
dan barang konsumsi Tim Koordinator Ekspor ke Timur Tengah,
"setelah adanya kenaikan HET Semen, produsen cenderung menjual
semennya di dalam negeri." Dan sebagian ekspor besi beton itu
masih dilakukan pihak ketiga.
Sebagai tindak lanjut kunjungan Wakil Presiden Adam Malik ke
Irak, Oktober nanti Indonesia akan mengadakan pameran di
Baghdad, ibukota Irak. "Pemerintah Irak telah membuka pintu
untuk hubungan dagang langsung," kata H. Noer Amin, Ketua III
Kadin yang ikut Wapres Adam Malik ke Irak dan Turki baru-baru
ini. "Kini tergantung kepada kita memanfaatkan kesempatan itu."
Irak merupakan negara yang baik bagi pasaran kelapa sawit, teh,
plywood, rempah-rempah dan cabe. Tapi Irak hanya mau berhubungan
dengan negara yang tak punya hubungan dengan Israel. Dengan
didapatnya pasaran Irak menurut Noer Amin akan memudahkan
Indonesia memasuki pasaran Suriah. Sampai kini Irak adalah
pasaran terbesar kelapa sawit Indonesia untuk kawasan Timur
Tengah dengan devisa $35 juta, disusul teh $11 juta Sedang impor
sebesar $346 ribu meliputi 90% dari total impor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini