Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Akhir dari penantian itu

Panas? ada kesan begitu. sebab, biarpun harga mobil naik, penjualan di sana-sini meningkat. banyak yang antre atau bertindak seperti okb.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULANYA adalah menunggu, lalu takut, dan akhirnya membeli. Itulah sikap konsumen kendaraan roda empat dalam beberapa bulan terakhir ini. Semula, karena menunggu paket deregulasi otomotif, banyak konsumen yang menunda pembelian mobil. Mereka berharap deregulasi akan memangkas harga-harga. Atau, siapa tahu, membuka peluang untuk bisa membeli mobil impor dengan harga agak murah. Celaka tujuh belas, yang terjadi justru sebaliknya. Deregulasi Juni lalu malah menawarkan mobil impor dengan bea masuk 200%300%. Konsumen tidak hanya kecewa, tapi kini juga dihantui rasa takut. Soalnya, penguatan mata uang yen terhadap dolar, alias yendaka, pelan-pelan menaikkan harga mobil rakitan lokal. Itulah dua faktor utama yang memanaskan pasar dalam dua bulan terakhir ini. Di beberapa daerah yang dipantau TEMPO, seperti Medan, Palembang, Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Bandung, pasar mobil cenderung naik. Dan tidak sedikit konsumen yang tampaknya mendadak jadi OKB alias orang kaya baru. Memang, lonjakan penjualan berlangsung tidak merata. Ada yang mengalami kenaikan, ada yang ''biasa-biasa saja''. Tapi, jika ditotal, kenaikan itu antara 10% dan 12%. Angka ini diperoleh berdasarkan perbandingan antara penjualan periode JanuariJuni 1992 dan enam bulan pertama tahun ini. Sidodadi Berlian Motor dan Bumen Radja di Semarang, yang mengageni merek Mitsubishi, contohnya. Mereka mengaku kehabisan stok. Tidak hanya truk Colt Diesel dan minibus L 300 yang ditubruk pembeli. Sedan Mitsubishi Galant, produk baru yang menjadi andalan Krama Yudha, pun sudah diantre banyak pembeli. Menurut Yo Liang Hai, Manajer Bumen Radja, 20 peminat Mitsubishi Galant sudah menyetorkan uang tunai masing-masing Rp 98 juta. Padahal, barangnya baru akan mereka terima sebulan kemudian. ''Sekarang ada uang, tapi tak ada barang,'' kata Yo Liang Hai. Meledaknya penjualan sedan model baru bukanlah perkara aneh di negeri fantasia seperti Indonesia. ''Di negeri kita ini, new model is always good sales point,'' kata Soebronto Laras, Direktur Utama PT Indo Mobil, yang mengageni merek Suzuki, Volvo, Mazda, Nissan, dan Hino. Terbukti, ledakan si Galant terjadi hampir merata di semua wilayah pemasaran. Di Bandung dan Jakarta, misalnya, kon- sumen yang antre Galant lumayan panjang. Bahkan, di Jakarta, pada saat perkenalan pekan lalu, 300 unit terjual dalam sehari. Menurut Maswir, Direktur Pemasaran Krama Yudha, jumlah pemesan yang telah menyetorkan uang dan bersedia menerima mobil 2,5 bulan lagi, hingga akhir pekan lalu, tercatat 400 orang. ''Para pembeli mobil itu berani menyetor uang tunai karena takut harganya keburu naik,'' kata Maswir, yang mengakui bahwa penjualan produk Krama Yudha di semester pertama baru lalu naik 62%. Tapi tidak di semua daerah Mitsubishi meledak. Di Surabaya, penjualannya biasa-biasa saja. Padahal, kata Daniel Gunarto, Direktur Murni Berlian Motor, pihaknya sudah menawarkan iming- iming kepada pembeli, termasuk penjualan kredit setahun tanpa bunga. Tapi hasilnya, ''Begitu-begitu saja, belum ada perubahan,'' ujarnya lesu. Di Surabaya, yang justru mengalami panen adalah Auto 2000, yang mengageni mobil-mobil Toyota. Di sini, Kijang dan Great Corolla sama-sama diantre orang, mirip agen penjualan Toyota di Bandung, Medan, dan Palembang. Padahal, karena yendaka, harga produk Toyota Astra Motor mengalami kenaikan yang lumayan besar. Kijang, misalnya, per 1 September telah dinaikkan antara Rp 400 ribu dan Rp 600 ribu per unit. Sementara itu, Corona Crown mencatat kenaikan harga Rp 3 juta per unit. Lonjakan omzet penjualan yang tidak merata juga dialami mobil-mobil rakitan PT Indo Mobil. Suzuki Vitara, terutama, masih digandrungi kendati harganya telah didongkrak Rp 1 juta. Begitu pula Suzuki Jeep Katana dan truk Hino memperlihatkan kenaikan yang lumayan besar sekitar 12% dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya. Hanya pasar Mazda yang bergeming, alias hampa dan hening. Kenaikan yang lumayan juga dialami oleh sedan-sedan Honda yang dijajakan Imora Motor. Setelah mengalami penurunan drastis pada bulan Juni karena menaikkan harga jual hingga Rp 5 juta per unit Juli lalu Honda kembali ke tingkat penjualan normal, bahkan sedikit melebihi. Biasanya Imora hanya menjual rata-rata 700 unit sebulan, sementara sejak Juli itu naik menjadi rata-rata 750 unit, atau terjadi kenaikan 200% jika dibandingkan dengan penjualan bulan Juni. Berdasarkan angka itu, bisa disimpulkan bahwa kenaikan riilnya tidaklah begitu besar. Itulah sebabnya Soebronto menganggap lonjakan yang terjadi hanya sekadar koreksi pasar. Maksudnya, kenaikan penjualan hanya kompensasi dari penundaan pembelian yang dilakukan konsumen beberapa waktu lalu. Jika ditotal hingga akhir tahun dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ia menduga, kenaikan penjualan yang terjadi tidak akan begitu berarti. Paling banyak hanya 10%. Suara senada diutarakan Adi Rizal Nizar, Direktur Teknik Toyota Astra Motor. ''Penjualan dua bulan terakhir ini sungguh tidak normal,'' katanya. Mengapa? Adi melihat ada semacam ''keterpaksaan'' konsumen dalam membeli mobil. ''Karena takut nanti harganya lebih mahal, orang yang berniat membeli tahun depan juga jadi membeli tahun ini,'' Adi menambahkan. Ia menduga, lonjakan penjualan seperti yang terjadi sekarang tidak akan bertahan lama. Padahal, sebagai produsen, ''Kami mengharapkan pasar yang stabil.'' Budi Kusumah, Indrawan, Siti Nurbaiti, Sri Wahyuni, dan Biro- Biro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus