Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah diminta dokter mengurangi berat badan, Sogi Indra Dhuaja harus mengubah pola makan. Hal itu terjadi tiga tahun lalu saat berat tubuhnya mencapai 80 kilogram. Bobot Sogi ketika itu melebihi indeks massa tubuhnya. "Paling mudah, ya, mengatur asupan makanan," kata penyiar radio dan komedian itu, Rabu pekan lalu.
Sogi terpaksa membatasi porsi makan karena olahraga lari-yang juga dianjurkan dokter sebelumnya-malah membuat kakinya cedera. Padahal ia perlu berolahraga rutin agar irama jantung kembali stabil. Tujuh tahun lalu, dokter menemukan irama detak jantung Sogi tidak teratur.
Tak sulit bagi Sogi menemukan jasa katering sehat dan praktis yang bisa melayani kebutuhan gizinya. Melalui situsnya, Gorry Gourmet menawarkan menu diet kategonik. Sogi pun mulai memesan. Tiap hari selama dua pekan ia mendapatkan makan siang dan malam rendah karbohidrat dan gula.
Seluruh sajian berada di bawah pantauan tim ahli gizi Gorry. "Mereka menjelaskan berapa kalori yang dibutuhkan," ujar Sogi. Agar tak membosankan, menu disajikan secara kombinasi dan selang-seling. Sogi berhasil menurunkan berat badan 8 kilogram dalam setahun.
Ovi Olivia, karyawan swasta perusahaan di Pulo Mas, Jakarta Timur, juga menggunakan jasa katering Gorry. Bersama teman sekantornya, setiap jam makan siang ia mendapatkan kiriman makanan rendah kalori tanpa harus ke luar kantor. "Diet lebih nyaman dan terpola," kata Ovi. Hasilnya? Ovi berhasil mengikis bobot tubuh 3 kilogram.
Berdiri sejak 2014, jasa katering online Gorry Gourmet menyediakan makanan bernutrisi yang dihitung dokter gizi sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Mekanismenya: calon pelanggan mendaftarkan diri dengan mengisi formulir yang disediakan di situs atau melalui aplikasi yang tersedia di Play Store dan iOS. Berat dan tinggi badan, jenis aktivitas harian, termasuk catatan kesehatan, harus ditulis secara rinci.
Dari situlah tim nutrisionis akan memberikan saran makanan yang dapat dikonsumsi pelanggan. "Kesadaran hidup sehat makin lama makin tinggi," kata pendiri sekaligus CEO Gorry Gourmet, William Susilo, saat ditemui di kantornya di Graha Inovasi, Jakarta Barat.
Sejauh ini Gorry Gourmet menyediakan delapan paket menu. Di antaranya untuk penurunan berat badan, pembentukan massa otot, serta paket khusus bagi pelanggan dengan kebutuhan tertentu. Gorry mematok harga paling rendah Rp 85 ribu untuk paket a la carte atau menu yang dapat dipesan sehari sebelum pengantaran. Adapun paket makan siang untuk mengurangi berat badan selama satu pekan di hari kerja dipatok Rp 425 ribu. Paket lain dibanderol lebih dari Rp 5 juta untuk berlangganan selama satu bulan.
Menurut William, mereka telah melayani lebih dari 5.000 permintaan pelanggan dengan kebutuhan khusus, seperti memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung. Setiap hari, juru masak di dapur Gorry Gourmet memproduksi 2.500 paket makanan. Berapa omzet Gorry? William tak mau merinci. Tapi, bila merujuk pada harga paling rendah paket a la carte dan jumlah paket makanan yang diproduksi, Gorry bisa meraup omzet Rp 200 juta per hari.
William dan rekannya, Herry Budiman, semula hanya memasarkan menu diet melalui situs di Internet. Agar lebih praktis, ia membangun aplikasi di Android dan iOS. Aplikasi itu menyediakan kanal konsultasi gizi, resep makanan, hingga pemesanan bahan makanan. Pada Gorry Journal, pelanggan diberi pilihan makanan sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari beberapa resto terdekat.
Sebagian besar pelanggan, menurut William, hanya mampu bertahan menggunakan paket diet dua pekan. Pelanggan akan vakum dan memulai berlangganan kembali pada tiga bulan berikutnya. Tak ingin pelanggannya kabur, Gorry memanfaatkan jasa kurasi pendampingan makanan untuk memperkuat bisnisnya. Dengan memegang data biometrik kesehatan pelanggan, Gorry ditargetkan menjadi platform gaya hidup sehat. "Terutama agar orang lebih mudah mendapatkan makanan berkualitas."
Berbeda dengan Gorry, Berrykitchen justru ingin mengembangkan dapur berskala jumbo. Perusahaan katering makanan sehat online ini mampu memproduksi 3.000 paket makanan dalam satu hari. Di dapurnya yang terletak di Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat, 20 koki meracik sendiri makanan yang bahannya diperoleh langsung dari pedagang sayur di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
CEO Berrykitchen Cynthia Tenggara mengatakan seluruh proses penyajian makanan diawasi ketat tim kontrol internal. Cynthia belum berani menjalin kerja sama dengan katering rumahan atau resto lain untuk memenuhi permintaan. "Kurasi makanan itu susah sekali," kata Cynthia. Ia tak ingin kualitas makanan meleset dari harapan pelanggan. "Kami harus pastikan makanan mesti sama ketika diduplikat dapur lain."
Di aplikasi Berrykitchen, pelanggan dapat memesan menu sehat sesuai dengan selera masing-masing. Nasi dan sayuran dapat dikombinasikan dengan lauk-pauk sesuai dengan kebutuhan kalori. Harganya dibanderol mulai Rp 25 ribu per porsi dengan paket langganan paling sedikit tiga hari. Berry tidak membebani ongkos kirim.
Untuk menarik konsumen, Berrykitchen menggaet tujuh koki ternama. Edwin Lau, misalnya, menerbitkan menu spesial diet kategonik untuk menurunkan berat badan. Menurut Cynthia, simbiosis mutualisme ini juga dirasakan konsumen dan koki. "Koki dapat menjual resepnya secara terbuka," ucapnya. "Para penggemar langsung menikmati."
Mulai Februari 2016, Berrykitchen membuka pemesanan lewat aplikasi di Android dan iOS. Lebih dari 10 ribu orang telah mengunduh aplikasi Berry. Cynthia menargetkan Berry mampu melayani lebih dari 200 ribu pesanan makanan per hari. Ia juga akan menggandeng selebritas untuk menyusun menu populer lewat Berrykitchen.
Bukan hanya Gorry Gourmet dan Berrykitchen yang bermain di bisnis kuliner sehat. Lemonilo, perusahaan rintisan buatan Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant, dan Ronald Wijaya, beroperasi sebagai marketplace produk sehat sejak pertengahan tahun lalu.
Sekitar 160 pelaku usaha mikro dan kecil lokal menjual produk sehatnya di marketplace ini. "Syaratnya, memaparkan bahan baku produk dengan rinci," kata CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia. Itu sebabnya, bahan kimia seperti pengawet dan pewarna kimia masuk daftar hitam.
Pemasaran Lemonilo kini telah menjangkau Jawa dan Bali. Manajemen berencana mengembangkan pasar ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.
Di luar negeri, tren bisnis kuliner sehat muncul lebih awal. Matt Salszberg mendirikan platform penyedia bahan makanan siap masak untuk warga New York, Amerika Serikat, pada Agustus 2012. Namanya Blue Apron. Perusahaan ini telah mengantarkan lebih dari 8 juta bahan makanan per hari.
Blue Apron tercatat menjadi perusahaan publik pada Juni lalu. Namun nilai saham Blue Apron Holding Inc anjlok 70 persen dibanding saat penawaran perdana. "Mereka membutuhkan pergerakan lebih besar," kata Steve Johnson, Presiden Foodservice Solution, perusahaan konsultan restoran, seperti dilansir TheStreet pekan lalu. CNBC mencatat jumlah konsumen Blue Apron turun 9 persen pada kuartal ketiga tahun ini dibanding kuartal sebelumnya.
CEO Blue Apron Matt Salzberg mengatakan perusahaan akan menekan ongkos pemasaran non-online dan meningkatkan jumlah produk premium untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan. "Kami tawarkan banyak pilihan agar segmen pelanggan lebih beragam," kata Salzberg, seperti ditulis CNBC. Sejumlah pengamat bisnis restoran menyebut Blue Apron kalah bersaing dibanding pemain lain, seperti HelloFresh dan Plated.
Cynthia menilai perkembangan katering online di Indonesia belum mencapai puncaknya. "Mungkin baru tiga-empat tahun ke depan," ucapnya. Ia berancang-ancang mencari suntikan modal baru. Dengan data kesehatan pelanggan yang dimilikinya, Gorry Gourmet berupaya merangkul Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. Kebutuhan makanan sehat sepertinya akan meningkat.
Putri Adityowati, Andi Ibnu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo