ORANG tentu sudah lupa akan si Lincah rakitan PT Indauda. Menyandang nama dari Presiden Soeharto, diluncurkan pertama kali lebih dari sepuluh tahun lalu di Manado, mobil komersial serba guna yang dipasarkan PT Udatimex itu ternyata tidak lincah di pasar. Baru belakangan diberitakan bahwa sedikitnya 20.000 unit Lincah akan masuk Amerika. Bos Indauda/Udatimex, Frits H. Eman, dan rekannya, Probosutedjo dari Garmak Motor, pekan lalu melapor kepada Menteri Perindustrian bahwa segala persiapan untuk mengekspor si Lincah sudah mantap. Tidak jelas berapa jumlah Lincah yang beredar di sini -- pegawai Udatimex malu menyebutkan karena, katanya, sangat sedikit. Tapi, diam-diam, sudah ada beberapa Lincah yang dikirim ke Amerika sebagai contoh. Frits Eman menjelaskan bahwa kontrak sudah diteken bersama Malcom Bricklin, Juli lalu, untuk realisasi sekitar Agustus tahun depan. Bricklin menghubungi Udatimex sekitar dua tahun lalu. "Mula-mula, kami kira hanya main-main," kata Frits. Tapi Bricklin Industries Company, rupanya, memang penyalur mobil asing di AS. Dia yang mendatangkan Yugo dari Yugoslavia. Dia juga yang awal tahun ini mendatangkan 60.000 unit sedan 1.500 cc dari Malaysia bernama Proton Saga. Jadi, bisa dianggap serius. Frits Eman lalu mengajak Probosutedjo. "Pabrik Pak Probo itu kapasitasnya 'kan besar sekali, sedangkan kegiatannya kurang. Daripada investasi lagi, lebih baik kami bekerja sama," begitu penjelasan Frits. Apalagi, antara Indauda dan Garmak memang sudah terjalin hubungan dalam PT Mesin Isuzu Indonesia, yang sudah diresmikan beroperasi di Tangerang sejak 1985. Lincah untuk Amerika, yang bodinya mirip Kijang Komando-nya Astra, rencananya memang akan memakai mesin Isuzu 2.230 cc. Perakitan utama akan dilakukan oleh Indauda di Surabaya. Sedangkan Garmak akan mengerjakan sasis, bodi, dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengempaan. Kualitasnya tentu harus sesuai dengan standar Amerika. Sehingga kemungkinan, menurut Frits Eman, pihak Bricklin akan mengirimkan sekitar 50 orangnya ke sini untuk menangani si Lincah. Mulai dari pengadaan bahan baku sampai rekayasa di Indauda dan Garmak. Soal tenaga kerja asing itulah yang, menurut Frits Eman, sempat membuat perundingan berjalan dengan persneling satu. Pihak Indonesia memang butuh tenaga asing, agar bisa menghasilkan mutu standar Amerika, tapi tak mau kalau hal itu sampai terlalu memberati harga jual. Bricklin akhirnya sepakat bahwa semua biaya untuk orang-orangnya di sini diperhitungkan sebagai investasi. Udatimex bisa menjual si Lincah disini, on the road, sekitar Rp 19,5 juta perunit. Yang kualitas 2 ekspor tentunya lebih mahal, karena ada bahan baku yang khusus dipesan sesuai dengan standar mutu Amerika. Berapa? "Yang pasti, tidak akan lebih mahal dari 15 ribu dolar per unit," kata Frits Eman, sambil tertawa. Bricklin tentu akan menjualnya lebih tinggi dari itu. Karena perusahaan itu harus memperhitungkan investasinya di Indonesia, kemudian ongkos kapal, dan pemasaran. Belum lagi bea masuk yang tinggi. Pemerintah Amerika memang mengenakan tarif bea masuk antara 10% dan 25% untuk melindungi pabrik-pabrik mobil seperti General Motor, Ford, dan Chrysler. Hitung-hitung harga Lincah di sana bisa mencapai 20 ribu dolar per unit kurang lebih sama dengan harga Jeep Wagoner, yang sama bentuknya, tapi bermesin 4.000 cc. Kuat atau tidaknya si Lincah bersaing di Amerika, menurut Frits Eman, tentu sudah diperhitungkan Bricklin sebelum kontrak diteken. "Kalau mereka membatalkan kontrak, tentu akan kami denda," kata Eman. Max Wangkar, Priyono B. Sumbogo (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini