Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Tren peningkatan transaksi gadai menjelang Idul Fitri kembali terjadi. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menilai lonjakan ini bukan sekadar kebiasaan musiman, tetapi mencerminkan daya beli masyarakat yang melemah. "Kalau konsumsi saat perayaan memang naik, itu wajar. Tapi masyarakat yang punya uang tidak akan menggadaikan barangnya,” ujar Esther saat dihubungi Tempo, Jumat, 15 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Esther menduga, melonjaknya tren gadai di masyarakat karena kebutuhan ada desakan kebutuhan primer yang perlu dipenuhi. Sehingga jalan untuk mencukupi kebutuhan dasar itu dengan cara menggadaikan barang berharga milik mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lonjakan gadai di masyarakat, kata dia merupakan imbas dari pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi beberapa bulan terakhir. Indikasi lainnya, menurut Esther disebabkan sejak akhir tahun 2024 kemarin Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut. Pada Februari 2025, lanjutnya, Indonesia kembali mengalami deflasi, yang menandakan pelemahan konsumsi masyarakat. Meskipun pada Maret inflasi kembali naik karena momentum Ramadan, Esther menekankan bahwa lonjakan tersebut masih rendah.
Hal lain yang juga ia sorot selain meningkatnya transaksi gadai, tren penggunaan layanan kredit digital atau paylater juga meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Paylater, yang awalnya digunakan untuk pembelian barang konsumsi seperti pakaian, kini bahkan digunakan untuk kebutuhan dasar seperti token listrik. "Kalau paylater sudah digunakan untuk kebutuhan primer, itu sinyal daya beli masyarakat memang lemah," ujarnya.
Fenomena meningkatnya gadai dan penggunaan paylater menjadi sinyal bagi ekonomi Indonesia pasca-lebaran. Esther memperkirakan angka kemiskinan berpotensi bertambah setelah perayaan ini. "Potensi kenaikan angka kemiskinan itu ada, karena kelas menengah kita sudah turun sekitar 9–10 juta orang. Mereka kini rentan jatuh miskin," katanya.
Transaksi gadai di PT Pegadaian melonjak selama bulan Ramadan, terutama pada pekan-pekan awal, seiring meningkatnya kebutuhan dana masyarakat menjelang Idul Fitri. Direktur Keuangan, Perencanaan Strategis, dan Manajemen Risiko Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha mengungkapkan realisasi transaksi gadai naik 11 persen dibanding bulan biasa. "Kami mencatat adanya lonjakan transaksi gadai sebesar 11 persen selama Ramadan, terutama pada minggu-minggu awal. Masyarakat umumnya mengakses dana tambahan untuk keperluan lebaran," ujar Ferdian saat dihubungi Tempo, Jumat, 14 Maret 2025.
Mayoritas barang yang digadaikan, kata Ferdian, adalah emas, baik itu dalam bentuk perhiasan maupun logam mulia. Pegadaian mencatat, Barang Jaminan Kantong—istilah untuk emas perhiasan dan logam mulia—mendominasi 98 persen dari total transaksi gadai selama Ramadan.
Selain itu, rata-rata besaran pinjaman yang diajukan masyarakat juga mengalami kenaikan. "Jika sebelumnya rata-rata pinjaman berkisar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta, saat ini meningkat menjadi sekitar Rp 6,5 juta," ucap dia.
Pilihan editor: Bulog Libatkan TNI-Polri untuk Awasi Pembelian Gabah Petani