Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Aman, Investasi Lagi

Berdasarkan data BPKPM, ada peningkatan penanaman modal baik PMDN & PMA. Soal investasi ternyata bukan soal uang, rasa aman lebih penting. Lebih dari separuh PMDN investasinya berorientasi ekspor.

24 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNGA dan spanduk ucapan selamat menghiasi hampir sepanjang jalan Solo di Yogyakarta. Peristiwa besar, tentunya, karena yang datang tiga menteri sekaligus: Menteri Tenaga Kerja, Menteri Perindustrian, dan Menteri Koperasi. Acara meriah, Kamis pekan lalu, itu adalah peresmian serentak 26 perusahaan baru dan perluasan usaha. "Ini yang pertama kali terjadi di Yogya," ujar Menteri Perindustrian Hartarto. Menarik karena upacara itu berlangsung di tengah gelombang PHK yang belum juga surut, repotnya pengusaha menjaga likuiditas, dan keluhan mengenai tingginya bunga kredit investasi. Tapi data BKPM memang menunjukkan bahwa kegairahan penanaman modal belakangan cukup menyala. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari laporan perkembangan penanaman modal bulan Januari - Septembe 1987. "Memang terasa makin deras," kata Menteri Muda Urusan Peningkatan Penggunaan Barang Produksi Dalam Negeri/Ketua BKPM Ginandjar Kartasasmita. Tiap minggu instansinya menerima sampai 40 surat permohonan penanaman modal baru. Biasanya, paling banter sekitar delapan buah. Jumlah proyeknya menggelembung dari 316, tahun lalu, menjadi 391 buah. Rencana investasi, dilihat dari segi rupiah, juga mencengangkan. Dalam periode delapan bulan terakhir itu tercatat Rp 6.832,6 milyar untuk PMDN baru - 54,7% dari seluruh persetujuan yang diberikan sepanjang tahun lalu. Di tengah desas-desus bahwa banyak PMA yang akan cabut dari sini, BKPM justru menyetujui proyek investasi lebih dari 900 juta dolar, atau masih di atas persetujuan tahun lalu yang sekitar 825 juta dolar. Memang, jika dilihat jumlah proyeknya yang hanya meningkat 6%, menjadi 53 buah, tahun ini PMA cenderung lebih ke arah memperluas usahanya di sini. Seperti tidak ada ganjalan apa-apa, modal dari Jepang masih tetap mengucur lebih deras dari yang lain. Belum sampai akhir tahun mereka sudah merencanakan investasi sampai 357 juta dolar, di atas Jerman Barat dan Hong Kong, yang masing-masing hanya 122 juta dolar dan 108 juta dolar. Bicara soal ganjalan memang tak akan ada habisnya. Misalnya, seperti dikatakan Menteri Ginandjar, investor asing masih tetap menuntut agar diberi kebebasan berdagang dan menguasai seluruh saham perusahaan. "Itu jelas tidak mungkin," kata Ginandjar, yang tidak menginginkan pengusaha lokal sekadar jadi pelengkap penderita. Ada gejala baru -- yang menarik -- seperti diamati Ginandjar: lebih dari separuh PMDN menyatakan investasinya berorientasi ekspor. Dulu, kebanyakan sekadar menggantikan impor, sehingga begitu pabriknya berdiri terus minta proteksi. Sebaliknya, lebih dari separuh pemodal asing kini ingin menyerbu pasar dalam negeri. Yang pasti, sepanjang dilaporkan, industri tekstil bakal tambah semarak. Hampir Rp 1 trilyun atau 14,3% dari seluruh investasi dalam negeri yang sudah tinggal jalan numplek di bidang pertekstilan. Peringkat sektor ini naik dari urutan keempat jadi runner up. Sedangkan perkebunan, kendati masih nongkrong di urutan teratas, merosot dari 31,9% menjadi 25,2% dari total investasi. Sektor lain tumbuh tipis dan porsinya juga di bawah 4%. Para pemilik modal dari negeri seberang ternyata mengincar industri mineral nonlogam, kertas, dan tekstil. Peringkat PMA di ketiga cabang industri itu langsung di nomor dua, tiga, dan empat. Porsinya 12% sampai 14%, dengan total modal hampir 350 juta dolar. Bagi Sri Edi Swasono, pengamat ekonomi makro dari UI, gencarnya pengusaha melepas modal ini sebenarnya tak lepas dari soal politik. Soal rasa aman. "Tahun lalu, mereka jelas ngeri menanam modal, karena berada di ambang pintu pemilu," ujarnya. Praginanto (Jakarta), Aries Margono (Yogya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus